-->

Laju Reaksi


ABSTRAK
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satua waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.














BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Judul Pratikum
Pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap kecepatan reaksi
1.2         Tanggal Pratikum
18 mei 2013
1.3         Tujuan Pratikum
Untuk mempelajari pengaruh suhu dan perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi

1.4         Pelaksana pratikum
Nama-nama pelaksana pratikum:
-            Ika fitrianti
-            Yuni azmaida
-            Farhan Muzakkir
-            Zahrul ulfa
-            Risky indah sari










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kecepatan reaksi berasal dari kata “kecepatan” dan “reaksi”. Kecepatanmerupakan sejumlah gerakan per waktu. Reaksi berarti kegiatan (aksi) yang timbul karena satu perintah atau suatu peristiwa. Dari penjabaran tersebut, maka kecepatan reaksi adalah gerakan yang dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa dalam satuan             waktu.
Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting. Kecepatan menjadi faktor penentu di cabang-cabang olahraga, kecepatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam suatu pertandingan. Dalam olahraga sepaktakraw, kecepatan adalah hal yang mutlak diperlukan terutama dalam melakukan servis, smash dan block, seperti yang dikemukakan oleh Frank W. Dick, kecepatan dalam teori kepelatihan berarti kemampuan menggerakkan anggota badan, kaki atau lengan atau bagian statis pengumpil tubuh bahkan keseluruhan tubuh dengan kecepatan terbesar yang mampu dilakukan.
Dalam aktivitas gerakan sepaktakraw seperti smash kedeng, kecepatan tendangan merupakan hal yang sangat diperlukan agar dengan segera bola yang ditendang mengarah ke daerah tersulit pertahanan lawan. Kecepatan menurut Harsono, ialah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Secara kinesiologis, Dadang M. Mengemukakan bahwa kecepatan sebagai perubahan posisi benda pada arahnya dalam satu satuan waktu5. Menurut M. Sajoto, kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk memindahkan atau merubah posisi tubuh atau anggota tubuh dalam menempuh suatu jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan satuan waktu. Agar seseorang bereaksi dengan cepat, kecepatan harus dirangsanggerak secepat Kecepatan reaksi dikemukakan oleh Claude Bouchard yang dalam terjemahan oleh Moeh. Soebroto bahwa : kecepatan reaksi adalah kualitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu rangsang7. Kecepatan reaksi merupakan kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan keanekaragaman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 tingkatan :
1.        Pada tingkat rangsang, dalam suatu persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran dan perubahan.
2.        Pada tingkat pengambilan keputusan, kerap kali perlu dipilih perpektif dalam kepenuhan aneka ragam tanda agar hanya mereaksi pada rangsang yang tepat.
3.        Pada tingkat pengorganisasian reaksi kinetis, diskriminasi atau pilihan perpektif biasanya disertai perlunya penetapan pilihan diantara berbagai respons kinetis yang dibuat setelah itu.
Hal yang sama dikemukakan oleh Suharno H.P bahwa faktor-faktor penentu khusus kecepatan reaksi yaitu : tergantung iritabilita dari susunan syaraf, daya orientasi situasi yang dihadapi oleh atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan, kecepatan gerak dan daya ledak otot.
Kecepatan reaksi atau daya reaksi adalah kemampuan merespons sesaat setelah stimulus yang diterima syaraf yang berupa bunyi atau tanda lampu menyala. Beberapa prinsip yang perlu ditaati dalam usaha meningkatkan pengembangan kecepatan reaksi yaitu meningkatkan pengenalan terhadap situasi persepsi khusus dan mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motoris yang perlu dibuat atau sikap kinetis yang perlu dipilih dalam situasi nyata. Oleh karena itu sangat perlu adanya metode latihan yang mengkondisikan atlet pada situasi pertandingan yang sesungguhnya, di mana atlet dituntut melakukan gerakan secepat-cepatnya dalam waktu yang singkat.Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kecepatan reaksi adalah kemampuan individu dalam melakukan gerakan dari mulai adanya stimulus hingga berakhirnya respons dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Maka, kedua apit itu dituntut untuk memiliki kecepatan reaksi yang baik dalam melakukan smash kedeng agar lawan tidak sempat mengantisipasi ke mana bola akan diarahkan. Dengan memiliki kecepatan teknik yang baik didukung dengan kecepatan reaksi yang tinggi akan mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan smash kedeng dengan bagian luar samping kanan.
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang api adalah contoh reaksi yang cepat.
Laju reaksi dipelajari oleh cabang ilmu kimia yang disebut kinetika kimia.
Definisi formal Untuk reaksi kimia
dengan a, b, p, dan q adalah koefisien reaksi, dan A, B, P, dan Q adalah zat-zat yang terlibat dalam reaksi, laju reaksi dalam suatu sistem tertutup adalah
dimana [A], [B], [P], dan [Q] menyatakan konsentrasi zat-zat tersebut.
2.1  Faktor yang mempengaruhi laju reaksi ,Laju reaksi dipengaruhi oleh :
1.        Luas permukaan sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
2.      Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
3.      Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:
... (1)
... (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkankembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amonia menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium.
4.    Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi.
5.      Konsentrasi
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat pula laju reaksinya.[
Persamaan laju reaksi
Untuk reaksi kimia
Orde reaksi zat A dan zat B hanya bisa ditentukan melalui percobaan.
(Team Jurusan Teknik Kimia,2012)
Cepat lambatnya suatui reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksidapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan,seperti Atmosfer (atm), millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksiitu berjalan cepat atau lambat. Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal waktu tertentu. Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk).

laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam satuan mol.dm-3.det-1atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau molaritas, merupakan satuan konsentrasi larutan.Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia.

Dengan cara fisika, penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan). Setelah selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinya ditentukan dngan metode analisis kimia. Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur konsentrasi salah pereaksi atau salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung untuk reaksi yang berlangsung lambat, hal itu dapat dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campran reaksi lalu menganalisisnya.
 (Sukarjo, 2000)

Kecepatan reaksi adalah pertambahan konsentrasi produk persatuan waktu atau pengurangan konsentrasi reaktan persatuan wakyu. Satuan (V) = molar / detik atau mol/liter detik atau mol/menit.

Suatu Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asam asetat yang terbentuk dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu larutan basah. Cara yang lebih umum ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara kontinyu salah satu perubahan fisis yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi yang membebaskan gas, alat dirancang agar dapat mencatat volume gas yang terbentuk ; untuk reaksi yang diserati perubahan warna, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang disertai perubahan jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas. Gambar diatas memperlihatkan bagan suatu alat yang dapat mengukur perubahan tekanan pada suatu reaksi gas, seperti penguraian dinitrogen pentaoksida membentuk nitrogen dioksida dan oksigen.
Reaksi itu disertai pertambahan jumlah mol gas, yang menyebabkan pertambahan tekanan, yang dapat dibaca pada manometer. Semakin banyak N2O5  yang terurai semakin besar tekanan. Bila reaksi dilangsungkan pada volume dan suhu tetap, maka pertambahan tekanan dapat dikaitkan dengan pertambahan jumlah mol. Dengan demikian laju penguraian NO5 itu dapat ditentukan. Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-ratayang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitungan laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat. Laju reaksi juga dapat ditentukan melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat merupakan gradient dari kurva antara waktu dengan perubahan konsentrasi pada selang waktu tertentu. Oleh karena itu,terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan angka faktor perkalian terhadap konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K).
(Knopker, S. M, 1990)

2.2     Faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi:
Terjadinya suatu reaksi adalah tumbukan dari komponen zat yang bereaksi (molekul atau atom). Kecepatan reaksi karena tumbukan ini tergantung pada:
1.      Jumlah tumbukan yang terjadi per detik
2.      Persentase tumbukan yang berhasil untuk melakukan reaksi.

2.3   Hal yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi adalah
1.    Konsentrasi  yaitu, kecepatan reaksi akan bertambah bila konsentrasinya bertambah.
2.    Suhu (temperatur) yaitu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi.
3.         Katalisator yaitu, zat yang di gunakan untuk merpercepat suatu reaksi.          Yaitu dengan cara memperkecil energi aktivasi. Berbeda dengan inhibitor       yaitu zat yang bereaksi.
4.         Luas permukaan sentuhan yaitu, semakin luas permukaan zat yang     bereaksi maka kecepatan reaksi semakin besar. Kecepatan reaksi juga di      tentukan oleh tahap – tahap reaksi.
(Anshory, Irfan, 2000)

2.5    Konsep Laju Reaksi
        Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat-zat komponen reaksi setiap satuan waktu:

1.       Laju pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu
2.       Laju penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu
3.       Perbadingan laju perubahan masing-masing komponen sama dengan       perbandingan koefisien reaksinya
Pada reaksi :
N2(g) + 3 H2(g)            2 NH3(g)
Laju reaksi :
1.      laju penambahan konsentrasi NH3
2.     laju pengurangan konsentrasi  N2 dan H2.

