Praktikum Kimia Fisika " Laju Reaksi "
ABSTRAK
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan
konsentrasi pereaksi atau pun produk dalam suatu satuan waktu. Tujuan pada pengaruh suhu dan
konsentrasi terhadap kecepatan reaksi yaitu untuk mempelajari pengaruh
suhu dan perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi. Larutan yang digunakan adalah Na2S2O3
0,25 N, HCl 1 M, dan H2O. Dalam percobaan ini
ada 2 bagian pengujian A dan B dengan menggunakan larutan yang sama. Bagian
A ini dilakukan dengan larutan yang berbeda volumenya untuk setiap tabung. Dimasukkan
Na2S2O3 0,25 N + H2O + HCl 1 M ke
dalam gelas ukur, kemudian diletakkan diatas kertas yang bertanda silang hitam.
Pada tabung I menggunakan 25
ml Na2S2O3 0,25 N + 0 ml H2O
+ 2 ml HCl 1 M
memerlukan waktu 20 detik untuk
bereaksi dan menyebabkan perubahan warna
yang semakin keruh pada larutan. Pada tabung II menggunakan 15 ml Na2S2O3
0,25 N + 10 ml H2O + 2 ml HCl 1 M memerlukan waktu 50 detik untuk bereaksi. Pada tabung ke III menggunakan 10 ml Na2S2O3 0,25
N + 15
ml H2O + 2 ml HCl 1 M memerlukan waktu 59 detik untuk bereaksi dan pada tabung ke IV
menggunakan 5 ml Na2S2O3
0,25 N + 20 ml H2O + 2 ml HCl 1 M memerlukan waktu 71 detik untuk bereaksi. Pada percobaan bagian B, larutan dipanaskan terlebih dahulu. Suhu
yang digunakan ialah 35ÂșC, 42ÂșC, 49ÂșC dan 56ÂșC. Pada suhu 35ÂșC memerlukan waktu 34 detik untuk bereaksi dan menyebabkan
terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi keruh. Pada suhu 42ÂșC
memerlukan waktu 30 detik untuk
bereaksi.
Pada suhu 49ÂșC memerlukan waktu 28 detik untuk bereaksi dan pada suhu 56ÂșC memerlukan waktu 25 detik untuk bereaksi. Dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi dan suhu larutan maka akan semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi.
Kata kunci : Kecepatan Reaksi, Konsentrasi, Pengadukan, Suhu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum :
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Kecepatan
Reaksi
1.2 Tanggal Praktikum : 13 April 2016
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok 3
Zarra
Meutia (140140062)
M.
Ikhsan Nasution (140140064)
Raudhatul
Raihan (140140072)
Azmi
Rohaya (140140080)
1.4 Tujuan Percobaan : Untuk mempelajari pengaruh suhu
dan konsentrasi terhadap laju rekasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju Reaksi
Laju atau kecepatan reaksi adalah banyaknya mol per liter
larutan suatu zat yang dapat berubah zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada
umunya kecepatan reaksi akan besar apabila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan
berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat dari reaksi, maka akan
berkurang pula kecepatannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah:
2.1.1
Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi
Laju reaksi
dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang bereaksi. Suatu
zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya diperluas dengan cara
mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk atau ukurannya diperkecil. Dalam bentuk
serbuk, ukurannya menjadi lebih kecil, tetapi jumlahnya banyak sehingga luas
permukaan bidang tumbukan antar zat pereaksi akan semakin besar.
2.1.2 Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Selain luas
permukaan dan suhu, laju reaksi dapat juga dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin
tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian
kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi
meningkat.
2.1.3
Tekanan
terhadap Laju Reaksi
Reaksi
yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan kenaikan
tekanan dimana faktor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi.
2.1.4
Suhu terhadap Laju Reaksi
Semakin
tinggi suhu reaksi, semakin cepat pelarutan berlangsung. Selain mempengaruhi
kecepatan pelarutan, suhu reaksi juga mempengaruhi kecepatan suatu reaksi
kimia. Jika suhu reaksi dinaikkan, akan terjadi penambahan energi sehingga pergerakan
partikel menjadi lebih cepat. Akibatnya, semakin banyak tumbukan antar molekul
pereaksi sehingga reaksi akan berlangsung semakin cepat. Selain itu, kenaikan
suhu reaksi mengakibatkan bertambahnya energi kinetik molekul-molekul pereaksi
sehingga energi kinetiknya melebihi harga energi aktivasi.
2.1.5
Katalis terhadap Laju Reaksi
Katalis adalah suatu zat yang dapat
mempercepat atau memperlambat reaksi. Katalis yang memperlambat reaksi disebut inhibitor. Pada umumnya katalis
disebut sebagai zat mempercepat reaksi.
2.1.6 Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat
pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan
demikian, molaritas yang rendah akan berjalan lebih lambat daripada molaritas
yang tinggi (Brady, 1999).
Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah
V=
K [Î]âż [B] ͫ…………………………………..(2.1)
dengan:
V =
Laju reaksi
K =
Konstanta laju reaksi
m =
Orde reaksi zat A
n = Orde reaksi zat B
2.2
Rumus Laju Reaksi
Pada
reaksi kimia: A → B, maka laju berubahnya zat A menjadi zat B ditentukan
dari jumlah zat A yang bereaksi atau jumlah zat B yang terbentuk per satuan
waktu. Pada saat pereaksi (A) berkurang, hasil reaksi (B) akan bertambah.
Berdasarkan rumusan laju reaksi dapat didefinisikan
sebagai berikut:
1.
Berkurangnya
jumlah pereaksi (konsentrasi pereaksi) per satuan waktu:
r
= - ………………………………….(2.2)
Keterangan:
r = Laju reaksi
-∆[R] = Berkurangnya reaktan (pereaksi)
∆t = Perubahan waktu
Untuk reaksi
: A → B, laju berkurangnya zat A adalah
rA
= - ………………………………....(2.3)
2.
Bertambahnya
jumlah produk (konsentrasi produk) per satuan waktu:
r
= + ……………………………….…(2.4)
+Î[P] =
bertambahnya konsentrasi produk (hasil reaksi)
Untuk reaksi
: A → B, laju bertambahnya zat B adalah:
rB
= + …………….…………………..(2.5)
Untuk reaksi
yang lebih kompleks, misalnya : pA + qB → rC maka dalam perbandingan
tersebut, tanda + atau – tidak perlu dituliskan karena hanya menunjukkan sifat
perubahan konsentrasi. Oleh karena harga dt masing-masing sama, maka perbandingan
laju reaksi sesuai dengan perbandingan konsentrasi. Disisi lain, konsentrasi
berbanding lurus dengan mol serta berbanding lurus pula dengan koefisien
reaksi, sehingga perbandingan laju reaksi sesuai dengan perbandingan koefisien
reaksi (Anonim, 2013).
2.3 Kegiatan dan Kejadian yang Melibatkan
Katalis
Katalis
banyak digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, beberapa
reaksi kimia di alam juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja katalis
bergantung pada jenis katalisnya. Katalis dapat dikelompokkan menjadi katalis
homogen, katalis heterogen, dan biokatalis (enzim). Selain itu, dikenal juga
istilah autokatalis.
2.3.1
Katalis Homogen
Katalis
homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-zat pereaksi. Dalam
suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai pengantara (fasilitator).
2.3.2
Katalis Heterogen
Katalis
heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi. Reaksi zat-zat
yang melibatkan katalis heterogen berlangsung pada permukaan katalis tersebut.
Misalnya reaksi hidrogenasi etena (C2H4) dengan katalis
logam nikel (Ni). Zat pereaksi, C2H4 dan H2
berwujud gas, sedangkan logam Ni berwujud padat.
2.3.3
Enzim
Enzim adalah
katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam makhluk hidup sehingga enzim
dikenal pula dengan istilah biokatalis.
2.3.4
Autokatalis
Autokatalis
adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis, artinya zat hasil
reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia. Contohnya, reaksi antara
kalium permanganat dengan asam oksalat (Sukardjo, 1985).
2.4 Teori Tumbukan pada Laju Reaksi
Reaksi yang
hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan tidak perlu memikirkan tentang orientasi dari tumbukan.
Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua atau lebih partikel akan membuat
mekanisme reaksi menjadi lebih rumit.