2.6  Pengertian Laju Reaksi
        Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu.
Pada reaksi :              A (Reaktan)               B (Produk)

Laju Reaksi didefinisikan sebagai :
a.     Berkurangnya konsentrasi A(reaktan) tiap satuan waktu
b.     Bertambahnya konsentrasi B(produk) tiap satuan waktu
Dirumuskan :
  
  
Laju Reaksi =
(Keenan,1990)



















BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1         Alat dan Bahan
3.1.1   Alat:
1.      Gelas ukur 1 buah
2.      Stopwatch 1 buah
3.      gelas piala 500 ml 1 buah
4.      thermometer 100oC 1 buah
5.      lampuspiritus, kaki tiga, kasa 1 buah
6.      pipet tetes 1 buah

3.1.2   Bahan :
1.      HCL
2.      Na2S2O3

3.2         Cara kerja:
Bagian A
1.        Di tempatkan 25 ml Na2S2O3 0,25 M didalam gelas ukur besar dan diletakkan di atas kertas yang diberi tanda silang hitam, sehingga jelas dari atas.
2.        Ditambahkan 2 ml HCL 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan, dihidupkan stopwatch. Larutan di aduk homogen, dilakukan pengamatan dari atas.
3.        Dicatat waktu sampai tanda silang hitam menjadi kabur.
4.        Suhu larutan diukur dan dicatat.
5.        Diulangi cara kerja diatas dengan komposisi larutan yang lain.
Bagian B
1.        Dimasukkan 10 ml Na2S2O3 0,25  M kedalam gelas ukur, lalu diencerkan hingga volumenya menjadi 50 ml.
2.    Diukur 2 ml HCL 1 m, dimasukkan kedalam tabung reaksi ditempatkan gelas ukur dan tabung reaksi ersebut dipenangas air pada suhu 35oC. Dibiarkan kedua larutan beberapa lama sampai mencapai suhu kesetimbangan, ukur shu dengan thermometer dan dicatat.
3.    Ditambahkan HCL kedalam larutan tiosulfat tersebut, pada saat yang bersamaan dihidupkan stopwatch. Larutan diaduk lalu ditempatkan gelas ukur diatas kertas bertanda silang hitam, dicatat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang menjadi kabur bila dilihat dari atas.
4.    Di ulangi langkah kerja di atas untuk berbagai variasi suhu (empat variasi suhu)















BAB  IV
HASIL PENGAMATAN  DAN PEMBAHASAN

a.       Bagian A
Kosentrasi relatif N2S2O3
Waktu (t)
1/t (detik)
Suhu (oC)
25
00:07
0,14
25
20
00:30
0,03
26
15
00:37
0,027
26
10
00:43
0,02
26
5
00:12
0,013
26
0
00:15
0,005
26

b. Bagian B
Suhu oC
SuhuoK
1/suhu k-1
Waktu (s)
1/Waktu S-1
Log (1/waktu)
45
318
0,0031
01:18
0,012
-1,89
50
323
0,0030
01:03
0,015
-1,79
55
328
0,0030
01:52
0,019
-1,71
60
333
0,0030
01:37
0,027
-1,56

2.7         Pembahasan
A.    Larutan Na2S2O3 5 ml ditambahkan H2O 20 ml dan kemudian ditambahkan HCL 2 ml maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan reaksi yaitu1,5 menit karena disini konsentrasi yang digunakan sedikit dan air lebih banyak, dan kemudian pada Na2S2O3 10 ml ditambahkan H2O 15 ml dan kemudian ditambahkan HCL 2 ml maka waktu nya 1 menit lebih cepat dari yang pertama karena jumlah konsentrasi Na2S2O3 lebih banyak dari yang pertama.
Selanjutnya,  Larutan Na2S2O3 15 ml ditambahkan H2O 10 ml dan kemudian ditambahkan HCL 2 ml waktunya 59 detik ini lebih cepat lagi dari yang diatas karena konsentrasi tiosulfat yang digunakan lebih banyak dari air, dan bila Larutan Na2S2O3 20 ml ditambahkan H2O 5 ml dan kemudian ditambahkan HCL 2 ml waktunya 46 detik.
Dari hasil semua dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan sangat mempengaruhi pada kecepatan reaksi.
B.     Larutan Na2S2O3 25 ml ditambahkan HCL 2 ml temperatur yang digunakan 45oC dan waktu yang dibutuhkan 99 detik ini agak sedikit lama karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi. Larutan Na2S2O3 25 ml ditambahkan HCL 2 ml temperatur yang digunakan 50oC dan waktu yang dibutuhkan 32 detik, ini lebih cepat dari yang pertama. Larutan Na2S2O3 25 ml ditambahkan HCL 2 ml temperatur yang digunakan 60oC dan waktu yang dibutuhkan 92 detik, ini lebih lama karena ada pengaruh dri lingkungan mungkin, seharusnya semakin tingi temperatur maka semakin cepat terjadinya reaksi. Larutan Na2S2O3 25 ml ditambahkan HCL 2 ml temperatur yang digunakan 65oC dan waktu yang dibutuhkan 22 detik. Ini lebih cepat karena suhu yang digunakan tinggi. Jadi dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan maka pengaruh waktu untuk kcepatan reaksinya semakin cepat.