2.4.1 Reaksi yang Melibatkan Tumbukan Antara Dua
Partikel
Keadaan yang
melibatkan dua partikel dapat bereaksi jika mereka melakukan kontak satu
dengan yang lain. Pertama harus bertumbukan, dan lalu memungkinkan
terjadinya reaksi. Kedua partikel tersebut harus bertumbukan dengan
mekanisme yang tepat, dan harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memutuskan ikatan-ikatan.
2.4.2 Orientasi Dari Tumbukan
Pertimbangkan
suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul etena dan
hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk menghasilkan
kloroetan. Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap
diantara dua karbon berubah menjadi ikatan tunggal. Satu hidrogen atom
berikatan dengan satu karbon dan atom klor berikatan dengan satu karbon
lainnya. Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan ujung dari
ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbon-karbon. Tumbukan selain daripada
itu tidak bekerja dikarenakan kedua molekul tersebut akan saling bertolak
(Smith, 1999).
BAB
III
METODELOGI
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang dipakai
pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Gelas
kimia
2.
Labu ukur
3.
Stopwatch
4.
Gelas
Piala 500 ml
5.
Termometer
6.
Lampu
spiritus
7.
Kaki tiga
8.
Kawat kasa
9.
Batang
pengaduk
10.
Pipet
volume
11.
Tabung reaksi
12.
Penjepit
13.
Bola penghisap
14.
Rak tabung
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan
sebagai berikut:
1.
HCl
1 M
2.
Na2S2O3 0,25 M
3.
Aquades
3.2
Cara Kerja
Adapun prosedur kerja yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
3.2.1 Bagian A
1.
25
ml Na2S2O3
0,25 M dimasukkan kedalam gelas ukur, dan diletakkan diatas kertas yang
diberi tanda silang hitam
2.
Ditambahkan 2 ml HCl 1 M ke dalam gelas ukur, stopwatch
dihidupkan pada saat penambahan dilakukan, kemudian larutan diaduk agar homogen.
3.
Dicatat waktu
hingga tanda silang hitam menjadi kabur
4.
Suhu
larutan diukur dan dicatat
5.
Diulangi cara kerja dengan komposisi
larutan sebagai berikut:
No.
|
Volume Na2S2O3
(ml)
|
Volume H2O (ml)
|
Volume HCl
|
1.
|
20
|
5
|
2
|
2
|
15
|
10
|
2
|
3.
|
10
|
15
|
2
|
3.2.2 Bagian B
1.
10
ml Na2S2O3
0,25 M dimasukkan kedalam gelas ukur, lalu diencerkan hingga volumenya
menjadi 50 ml
2.
2
ml HCl 1
M dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, gelas ukur dan tabung reaksi tersebut diletakkan dipenangas air pada
suhu 390C.
Kedua larutan dibiarkan selama 10 menit sampai mencapai suhu kesetimbangan.
3.
Larutan HCl 1 M ditambahkan ke dalam larutan Na2S2O3
tersebut,
pada saat bersamaan stopwatch dihidupkan. Larutan diaduk lalu gelas ukur diletakkan diatas kertas
bertanda silang hitam
4.
Dicatat waktu yang dibutuhkan sampai tanda
silang hitam menjadi kabur
5.
Langkah
kerja diatas diulangi dengan variasi suhu 49 dan 59ÂșC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil
Percobaan Bagian A
No
|
Na2S2O3
0,25 N
(ml)
|
H2O
(ml)
|
HCl
1 M
(ml)
|
Waktu
(s)
|
(s)
|
Suhu
(ÂșC)
|
1
|
20
|
5
|
2
|
20
|
0,05
|
28
|
2
|
15
|
10
|
2
|
50
|
0,02
|
28
|
3
|
10
|
15
|
2
|
59
|
0,016
|
28
|
4
|
5
|
20
|
2
|
71
|
0,44
|
28
|
Tabel 4.2 Hasil
Percobaan Bagian B
No
|
Suhu
(ÂșC)
|
K
|
Waktu
(s)
|
(s)
|
Log
(s)
|
|
1
|
35
|
308
|
0,00325
|
34
|
0,0294
|
-1,5316
|
2
|
42
|
315
|
0,00317
|
30
|
0,0333
|
-1,4775
|
3
|
49
|
322
|
0,00310
|
28
|
0,0357
|
-1,4773
|
4
|
56
|
329
|
0,00303
|
25
|
0,04
|
-1,3979
|
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan ini, dilakukan percobaan untuk menentukan kecepatan reaksi dengan
konsentrasi dan pengaruh suhu. Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah
Na2S2O3 0,25 N, HCl 1 M, dan H2O.
Pada percobaan bagian A ini dilakukan dengan larutan yang berbeda volumenya
untuk setiap tabung dan mengalami waktu yang berbeda-beda untuk mencapai suatu
reaksinya.
Pada
tabung I, dimasukkan 25 ml Na2S2O3 0,25 N + 0
ml H2O + 2 ml HCl 1 M ke dalam gelas ukur, kemudian diletakkan
diatas kertas yang bertanda silang hitam. Campuran tersebut memerlukan waktu 20
detik dengan laju reaksi 0,05 s untuk bereaksi. Pada tabung II, dimasukkan 15
ml Na2S2O3 0,25 N + 10 ml H2O + 2
ml HCl 1 M memerlukan waktu 50 detik dengan laju reaksi 0,02
s untuk bereaksi. Pada tabung ke III, 10 ml Na2S2O3 0,25 N + 15 ml H2O + 2 ml HCl 1 M memerlukan waktu 59 detik dengan laju reaksi 0,016 s. Pada tabung ke IV, 5 ml Na2S2O3 0,25 N + 20 ml HCl 1 M memerlukan waktu 71 detik dengan laju reaksi 0,44 s untuk bereaksi. Pada saat pencampuran dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk membuat larutan bercampur homogen, agar memperoleh hasil yang maksimal. Larutan juga mengalami perubahan warna yang semakin keruh, sehingga tanda silang hitam tersebut menjadi kabur ketika dilihat dari atas. Perubahan warna pada larutan menjadi keruh disebabkan karena kandungan Na2S2O3 dalam campuran lebih banyak dari pada komposisi H2O dan HCl. Selain itu, keadaan ini terjadi karena sifat dari Na2S2O3 adalah salah satu jenis dari garam terhidrat, dimana garam terhidrat itu merupakan garam yang terbentuk dari senyawa kimia yang mengikat molekul air pada suhu kamar. Garam natrium memiliki sifat higroskopis, sehingga hal inilah yang menyebabkan keadaannya menjadi keruh. Berikut dapat digambarkan melalui grafik dibawah ini:
s untuk bereaksi. Pada tabung ke III, 10 ml Na2S2O3 0,25 N + 15 ml H2O + 2 ml HCl 1 M memerlukan waktu 59 detik dengan laju reaksi 0,016 s. Pada tabung ke IV, 5 ml Na2S2O3 0,25 N + 20 ml HCl 1 M memerlukan waktu 71 detik dengan laju reaksi 0,44 s untuk bereaksi. Pada saat pencampuran dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk membuat larutan bercampur homogen, agar memperoleh hasil yang maksimal. Larutan juga mengalami perubahan warna yang semakin keruh, sehingga tanda silang hitam tersebut menjadi kabur ketika dilihat dari atas. Perubahan warna pada larutan menjadi keruh disebabkan karena kandungan Na2S2O3 dalam campuran lebih banyak dari pada komposisi H2O dan HCl. Selain itu, keadaan ini terjadi karena sifat dari Na2S2O3 adalah salah satu jenis dari garam terhidrat, dimana garam terhidrat itu merupakan garam yang terbentuk dari senyawa kimia yang mengikat molekul air pada suhu kamar. Garam natrium memiliki sifat higroskopis, sehingga hal inilah yang menyebabkan keadaannya menjadi keruh. Berikut dapat digambarkan melalui grafik dibawah ini:
Gambar
4.1 Grafik hubungan antara volume Na2S2O3
(ml) dengan 1/t (s) terhadap kecepatan reaksi
Dapat
dilihat dari grafik diatas, bahwa semakin tinggi volume larutan menandakan
bahwa semakin pekat suatu campuran tersebut maka semakin cepat terjadinya
reaksi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu zat, maka
jumlah molekulnya semakin banyak dan hal ini mengakibatkan membesarnya
kemungkinan tiap molekul bertumbukan. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi
berpengaruh terhadap laju reaksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
berbanding lurus dengan laju reaksi.
Pada percobaan bagian B dilakukan untuk mengetahui pengaruh
suhu terhadap kecepatan reaksi. Larutan yang digunakan adalah sama seperti percobaan
bagian A. Perbedaanya adalah larutan dipanaskan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menaikkan suhu, agar dapat dibandingkan mana yang lebih cepat bereaksi, antara
suhu yang dinaikkan dengan suhu yang tidak dinaikkan atau suhu diruangan.
Pemanasan pada percobaan ini juga bertujuan agar suhu tersebut merupakan
ketetapan yang apabila suhu tersebut dinaikkan maka akan membuat laju reaksi
menjadi cepat.
Suhu yang digunakan ialah 35ÂșC, 42ÂșC 49ÂșC dan 56ÂșC.
Pada suhu 35ÂșC memerlukan waktu 34 detik dan laju reaksinya 0,0294 s untuk
bereaksi dan menyebabkan terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi keruh.
Pada suhu 42ÂșC memerlukan waktu 30 detik dan laju reaksinya 0,0333 s untuk
bereaksi. Pada suhu 49ÂșC memerlukan waktu 28 detik dan laju reaksinya 0,0357 s untuk
bereaksi dan pada suhu 56ÂșC memerlukan waktu 25 detik dan laju reaksinya 0,04 s
untuk bereaksi. Dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.2 Grafik
hubungan antara suhu (ÂșC) dengan 1/t (s) terhadap kecepatan reaksi
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi juga dapat dilihat
pada grafik 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Grafik
hubungan antara suhu (K) dengan log 1/t terhadap kecepatan reaksi
Dari
kedua grafik diatas dapat diketahui bahwa, semakin tinggi suhu larutan maka
akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Hal ini disebabkan
oleh kenaikan suhu yang memicu energi kinetik molekul membesar, sehingga
mempercepat reaksi. Ini membuktikan bahwa suhu berpengaruh dalam kecepatan
reaksi.
Suhu yang
tinggi dan konsentrasi larutan yang pekat, maka akan menyebabkan sering
terjadinya tumbukan antar partikel dan menyebabkan reaksi cepat terjadi. Fungsi
HCl pada percobaan ini adalah sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya
reaksi pada larutan, sedangkan fungsi H2O adalah sebagai pelarut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapat dari hasil dan pembahasan adalah sebagai berikut:
1.
Pengadukan yang dilakukan bertujuan
untuk membuat larutan bercampur homogen, agar memperoleh hasil yang maksimal.
2.
Semakin tinggi
volume larutan (Na2S2O3) maka semakin pekat
larutan dan menyebabkan semakin cepat reaksi berlangsung.
3.
Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk
bereaksi.
4.
Sifat
dari Na2S2O3 adalah garam terhidrat, dimana garam yang terbentuk dari senyawa kimia yang mengikat molekul air
pada suhu kamar.
5.
Perubahan warna pada larutan menjadi keruh disebabkan karena kandungan Na2S2O3 dalam campuran lebih banyak dari pada komposisi H2O dan HCl.
6.
Semakin tinggi suhu larutan maka akan
semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
7.
Fungsi HCl pada percobaan ini adalah
sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi pada larutan, sedangkan
fungsi H2O adalah sebagai pelarut.
8.
Pemanasan dilakukan yang fungsinya untuk
menaikkan suhu, agar dapat dibandingkan mana yang lebih cepat bereaksi, antara
suhu yang dinaikkan dengan suhu yang tidak dinaikkan atau suhu diruangan.
5.2 Saran
Dalam percobaan ini, tidak hanya larutan HCl yang bisa
digunakan sebagai katalis, praktikan juga bisa menggunakan larutan asam kuat
yang lain sebagai katalis seperti H2SO4.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Pengertian
Laju Reaksi Kimia dan Rumus Orde Reaksi (http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-laju-reaksi-kimia-rumus-orde.html) Diakses pada 09 April 2016
Brady, James E. 1999. Kimia
Universitas Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Binarupa Aksara
Smith, C. Julian. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jakarta: Erlangga
Sukardjo. 1985. Kimia
Fisika. Jakarta: Erlangga
0 Response to "Praktikum Kimia Fisika " Laju Reaksi ""
Post a Comment