BAB V
KESIMPULAN
1.      semakin tinggi konsentrasi suatu larutan sangat mempengaruhi pada kecepatan reaksi.
2.      semakin tinggi suhu yang digunakan maka pengaruh waktu untuk kcepatan reaksinya semakin cepat.
























BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1.             Anshory ,Irfan. 2000. Analisa Kimia. Erlangga : Jakarta

2.             Dogra S. Dogra. 1985. Kimia fisika dan soal – soal UI – press. Bima Aksara : Jakarta

3.             Keenan , 1990. “Kimia Untuk Universitas”. Erlangga : Jakarta.

4.             Knopkar, S.M 1990. Konsep dasar kimia analitik Universitas    indonesia press: Jakarta.

5.             Svehia 6. 1985. Buku teks analisis anorganik kuantitatif mikro dan       semikro. PR. Kaiman media pertaka: jakarta. 

6.             Soekardjo. 1985, kimia fisika. Penerbit Bima Aksara.

7.             Team Jurusan Teknik Kimia. 2012. “Penuntun praktikum kimia fisika”. Lhokseumawe













LAMPIRAN I
DATA PEMGAMATAN
a.       Bagian A
Kosentrasi relatif N2S2O3
Waktu (t)
1/t (detik)
Suhu (oC)
25
00:07
0,14
25
20
00:30
0,03
26
15
00:37
0,027
26
10
00:43
0,02
26
5
00:12
0,013
26
0
00:15
0,005
26

b. Bagian B
Suhu oC
SuhuoK
1/suhu k-1
Waktu (s)
1/Waktu S-1
Log (1/waktu)
45
318
0,0031
01:18
0,012
-1,89
50
323
0,0030
01:03
0,015
-1,79
55
328
0,0030
01:52
0,019
-1,71
60
333
0,0030
01:37
0,027
-1,56










LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
Bagian A
1.      t            = 7 detik
1/t1          =1/7     = 0,14 detik

2.      t2             = 30 detik
1/t2          =1/30   = 0,30 detik

3.      t3             = 37 detik
1/t3          = 1/37  = 0,37 detik

4.      t4             = 43 detik
1/t4          = 1/43  = 0,02 detik

5.      t5             = 132 detik
1/t5          = 1/135= 0,013 detik

6.      t6             = 195 detik
1/t            = 1/195= 0,005
a
Orde reaksi
V1    = 
 3,57
V2    =
 0,66
Bagian B
a.         suhu
1.      45oC    = 318 K
Tk        = 273 + 46       =318 K

2.      50oC    = 323 K
Tk        = 273 + 50       =323 K

3.      55oC    = 328 K
Tk        = 273 + 55       =328 K

4.      60oC    = 333 K
Tk        = 273 + 60       =333 K

b.      1/suhu
1.      1/Tk         = 1/318
= 0,00314 K
2.      1/Tk         = 1/323
= 0,00309 K
3.      1/Tk         = 1/333
= 0,003 K
4.      1/Tk         = 1/328
= 0,003 K

c.       Waktu (s)
1.      t1            = 78 detik
1/t1          =0,012 det
2.      t2            = 73 detik
1/t2          =0,015det
3.      t3            = 52 detik
1/t3          =0,019 det
4.      t4            = 37 detik
1/t4          =0,027 det

d.      log 1/t
1.      log (0,012)          = -1,89
2.      log (0,015)          = -1,79
3.      log (0,019)          = -1,71
4.      log (0,027)          = -1,56














0 Response to "Laju Reaksi"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel