Bangunan atom dan hubungan berkala
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Atom merupakan partikel yang
sangat kecil yang tersusun atas partikel subatom, yaitu proton, electron, dan
neutron. Perkembangan model atom dimulai
dari yang hipotesis-hipotesis. Kemudian seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi banyak teori-teori atom yang baru dari hasil
pemikiran para ilmuwan yang menghasilkan fakta-fakta percobaan dan melengkapi
bahkan memperbaruhi dari teori sebelumnya, hingga akhirnya model atom mengalami modifikasi
menjadi model yang sekarang dikenal.
Pada saat sekarang, pengambaran dari sebuah atom telah
semakin sempurna dan lengkap dan semakin banyak partikel-partikel penyusun atom yang ditemukan. Sehingga, model atom selalu
mengalami perubahan.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami mencoba
menguraikan beberapa tentang atom, mulai dari awal mula perkembangan
model atom, timbulnya teori-teori tentang atom dan susunan atom
berkala.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Atom terdiri dari proton, neutron dan elektron. Proton
dan neutron berada di dalam inti atom. Sedangkan elektron terus berputar
mengelilingi inti atom karena muatan listriknya. semua elektron bermuatan
negatif (-) dan semua proton bermuatan positif (+) . sementara itu neutron
bermuatan netral. Elektron bermuatan yang bermuatan negatif (-) ditarik oleh
proton yang bermuatan positif (+) pada inti atom.
Dalam hal ini, semua atom di alam semesta akan terjadi
bermuatan positif (+) karena ada kelebihan muatan listrik positif (+) di dalam
proton. Akibatnya, semua atom akan saling bertolak satu sama lain.
2.1.1 Perkembangan
Teori Atom
Konsep atom dikemukakan oleh Demokritos yang tidak
didukung oleh ekperimen yang menyakinkan, sehingga tidak dapat diterima oleh
beberpa ahli ilmu pengetahuan dan filsafat.
Pengembangan konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh
John Dalton (1805), kemudian dilakukan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911),
dan disempurnakan oleh Bohr (1914)
Hasil ekperimen yang memperkuat konsep atom ini
menghasilakn gambaran mengenai susunan parikel-partikel tersebut didalam atom.
Gambaran ini berfungsi untuk memudahkan dalam memahami sifat-sifat kimia suatu
atom. Gambaran susunan partikel-partikel dasar dalam atom disebut model atom.
1.
Model Atom Dalton
John Dalton mengemukakan hipotesa tentang atom berdasarkan hokum kekekalan massa
(Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust). Teori yang diusulkan Dalton :
a. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi
lagi.
b. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur
memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
c. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat
dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
d. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali
dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Gambar 2.1 Model Atom Dalton
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model
atom sebagai bola pejal seperti ada tolak peluru. Teori atom Dalton tidak dapat
menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Bagaimana mungkin suatu
bola pejal dapat menghantarkan listrik, padahal listrik adalah elektron yang
bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menyebabkan terjadinya daya
Teori atom Dalton ditunjang oleh 2
hukum alam yaitu :
-
Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier)
: massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
-
Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust)
: perbandingan massa unsur-unsur yang menyusun suatu zat adalah tetap.
Kelemahan Model Atom Dalton adalah menurut teori atom
Dalton nomor 5, tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia. Kini ternyata
dengan reaksi kimia nuklir, suatu atom dapat berubah menjadi atom lain.
2. Model Atom Thomson
Gambar 2.2 Model Atom Thomson
Kelemahan dari Dalton diperbaiki oleh JJ. Thomson, eksperimen yang
dilakukannya tabung sinar kotoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada partikel
bermuatan negative dalam atom yang disebut elektron. Thomson mengusulkan model
atom seperti roti kismis atau kue onde-onde. Suatu bola pejal yang permukaannya
dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga atom
bersifat netral. Kelemahan model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan
muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
3. Model Atom Rutherford
Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng
tipis dengan partikel alpha. Ternyata partikel itu ada yang diteruskan,
dibelokkan atau
dipantulkan. Berarti di dalam atom terdapat susunansusunan partikel
bermuatan positif dan negatif. Hipotesa dari Rutherford adalah atom yang tersusun
dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif
dan massa atom terpusat pada inti atom. Model atom Rutherford seperti tata surya.
Gambar 2.3 Model
Atom Rutherford
Kelemahan dari Rutherford tidak dapat
menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori
fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga
lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan
mendekati inti dan jatuh ke dalam inti.
4. Model Atom Niels Bohr
Kelemahan dari Rutherford diperbaiki oleh
Niels Bohr dengan percobaannya menganalisa spektrum warna dari atom hidrogen
yang berbentuk garis.
Gambar 2.4 Model Atom Niels Bohr
Hipotesis Bohr adalah :
a. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh electron
yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
b. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap
atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan berkurang.
Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi maka elektron akan menyerap
energi. Jika beralih ke lintasan yang lebih rendah maka akan memancarkan
energi.
Kelebihan atom Bohr adalah bahwa atom
terdiri dari beberapa kulit untuk tempat berpindahnya elektron.
Kelemahan model atom ini adalah: tidak
dapat menjelaskan spekrum warna dari atom berelektron banyak. Sehingga
diperlukan model atom yang lebih sempurna dari model atom Bohr.
5.
Model Atom Modern
Dikembangkan
berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut mekanika gelombang; diprakarsai
oleh 3 ahli :
a)
Louis Victor de Broglie
Menyatakan
bahwa materi mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagai
gelombang.
b)
Werner Heisenberg
Mengemukakan
prinsip ketidakpastian untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan
gelombang. Jarak atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya
dapat ditentukan dengan kemungkinan – kemungkinan saja.
c)
Erwin Schrodinger
(menyempurnakan model Atom Bohr)
Berhasil
menyusun persamaan gelombang untuk elektron dengan menggunakan prinsip mekanika
gelombang. Elektron-elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbital yaitu daerah 3 dimensi di
sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan dengan
kemungkinan terbesar.
2.1.2 Percobaan-percobaan
Mengenal Struktur Atom
1.
Elektron
Percobaan tabung
sinar katode pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil
ekperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode
menuju ke anode yang disebut sinar katode.
George Johnstone
Stoney (1891) yand mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”. Kelemahan
dari stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat
antara atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainya. Antonine Henri
Beecquerel
(1896) menemukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktof yang
sifatnya mirip dengan elektron.
Joseph John
Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan
listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode.
Gambar 2.5
Pembelokan Sinar Katode Oleh Medan Listrik
Hasil percobaan
J.J Thomson menujukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah kutub
positif medan listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif
dalam suatu atom.
Besarnya muatan
dalam eletron ditemukan oleh Robert Andreww miliki (1908) melalui percobaan
tetes Minyak Milikan seperti gambar berikut.
Gambar 2.6
Diagram Percobaab tetes minyak milikan
Minyak
disemprotkan kedalam tabung yang bermuatan litrik. Akibat gaya tarik grafitasi
akan mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi
muatan negatif maka akan tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil
percobaan Milikan dan Thomson diperoleh muatan elektron-1 dan massa elektron 0.
2.
Proton
Gambar 2.7
Percobaan Goldstein Untuk Mempelajari Partikel Positif
Jika massa
elektron 0 bearti suatu partikel tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataan
nya partikel materi mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom
netral. Eugene Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang
memiliki katode, yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.
Hasil eksperimen
tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anode,
terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melalui lubang pada
katode. Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogenlah
yang menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa maupun
muatanya, sehingga partikel ini disebut proton. Massa proton = 1 sma (satuan
massa atom) dan muatan proton = +1
3.
Inti atom
Setelah penemuan
proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan lempang
tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif
maka sinar alfa yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/ menembus
lempeng sehingga mincullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh
Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh
penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895) dan penemuan zat radioaktif (1896).
Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.8
Percobaan Rutherford, hambatan sinar alfa oleh lempeng emas
Hasil percobaan
ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti
atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif,
sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa
proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapt diprediksi bahwa ada partikel
lain dalam inti atom.
4.
Neutron
Prediksi dari
Rutherford memicu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen penembakan
partikel pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya
tembus tinggi.
James Chadwick (1932). Ternyata partikel
yang menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat nertal atau tidak
bermuatan dan massanya hampir sama dengan proton. Partikel ini disebut neutron
dan dilambangkan
2.1.3 Menetukan
Struktur Atom Berdasarkan Tabel Periodik
1.
Partikel Dasar Penyusun
Atom
Atom adalah
bagian terkecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur tersebut.
Struktur atom menggambarkan bagaimana partikel-partikel dalam atom tersusun,
atom tersusun atas inti atom dan dikelilingi elektron-elektron yang tersebar dalam
kulit-kulitnya. Secara sistematis dapat digambarkan partikel-partikel sub atom
berikut.
Sebagian besar
atom terdiri dari ruang hampa yang dalamnya terdapat inti yang sangat kecil di
mana massa dan muatan positifnya dipusatkan dan dikelilingi oleh elektron-elektron
yang bermuatan negatif. Inti atom tersusun atas sejumlah proton dan neutron.
Jumlah proton dalam inti atom menentukan muatan inti atom, sedangkan massa atom
inti ditentukan oleh banyaknya proton dan neutron. Selanjutnya ketiga partikel
sub atom (proton, neutron, dan elektron ) dangan kombinasi tertentu membentuk
atom suatu unsur yang lambangnya dapat dituliskan :
X : lambang suatu unsur
Z : nomor atom
A : nomor massa
2.
Memahami Susunan dari
Sebuah Atom
Cara memahami susunan dari sebuah atom adalah :
a.
Lihatlah nomor dari
tabel periodik. Nomor atom selalu labih kecil dari nomor massa
b.
Nomor atom merupakan
jumlah proton. Oleh karena sifat atom netral, maka nomor atom juga merupakan
jumlah elekton
c.
Susunan
elektron-elektron dalam level-level energi, selalu isi level terdalam sebelum
mengisi level luar
Dua hal yang
penting diperhatikan jika anda melihat susunan daam tabel periodik.
- Jumlah
elektron tingkat terluar (atau kulit terluar)sama dengan nomor golongan
(kecuali helium yang memiliki 2 elektron. Gas mulia biasa disebut dengan
golonga 0 bukan golongan 8). Hal ini berlaku diseluruh golongan unsur pada
tabel periodik (kecuali unsur-unsur transisi). Jadi, jika anda mengetahui
bahwa barium terletak pada golongan 2, bearti barium memiliki 2 elektron pada
tingkat teluar.
- Gas
mulia memiliki elektron penuh pada tingkat terluar
2.1.4 Nomor
Atom dan Nomor Massa
Suatu atom
memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel
penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A). Penulisan lombang atom
unsur menyetarakan nomor atom dan nomor massa.
Dimana :
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
Nomor Massa (A) = Jumlah proton +
Jumlah Neutron
Atau
Jumlah Neutron = Nomor massa –
Nomor atom
Nomor Atom (Z) = Jumlah proton
1.
Nomor Atom (Z)
Nomor atom (Z)
menujukkan jumlah proton (muatan positif) atau jumlah elektron dalam atom
tersebut. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur. Oleh karena atom
bersifat netral maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronya, sehingga
nomor atom juga menujukkan jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya
paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum
lambang unsur
2.
Nomor Massa (A)
Massa elektron
sangat kecil dan dianggap nol sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom
yaitu proton dan neutron. Nomor massa (A) menyatakan banyaknya proton dan
neutron yang menyusun inti atom suatu unsur. Nomor massa ditulis agak ke atas
sebelum lambang unsur.
2.1.5 Isotop,
Isobar, dan Isoton suatu Unsur
1.
Isotop
Isotop adalah
atom yang mempunyai nomor sama tetapi memiliki nomor massa berbeda. Setiap isotop satu
unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektron valensinya sama. Isotop-isotop unsur ini
dapat digunakan untuk menetukan massa atom relatif (Ar) atom tersebut
berdasarkan kelimpahan isotop
dan
massa atom semua isotop
2.
Isobar
Isobar adalah
unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor massa sama.
3.
Isoton
Atom-atom yang
berbeda tetapi mempunyai jumlah neutron yang sama
2.1.6 Menetukan
Elektron Valensi
1.
Konfigurasi Elektron
Konfigurasi
(susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap
atom dapat terisi eletron maksimum 2n2, dimana n merupakan letak
kulit. Lambang
kulit dimulai dari K, L, M, N dan seterusnya dimulai dari yang terdekat dengan
inti atom.
Elektron disusun
sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi maksimum sesuai daya tampung
kulit tersebut. Jadi masing ada sisa elektron yang tidak dapat ditampung pada
kulit tersebut maka diletakkan pada kulit selanjutnya.
2.
Elektron Valensi
Elektron yang
berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan reaksi kimia adalah elektron
pada kulit terluar atau elektron valensi.
Jumlah elektron valensi suatu atom
ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari
konfigurasi elektron atom tersebut. Perhatikan Tabel untuk menentukan jumlah
elektron valensi
Unsur –unsur yang mempunyai jumlah
elektron valensi yang sama akan memiliki sifat kimia yang sama pula.
2.2 Susunan Berkala
Susunan Berkala
disebut juga sebagai sistem periodik unsur. Dengan ilmu kimia kita dapat
mempelajari segala sesuatu tentang unsur-unsur dan interaksi antara suatu unsur
dengan unsur yang lainnya, sehingga dapat terjadi suatu perubahan kimia (reaksi
kimia persenyawaan dan lain-lain).
Seperti kita
ketahui, telah dikenal lebih dari 100 unsur terdapat di alam dan masing-masing
unsur memiliki sifat-sifat yang berbeda. Oleh karena itu untuk mempelajari
kelakukan setiap unsur, perlu diadakan klasifikasi unsur-unsur dalam
golongan-golongan yang didasarkan atas persamaan sifat-sifatnya. Unsur-unsur
yang memiliki sifat-sifat yang mirip dimasukan ke dalam satu golongan, sehingga
dapat dipelajari dengan lebih mudah dan lebih sistimatis, sekaligus dapat
melihat hubungan antara satu hal dengan hal lainnya. Secara singkat, guna
susunan berkala adalah untuk meramalkan dan mengetahui sifat unsur, sehingga
kita dapat meramalkaan dan mengetahui berbagai gejala/kejadian di alam.
Gambar 2.1
Susunan Berkala Unsur-unsur Kimia
Sistem berkala
modern pertama kali dicetuskan oleh Dmitri
Mendeleev. Penyusunan sistem periodik oleh Mendeleev ini dilakukanpada
tahun 1869, berdasarkan pengamatannya pada 63 unsur yang dikenal pada saat itu.
Ketika itu, beliau menyimpulkan bahwa sifat-sifat
unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Artinya jika
unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu
akan berulang secara periodik.
Mendeleev
menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur
vertikal yang disebut golongan. Lajur-lajur horizontal, yaitu lajur
unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut periode.
Mendeleev
mengosongkan beberapa tempat dalam tabel periodiknya. Hal itu dilakukannya
untuk menetapkan kemiripan sifat beberapa golongan. Mendeleev yakin bahwa akan
ditemukan unsur-unsur yang aaakan menempati tempat kosong tersebut. Bahkan
Mendeleev mampu meramalkan unsur-unsur yang masih belum diketahui tersebut, dan
kenyataanya apa yang diramalkan oleh Mendeleev tersebut sesuai dengan
kenyataan.Hal inilah yang meeenjadi salah satu kelebihan dari sistem periodik
Mendeleev.
Sistem periodik
yang dikenal saat ini disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan bukan nomor
massa. Oleh karena itu kita perlu mengetahui pengertian nomor atom terlebih
dahulu. Nomor atom adalah nomor yang menunjukan jumlah proton dalam inti atom,
sementara itu nomor massa adalah nomor yang menunjukan nomor proton dan neutron
dalam inti atom.
Dalam sistem
periodik modern ini, dikenal istilah periode dan golongan. Periode adalah lajur
horizontal dalam tabel sistem periodik yang disusun berdasarkan kenaikan nomor
atom dan kemiripan sifat. Sementara itu golongan adalah lajur vertikal yang
disusun berdasarkan kemiripan sifat.
Terdapat suatu
garis imajiner antara senyawa Boron dengan polonium yang melewati umsur-unsur
Boron, Silikon, Germanium, Arsen, dan Antimonium dalam sistem periodik. Unsur
yang terletak di sebelah kiri garis imajiner ini disebut sebagai kelompok unsur
logam, sementara itu unsur yang ada di sebelah kanan garis tersebut termasuk
kelompok unsur nonlogam, dan unsur-unsur yang dilewati oleh garis imajiner itu
adalah golongan unsur metaloid (menyerupai logam).
Sejarah
Perkembangan Sistem Periodik Unsur, Golongan, Periode, dan Sifat Periodik
Unsur. Hingga akhir abad 18, hanya dikenal penggolongan unsur atas logam dan
nonlogam. Sekitar dua puluh jenis unsur yang dikenal pada masa itu tampak
mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Suatu
perkembangan baru terjadi pada awal abad 20, yaitu ketika John Dalton
mengemukakan teorinya tentang atom. Menurut Dalton, setiap unsur mempunyai
atom-atom dengan sifat-sifat tertentu yang berbeda dari atom unsur lainnya.
Salah satu perbedaan antar atom unsur itu adalah massanya. Akan tetapi, Dalton
belum dapat menentukan massa atom.
Sebagaimana
diketahui atom mempunyai massa yang amat kecil. Para ahli pada masa itu belum
dapat menentukan massa atom individu. Sebagai gantinya mereka menggunakan massa
atom relatif, yaitu perbandingan massa antar-atom yang satu terhadap yang
lainnya. Metode penentuan massa atom relatif dikemukakan oleh Berzelius (1814) dari Swedia dan P. Dulong dan A. Petit (1819), keduanya darl Perancis.
Berzelius maupun
Dulong dan Petit menentukan massa atom relatif berdasarkan kalor jenis unsur.
Massa atom relatif merupakan sifat penting unsur dan merupakan sifat spesifik,
karena setiap unsur mempunyai massa atom relatif tertentu yang berbeda dari
unsur lainnya. Dobereiner, Newlands, Mendeleev, dan Lothar Meyer membuat
pengelompokan unsur berdasarkan massa atom relatif.
Sejarah Perkembangan Sistem
Periodik Unsur
Sejarah
perkembangan Sistem Periodik Unsur dan penyusunan Sistem Periodik Unsur telah
mengalami banyak penyempurnaan mulai dari Antoine Lavosier, Dalton, John Jacob
Berzelius, J . Newslands, Mendeleev , hingga Henry Moseley.
1.
Lavoiser
Pada 1789,
Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia. Pengelompokan unsur tersebut
berdasarkan sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi empat kelompok.
Yaitu gas, tanah, logam dan non logam. Pengelompokan ini masih terlalu umum
karena ternyata dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang
memiliki sifat berbeda.
Unsur gas yang
di kelompokan oleh Lavoisier adalah cahaya, kalor, oksigen, azote (nitrogen),
dan hidrogen. Unsur-unsur yang tergolong non logam adalah sulfur, fosfor,
karbon, asam klorida, asam flourida, dan asam borak.
Unsur-unsur
logam adalah antimon,perak, arsenik, bismuth. Kobalt, tembaga, timah, nesi,
mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan seng. Yang tergolong unsur
tanah adalah kapur, magnesium oksida, barium oksida, aluminium oksida, dan
silikon oksida.
Kelemahan dari
teori Lavoisior : Penglompokan masih terlalu umum
Kelebihan dari
teori Lavoisior : Sudah mengelompokan 33 unsur yang ada berdasarkan sifat kimia
sehingga bisa di jadikan referensi bagi ilmuan-ilmuan setelahnya.
2.
Dalton
Dalton
mengemukakan bahwa unsur dari atom yang berbeda mempunyai sifat dan massa yang
berbeda. Massa atom diperoleh dari perbandingan massa atom unsur terhadap massa
atom unsur hidrogen. Berangkat dari teorinya itu Dalton mengelompokkan zat-zat
yang berupa unsur-unsur (sebanyak 36 unsur) berdasarkan kenaikan massa atomnya.
3.
John Jacobs Berzellius
(1828)
Dalam daftar
massa unsur yang dibuat oleh Dalton terdapat kesalahan dalam penentuan massa
atom unsur. Pada tahun 1828 Barzellius berhasil membuat dan mempublikasikan
daftar massa atom unsur-unsur yang lebih akurat. Lambang unsur ditemukan oleh
John Jacob Berzelius. Aturan yang digunakan yaitu, simbol kimia yang digunakan
adalah singkatan dari nama latin karena waktu itu bahasa latin merupakan bahasa
sains, misalnya Fe adalah simbol untuk unsur ferrum (besi), Hg adalah simbol
untuk hydrargyrum (raksa), dll. Secara internasional, huruf pertama simbol
kimia ditulis dalam huruf capital, sedangkan huruf selanjutnya jika ada ditulis
dalam huruf kecil. Sistem periodik unsur dapat membantu mempelajari jumlah
unsur yang semakin banyak dan membuatnya lebih praktis.
4.
Johan W. Dobereiner
(1817)
Pada tahun 1829,
J.W. Dobereiner seorang profesor kimia dari Jerman mengelompokan unsur-unsur
berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya. Ia mengemukakan bahwa massa atom relatif
strontium sangat dekat dengan masa rata-rata dari dua unsur lain yang mirip
dengan strantium, yaitu kalsium dan barium dan juga mengemukakan beberapa
kelompok unsur lain. Dobereiner meyimpulkan bahwa unsur-unsur dapat
dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang di sebut triade.
Kelemahan dari
teori ini adalah pengelompokan unsur ini kurang efisien dengan adanya beberapa
unsur lain dan tidak termasuk dalam kelompok triade padahal sifatnya sama
dengan unsur dalam kelompok triade tersebut.
Kelebihan dari
teori ini adalah adanya keteraturan setiap unsur yang sifatnya mirip massa Atom
(Ar) unsur yang kedua (tengah) merupakan massa atom rata-rata di massa atom
unsur pertama dan ketiga.
5.
J. A. K. Newland
(1863-1865)
J. Newlands
merupakan orang pertama yang mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatif. Newlands mengumumkan penemuanya yang disebut hukum oktaf. Ia menyatakan bahwa
sifat-sifat unsur berubah secara teratur. Unsur pertama mirip dengan unsur
kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Daftar
unsur yang disusun oleh Newlands berdasarkan hukum oktaf. Disebut Hukum Oktaf
karena beliau mendapati bahwa sifat-sifat yang sama berulang pada setiap unsur
ke delapan dalam susunan selanjutnya dan pola ini menyerupai oktaf musik.
Hukum oktaf
newlands ternyata hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan,
teryata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Ti mempunya sifat yang
cukup berbeda dengan Al maupun B.
Kelemahan dari
teori ini adalah dalam kenyataanya masih diketemukan beberapa oktaf yang isinya
lebih dari delapan unsur. Dan penggolonganya ini tidak cocok untuk unsur yang massa
atomnya sangat besar.
6.
Lothar Meyer
Pada tahun 1969,
Lothar Meyer mengamati hubungan antara kenaikan massa atom dengan sifat unsur.
Hal ini dilakukan antara lain dengan membuat Kurva volume atom versus fungsi
massa atom.
Dari kurva, ia
mengamati adanya keteraturan dari unsur-unsur dengan sifat yang mirip, dan
pengulangan sifat unsur tidak selalu setelah 8 unsur, seperti dinyatakan dalam
hukum oktaf.
Unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan massa atom secara vertikal. Pengulangan sifat
unsur membentuk kolom. Sedangkan unsur-unsur dengan sifat yang mirip terletak
pada baris yang sama.
7.
Dimitri Mendeleev
Pada tahun 1869
seorang sarjana asal rusia bernama Dimitri Ivanovich Mendeleev, berdasarkan
pengamatan terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu, menyimpulkan bahwa
sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Tabel
Sistem Periodik Mendeleev yang telah disempurnakan (1871) terdiri atas golongan
(lajur tegak) dan periode (deret mendatar).
Keuntungan Tabel
Periodik Mendeleev dalam memahami sifat unsur ialah: Sifat kimia dan sifat
fisika unsur dalam satu golongan berubah secara teratur.
Dapat meramal
sifat unsur yang belum diketemukan, yang akan mengisi tempat kosong dalam
daftar.
Kelemahan Tabel
Periodik Mendeleyev :
Panjang periode
tidak sama. Triade
besi (Fe, Co, dan Ni), triade platina ringan (Ru, Rh, dan Pd), dan triade
platina (Os, Ir, dan Pt) dimasukkan ke dalam golongan VIII.
Selisih massa
atom relatifnya antara dua unsur yang berurutan tidak teratur (antara –1 dan
+4), sehingga sukar untuk meramal unsur-unsur yang belum ditemukan.
Sebagaimana
dapat dilihat pada gambar di atas, Mendeleev mengkosongkan beberapa tempat. Hal
itu dilakukan untuk menetapkan kemiripan sifat dalam golongan. Sebagai contoh,
Mendelev menempatkan Ti (Ar = 48) pada golongan IV dan membiarkan golongan III
kosong karena Ti lebih mirip dengan C dan Si, dari pada dengan B dan Al.
Mendeleev meramalkan dari sifat unsur yang belum di kenal itu. Perkiraan
tersebut didasarkan pada sifat unsur lain yang sudah dikenal, yang letaknya
berdampingan baik secara mendatar maupun secara tegak. Ketika unsur yang
diramalkan itu ditemukan, ternyata sifatnya sangat sesuai dengan ramalan
mendeleev. Salah satu contoh adalah germanium (Ge) yang ditemukan pada tahun
1886, yang oleh Mendeleev dinamai ekasilikon.
8.
Henry G. Moseley
Pada awal abad
20, pengetahuan kita terhadap atom mengalami perkembangan yang sangat mendasar.
Para ahli menemukan bahwa atom bukanlah suatu partikel yang tak terbagi
melainkan terdiri dari partikel yang lebih kecil yang disebut partikel dasar
atau partikel subatom. Kini atom di yakini terdiri atas tiga jenis partikel
dasar yaitu proton, elektron, dan neuron. Jumlah proton merupakan sifat khas
dari unsur, artinya setiap unsur mempunyai jumlah proton tertentu yang berbeda
dari unsur lainya. Jumlah proton dalam satu atom ini disebut nomor atom. pada
1913, seorang kimiawan inggris bernama Henry Moseley melakukan eksperimen
pengukuran panjang gelombang unsur menggunakan sinar-X.
Berdasarkan
hasil eksperimenya tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa sifat dasar atom bukan
didasari oleh massa atom relatif, melainkan berdasarkan kenaikan jumlah proton.
Ha tersebut diakibatkan adanya unsur-unsur yang memiliki massa atom berbeda,
tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop.
Kenaikan jumlah
proton ini mencerminkan kenaikan nomor atom unsur tersebut. Pengelompokan
unsur-unsur sistem periodik modern merupakan penyempurnaan hukum periodik
Mendeleev, yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang.
9. Pengelompokan Unsur Berdasarkan Sistem Periodik
Modern
Sistem periodik
Mendeleyev dikemukakan sebelum penemuan teori struktur atom, yaitu
partikel-partikel penyusun atom. Partikel penyusun inti atom yaitu proton dan
neutron, sedangkan elektron mengitari inti atom. Setelah partikel-partikel
penyusun atom ditemukan, ternyata ada beberapa unsur yang mempunyai jumlah
partikel proton atau elektron sama, tetapi jumlah neutron berbeda. Unsur
tersebut dikenal sebagai isotop. Jadi, terdapat atom yang mempunyai jumlah
proton dan sifat kimia sama, tetapi massanya berbeda karena massa proton dan
neutron menentukan massa atom.
Dengan demikian,
sifat kimia tidak ditentukan oleh massa atom, tetapi ditentukan oleh jumlah
proton dalam atom tersebut. Jumlah proton digunakan sebagai nomor atom unsur
dan unsur- unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom. Ternyata, kenaikan
nomor atom cenderung diikuti dengan kenaikan massa atomnya.
Keperiodikan
sifat fisika dan kimia unsur disusun berdasarkan nomor atomnya. Pernyataan
tersebut disimpulkan berdasarkan hasil percobaan Henry Moseley pada tahun 1913. Sistem periodik yang telah
dikemukakan berdasarkan percobaan Henry Moseley merupakan sistem periodik
modern dan masih digunakan hingga sekarang.
Sistem periodik
unsur modern merupakan modifikasi dari sistem periodik Mendeleyev. Perubahan
dan penyempumaan dilakukan terhadap sistern periodik Mendeleyev terutama
setelah penemuan unsur-unsur gas mulia. Mendeleyev telah meletakan dasar-dasar
yang memungkinkan untuk perkembangan sistem periodik unsur.
10. Golongan dan Periode Unsur dalam Tabel Sistem
Periodik Unsur Modern
Unsur-unsur
dalam tabel sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom.
Karena sistem periodik yang disusun berbentuk panjang, maka tabel periodik yang
sekarang ini disebut tabel periodik
panjang. Terkadang disebut pula tabel periodik modern, dikarenakan
disusun oleh konsep-konsep yang sudah modern.
Berbeda dengan
tabel periodik Mendeleyev, karena berbentuk pendek, maka sering disebut sistem
periodik pendek. Pada sistem periodik bentuk panjang, sifat unsurnya merupakan
fungsi periodik dari nomor atomnya. Hal ini berarti bahwa sifat unsur
tergantung dari nomor atomnya.
Pada tabel
periodik bentuk panjang, juga dikenal istilah periode dan golongan. Penyusunan
unsur dengan arah mendatar ke kanan disebut periode, sedangkan penyusunan unsur dengan arah ke bawah disebut golongan. Tabel periodik bentuk
panjang terdiri atas 7 periode
dan 8 golongan. Adapun tampilan
fisik tabel Sistem Periodik Modern, adalah sebagai berikut eriode dibedakan
menjadi periode pendek dan periode panjang, sedangkan golongan dibedakan
menjadi golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Periode
pendek mencakup periode 1 (terdiri dari 2 unsur), periode 2 (terdiri dari 8
unsur) dan periode 3 (terdiri dari 8 unsur). Sedangkan periode panjang mencakup
periode 4 sampai dengan periode 7.
a. Golongan
Golongan unsur
pada sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan jumlah elektron valensi (elektron
yang terletak pada kulit terluar). Unsur dalam satu golongan mempunyai
sifat yang cenderung sama dan ditempatkan dalam arah vertikal (kolom).
Pada sistem
periodik unsur modern, golongan dibagi menjadi 18 berdasarkan aturan IUPAC.
Berdasarkan aturan Amerika, sistem periodik unsur modern dibagi dua golongan
yaitu golongan A dan B. Jadi, golongan unsur dari kiri ke kanan ialah IA, IIA,
IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, IIB, IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA.
Umumnya, digunakan pembagian golongan menjadi A dan B.
b. Periode
Periode unsur
pada sistem periodik unsur modem disusun dalam arah horisontal (baris)
untuk menunjukkan kelompok unsur yang mempunyai jumlah kulit sama.
Sistem periodik
bentuk panjang terdiri atas 7 periode sebagai berikut :
1)
Periode 1 = periode
sangat pendek berisi 2 unsur, yaitu H dan He
2)
Periode 2 = periode
pendek berisi 8 unsur
3)
Periode 3 = periode
pendek berisi 8 unsur
4)
Periode 4 = periode
panjang berisi 18 unsur
5)
Periode 5 = periode
panjang berisi 18 unsur
6)
Periode 6 = periode
sangat panjang berisi 32 unsur
7)
Periode 7 = periode
yang unsur-unsurnya belum lengkap berisi 30 unsur
Pada periode 6
termasuk periode sangat panjang, yaitu berisi 32 unsur. Golongan IIIB periode 6
berisi 14 unsur dengan sifat mirip yang dinamakan golongan lantanida. Begitu
juga golongan IIIB periode 7 berisi 14 unsur dengan sifat mirip dinamakan
golongan aktinida. Unsur golongan aktinida dan lantanida biasanya dituliskan
terpisah di bawah. Golongan lantanida dan aktinida disebut golongan transisi dalam.
11. Penetapan Golongan dan Periode
Golongan dan
periode dapat ditentukan dengan cara menuliskan konfigurasi elektron.
Konfigurasi elektron adalah penataan elektron dalarn atom yang ditentukan
berdasarkan jumlah elektron. Pada konfigurasi elektron, jumlah elektron valensi
menunjukkan nomor golongan, sedangkan jumlah kulit yang sudah terisi elektron
(n terbesar) menunjukkan periode.
Daftar unsur menurut nomor atom
Berikut adalah tabel unsur kimia
yang disusun berdasarkan nomor atom
dan kode warna menurut tipe unsur. Setiap unsur ditampilkan informasi mengenai
nama unsur, lambang unsur,
golongan
dan periode, massa atom
(atau isotop
yang paling stabil), massa jenis,
titik lebur, titik didih
dan penemunya.
Periode,
Golongan |
Titik
lebur (°C) |
Titik
didih (°C) |
Tahun
penemuan |
Penemu
|
|||||
1
|
H
|
1;
1
|
0,084
g/l
|
-259,1
|
-252,9
|
1766
|
|||
2
|
He
|
1;
18
|
0,17
g/l
|
-272,2
|
-268,9
|
1895
|
|||
3
|
Li
|
2;
1
|
0,53
|
180,5
|
1317
|
1817
|
|||
4
|
Be
|
2;
2
|
9,012182(3)
|
1,85
|
1278
|
2970
|
1797
|
||
5
|
B
|
2;
13
|
2,46
|
2300
|
2550
|
1808
|
|||
6
|
C
|
2;
14
|
3,51
|
3550
|
4827
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
7
|
N
|
2;
15
|
1,17
g/l
|
-209,9
|
-195,8
|
1772
|
|||
8
|
O
|
2;
16
|
1,33
g/l
|
-218,4
|
-182,9
|
1774
|
|||
9
|
F
|
2;
17
|
18,9984032(5)
|
1,58
g/l
|
-219,6
|
-188,1
|
1886
|
||
10
|
Ne
|
2;
18
|
0,84
g/l
|
-248,7
|
-246,1
|
1898
|
|||
11
|
Na
|
3;
1
|
22,98976928(2)
|
0,97
|
97,8
|
892
|
1807
|
||
12
|
Mg
|
3;
2
|
24,3050(6)
|
1,74
|
648,8
|
1107
|
1755
|
||
13
|
Al
|
3;
13
|
26,9815386(8)
|
2,70
|
660,5
|
2467
|
1825
|
||
14
|
Si
|
3;
14
|
2,33
|
1410
|
2355
|
1824
|
|||
15
|
P
|
3;
15
|
30,973762(2)
|
1,82
|
44
(P4)
|
280 (P4)
|
1669
|
||
16
|
S
|
3;
16
|
2,06
|
113
|
444,7
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
17
|
Cl
|
3;
17
|
2,95
g/l
|
-34,6
|
-101
|
1774
|
|||
18
|
Ar
|
3;
18
|
1,66
g/l
|
-189,4
|
-185,9
|
1894
|
|||
19
|
K
|
4;
1
|
39,0983(1)
|
0,86
|
63,7
|
774
|
1807
|
||
20
|
Ca
|
4;
2
|
1,54
|
839
|
1487
|
1808
|
|||
21
|
Sc
|
4;
3
|
44,955912(6)
|
2,99
|
1539
|
2832
|
1879
|
||
22
|
Ti
|
4;
4
|
47,867(1)
|
4,51
|
1660
|
3260
|
1791
|
||
23
|
V
|
4;
5
|
50,9415(1)
|
6,09
|
1890
|
3380
|
1801
|
||
24
|
Cr
|
4;
6
|
51,9961(6)
|
7,14
|
1857
|
2482
|
1797
|
||
25
|
Mn
|
4;
7
|
54,938045(5)
|
7,44
|
1244
|
2097
|
1774
|
||
26
|
Fe
|
4;
8
|
55,845(2)
|
7,87
|
1535
|
2750
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
|
27
|
Co
|
4;
9
|
58,933195(5)
|
8,89
|
1495
|
2870
|
1735
|
||
28
|
Ni
|
4;
10
|
58,6934(2)
|
8,91
|
1453
|
2732
|
1751
|
||
29
|
Cu
|
4;
11
|
8,92
|
1083,5
|
2595
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
30
|
Zn
|
4;
12
|
65,409(4)
|
7,14
|
419,6
|
907
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
|
31
|
Ga
|
4;
13
|
69,723(1)
|
5,91
|
29,8
|
2403
|
1875
|
||
32
|
Ge
|
4;
14
|
72,64(1)
|
5,32
|
937,4
|
2830
|
1886
|
||
33
|
As
|
4;
15
|
74,92160(2)
|
5,72
|
613
|
ca,
1250
|
|||
34
|
Se
|
4;
16
|
4,82
|
217
|
685
|
1817
|
|||
35
|
Br
|
4;
17
|
79,904(1)
|
3,14
|
-7,3
|
58,8
|
1826
|
||
36
|
Kr
|
4;
18
|
3,48
g/l
|
-156,6
|
-152,3
|
1898
|
|||
37
|
Rb
|
5;
1
|
1,53
|
39
|
688
|
1861
|
|||
38
|
Sr
|
5;
2
|
2,63
|
769
|
1384
|
1790
|
|||
39
|
Y
|
5;
3
|
88,90585(2)
|
4,47
|
1523
|
3337
|
1794
|
||
40
|
Zr
|
5;
4
|
6,51
|
1852
|
4377
|
1789
|
|||
41
|
Nb
|
5;
5
|
92,906
38(2)
|
8,58
|
2468
|
4927
|
1801
|
||
42
|
Mo
|
5;
6
|
10,28
|
2617
|
5560
|
1778
|
|||
43
|
Tc
|
5;
7
|
11,49
|
2172
|
5030
|
1937
|
|||
44
|
Ru
|
5;
8
|
12,45
|
2310
|
3900
|
1844
|
|||
45
|
Rh
|
5;
9
|
102,90550(2)
|
12,41
|
1966
|
3727
|
1803
|
||
46
|
Pd
|
5;
10
|
12,02
|
1552
|
3140
|
1803
|
|||
47
|
Ag
|
5;
11
|
10,49
|
961,9
|
2212
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
48
|
Cd
|
5;
12
|
8,64
|
321
|
765
|
1817
|
|||
49
|
In
|
5;
13
|
114,818(3)
|
7,31
|
156,2
|
2080
|
1863
|
||
50
|
Sn
|
5;
14
|
7,29
|
232
|
2270
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
51
|
Sb
|
5;
15
|
6,69
|
630,7
|
1750
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
52
|
Te
|
5;
16
|
6,25
|
449,6
|
990
|
1782
|
|||
53
|
I
|
5;
17
|
126,90447(3)
|
4,94
|
113,5
|
184,4
|
1811
|
||
54
|
Xe
|
5;
18
|
4,49
g/l
|
-111,9
|
-107
|
1898
|
|||
55
|
Cs
|
6;
1
|
132,9054519(2)
|
1,90
|
28,4
|
690
|
1860
|
||
56
|
Ba
|
6;
2
|
137,327(7)
|
3,65
|
725
|
1640
|
1808
|
||
57
|
La
|
6
|
6,16
|
920
|
3454
|
1839
|
|||
58
|
Ce
|
6
|
6,77
|
798
|
3257
|
1803
|
|||
59
|
Pr
|
6
|
140,90765(2)
|
6,48
|
931
|
3212
|
1895
|
||
60
|
Nd
|
6
|
7,00
|
1010
|
3127
|
1895
|
|||
61
|
Pm
|
6
|
7,22
|
1080
|
2730
|
1945
|
|||
62
|
Sm
|
6
|
7,54
|
1072
|
1778
|
1879
|
|||
63
|
Eu
|
6
|
5,25
|
822
|
1597
|
1901
|
|||
64
|
Gd
|
6
|
7,89
|
1311
|
3233
|
1880
|
|||
65
|
Tb
|
6
|
158,92535(2)
|
8,25
|
1360
|
3041
|
1843
|
||
66
|
Dy
|
6
|
8,56
|
1409
|
2335
|
1886
|
|||
67
|
Ho
|
6
|
164,93032(2)
|
8,78
|
1470
|
2720
|
1878
|
||
68
|
Er
|
6
|
9,05
|
1522
|
2510
|
1842
|
|||
69
|
Tm
|
6
|
168,93421(2)
|
9,32
|
1545
|
1727
|
1879
|
||
70
|
Yb
|
6
|
6,97
|
824
|
1193
|
1878
|
|||
71
|
Lu
|
6;
3
|
9,84
|
1656
|
3315
|
1907
|
|||
72
|
Hf
|
6;
4
|
178,49(2)
|
13,31
|
2150
|
5400
|
1923
|
||
73
|
Ta
|
6;
5
|
180,9479(1)
|
16,68
|
2996
|
5425
|
1802
|
||
74
|
W
|
6;
6
|
183,84(1)
|
19,26
|
3407
|
5927
|
1783
|
||
75
|
Re
|
6;
7
|
186,207(1)
|
21,03
|
3180
|
5627
|
1925
|
||
76
|
Os
|
6;
8
|
22,61
|
3045
|
5027
|
1803
|
|||
77
|
Ir
|
6;
9
|
192,217(3)
|
22,65
|
2410
|
4130
|
1803
|
||
78
|
Pt
|
6;
10
|
195,084(9)
|
21,45
|
1772
|
3827
|
1557
|
||
79
|
Au
|
6;
11
|
196,966569(4)
|
19,32
|
1064,4
|
2940
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
|
80
|
Hg
|
6;
12
|
200,59(2)
|
13,55
|
-38,9
|
356,6
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
|
81
|
Tl
|
6;
13
|
204,3833(2)
|
11,85
|
303,6
|
1457
|
1861
|
||
82
|
Pb
|
6;
14
|
11,34
|
327,5
|
1740
|
prasejarah
|
tak
diketahui
|
||
83
|
Bi
|
6;
15
|
208,98040(1)
|
9,80
|
271,4
|
1560
|
1540
|
||
84
|
Po
|
6;
16
|
9,20
|
254
|
962
|
1898
|
|||
85
|
At
|
6;
17
|
302
|
337
|
1940
|
||||
86
|
Rn
|
6;
18
|
9,23
g/l
|
-71
|
-61,8
|
1900
|
|||
87
|
Fr
|
7;
1
|
27
|
677
|
1939
|
||||
88
|
Ra
|
7;
2
|
5,50
|
700
|
1140
|
1898
|
|||
89
|
Ac
|
7
|
10,07
|
1047
|
3197
|
1899
|
|||
90
|
Th
|
7
|
11,72
|
1750
|
4787
|
1829
|
|||
91
|
Pa
|
7
|
15,37
|
1554
|
4030
|
1917
|
|||
92
|
U
|
7
|
18,97
|
1132,4
|
3818
|
1789
|
|||
93
|
Np
|
7
|
20,48
|
640
|
3902
|
1940
|
|||
94
|
Pu
|
7
|
19,74
|
641
|
3327
|
1940
|
|||
95
|
Am
|
7
|
13,67
|
994
|
2607
|
1944
|
|||
96
|
Cm
|
7
|
13,51
|
1340
|
1944
|
||||
97
|
Bk
|
7
|
13,25
|
986
|
1949
|
||||
98
|
Cf
|
7
|
15,1
|
900
|
1950
|
||||
99
|
Es
|
7
|
860
|
1952
|
|||||
100
|
Fm
|
7
|
1952
|
||||||
101
|
Md
|
7
|
1955
|
||||||
102
|
No
|
7
|
1958
|
||||||
103
|
Lr
|
7;
3
|
1961
|
||||||
104
|
Rf
|
7;
4
|
1964/69
|
||||||
105
|
Db
|
7;
5
|
1967/70
|
||||||
106
|
Sg
|
7;
6
|
1974
|
||||||
107
|
Bh
|
7;
7
|
1976
|
||||||
108
|
Hs
|
7;
8
|
1984
|
GSI (*)
|
|||||
109
|
Mt
|
7;
9
|
1982
|
||||||
110
|
Ds
|
7;
10
|
1994
|
||||||
111
|
Rg
|
7;
11
|
1994
|
||||||
112
|
Cn
|
7;
12
|
1996
|
||||||
113
|
Uut
|
7;
13
|
2004
|
||||||
114
|
Uuq
|
7;
14
|
1999
|
||||||
115
|
Uup
|
7;
15
|
2004
|
||||||
116
|
Uuh
|
7;
16
|
1999
|
LBNL (*)
|
|||||
117
|
Uus
|
7;
17
|
tak
ditemukan
|
||||||
118
|
Uuo
|
7;
18
|
tak
ditemukan
|
-
Catatan
-
Catatan 1: Unsur
ini tidak memiliki inti stabil. Nilai dalam tanda kurung kotak, misalnya [209],
menunjukkan nomor massa isotop dengan waktu hidup terpanjang pada unsur
tersebut. Namun, terdapat tiga unsur (Torium, Protaktinium, dan Uranium) yang
memiliki karakteristik "terrestrial isotopic composition", sehingga
yang ditunjukkan adalah massa atomnya lah yang diberikan.
-
Catatan 2:
Komposisi isotopik unsur ini bervariasi dalam beberapa spesimen geologis, dan
variasinya mungkin melebihi seperti yang ditunjukkan dalam tabel ini.
-
Catatan 3:
Komposisi isotopik unsur ini dapat bervariasi dalam materi komersial, yang
dapat menyebabkan berat atom menyimpang secara signifikan dari nilai yang
ditunjukkan dalam tabel ini.
-
Catatan 4:
Komposisi isotopik bervariasi pada materi terrestrial, sehingga berat
atom yang lebih tepat (precise) tidak dapat diberikan.
-
Catatan 5: Berat
atom Litium komersial dapat bervariasi antara 6,939 dan 6.996—analisis materi
secara spesifik diperlukan untuk menemukan nilai yang lebih akurat.
BAB III
APLIKASI
DALAM INDUSTRI
3.1 Reaksi Kimia Dan Susunan Berkala
Setelah belajar mengenai bentuk atom
dan cara atom saling tarik menarik
dengan adanya ikatan kimia, kita akan melihat kereaktivan zat kimia untuk
mempelajari bahwa sifat-sifat kimia dari zat ada hubungannya dengan struktur elektron dan ikatannya. Salah satu tujuan
utama adalah menghubungkan sifat-sifat kimia dan reaksi dari unsur dengan
tempatnya dalam Susunan Berkala. Dengan cara
ini, kenyataan dari zat kimia akan lebih mudah diingat dan susunan berkala
akan menjadi petunjuk bagi kita dalam mengikuti arah kereaktivan kimia.
3.1.1 Reaksi
Dari Logam Sebagai Zat Pereduksi
Telah
dipelajari bahwa logam adalah unsur dengan energi ionisasi dan
elektronegativitas yang rendah. Logam sangat mudah kehilangan elektron dan
sangat sukar untuk mendapatkannya kembali. Akibatnya bila bereaksi dengan unsur nonlogam akan berbentuk ion
positif (kation) dan dalam proses
ini ia akan teroksidasi. Logam dalam berekasi berperan sebagai zat
pereduksi. Sebagai contoh adalah reaksi logam natrium dengan klor membentuk
natrium klorida.
2Na(s)
+ Cl2(g) à
2NaCI(s)
Klor akan mengoksidasi natrium sehingga terbentuk ion Na+,
dan dalam proses ini dikatakan bahwa
natrium mereduksi klor menjadi Cl- (anion); klor menjadi
oksidator dan natrium reduktornya.
Kemampuan logam sebagai zat pereduksi tak terbatas pada reaksinya dengan unsur-unsur nonlogam. Banyak zat-zat lain
dapat mengoksidasi logam sehingga logam juga berperan sebagai reduktor. Dengan
mempelajari reaksi-reaksi ini, kita dapat mengurut logam-logam berdasarkan
daya reduksinya.
3.1.2 Reaksi logam dengan asam
Salah satu
cara. khas dari logam bertindak sebagai zat pereduksi adalah reaksinya dengan asam. Contohnya adalah reaksi
dari seng dengan asam klorida atau asam. sulfat
Zn(s)
+ 2HCI(aq) à
ZnC12(aq) + H2(g)
Zn(s)
+ H2SO4(aq) à ZnSO4(aq) + H2(g) H2(g)
Hasil akhir dari kedua persamaan ion adalah sama yaitu :
Zn(s) + 2H+(aq) à
Zn2+(aq) + H2(g)
Pada reaksi ini, zat yang
dioksidasi adalah seng sedangkan yang direduksi adalah ion hidrogen. Maka seng
adalah reduktor dan ion hidrogen oksidator. (Ingat bahwa dalam larutan H+
terikat H2O, sehingga yang bereaksi
adalah ion hidronium, H30+). Untuk mudahnya, kita singkat H30+
sebagai H+
karena ion hidrogen merupakan "komponen aktif dalam ion hidronium.
Dalam larutan air HCI dan H2SO4 , satu-satunya zat pengoksidasi adalah
H+, dalam keadaan biasa baik Cl- atau SO4 2-
tak akan direduksi. Asam semacam HCI dan H2SO4, dimana oksidator yang efektif hanya H+,
dinamakan asam bukan pengoksidasi. (Kedengarannya
sangat aneh, sebab asam ini akan mengoksidasi logam, tetapi istilah ini
dipakai untuk membedakan dengan zat-zat lain yang anion dari asamnya merupakan
oksidator juga).
Logam-logam
lain yang juga bereaksi dengan asam yang tak mengoksidasi adalah besi, magnesium dam aluminium. Pada
tiap reaksi akan dihasilkan hidrogen dan ion logamnya dalam larutan.
Fe(s)
+ 2H+(aq) à
4 Fe2+(aq) + H2
(g)
Mg(s) + 2H+(aq)
à Mg2+(aq) + H2(g)
2Al(s) + 6H+(aq) à 2Al3+(aq) + 3H2(g)
Reaksi
umum dari logam dengan asam yang tak mengoksidasi
logam + H+
à ion logam + H2
(g)
Seperti dikatakan pada paragraf
sebelumnya, tak semua logam dapat dioksidasi
oleh ion hidrogen. Dua logam umum termasuk ini adalah ternbaga dan perak. Bila
salah satu logam ini diletakkan dalam larutan HCI, tak akan terjadi reaksi. Ini
membuktikan bahwa beberapa logam seperti tembaga dan perak akan lebih sukar
dioksidasi daripada logam lain, sehingga ion
H+ tak dapat mengoksidasinya. Dibutuhkan oksidator yang lebih kuat daripada H+ untuk
mengoksidasi logam-logam tersebut.
Asam yang dapat melarutkan tembaga
dan perak adalah asam nitrat, HNO3. Asam ini adalah salah satu contoh dari asam pengoksidasi, selain ion H+ , larutan asam ini juga
mengandung ion nitrat, suatu oksidator yang
lebih hebat dari pada ion H+. Reaksi yang hebat antara tembaga dan HNO3 pekat
diperlihatkan dengan menghasilkan gas merah coklat
yang keluar adalah nitrogen dioksida, NO2, yang terbentuk pada reaksi
Cu(s)
+ 2NO3-(aq) + 4H+(aq) à Cu2+(aq) +
2NO2 (g) + 2H20
Pada reaksi ini ion, 2NO3- direduksi
menjadi NO2. Gas H2
tak terbentuk sebab H+ tak direduksi, ion hidrogennya
bergabung dengan H20 yang juga dihasilkan reaksi ini. Bila NO3- bekerja sebagai oksidator, hasilnya
tergantung pada suatu tingkat dari berapa kepekatan dari asamnya. Misalnya
dengan tembaga terjadi reaksi-reaksi berikut
Dengan HNO3 encer
3Cu(s)
+ 2 NO3- (aq) + 8H+(aq) à 3Cu2+(aq) +
2NO(g) + 4 H20
Dengan HNO3 pekat
Cu(s)
+ 2 NO3- aq) + 8H+(aq) à Cu2+(aq) + 2NO2(g) + 2
H20
Reaksi yang sama akan terjadi
dengan perak. Sekali lagi, tak tergantung dari konsentrasi HNO3, H2
tetap tak terbentuk pada reaksinya. Sebagai gantinya ion nitrat akan direduksi
menjadi gas NO atau NO2.
Telah dikatakan
bahwa asam sulfat adalah salah satu contoh dari asam
yang tak mengoksidasi dan memang demikianlah bila asam sulfat berada sebagai larutan encer dalam air. Tetapi bila larutan asamnya pekat dan panas maka dapat bekerja sebagai oksidator.
Misalnya asam sulfat pekat dan panas akan bereaksi dengan tembaga sebagai
berikut:
Cu + 2H2SO4
+ kalor à CuSO4
+ S02 + 2 H20
Hasil
akhir persamaan ionnya
Cu(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) à
Cu2+ + S02(g)
+ 2H20
Perhatikan
bahwa dalam hal ini ion sulfat, SO42-yang akan direduksi
menjadi S02 bukan
H+. Kecenderungan logam untuk bereaksi dengan asam-asam
memberikan suatu cara kasar untuk membagi
logam-logam berdasarkan kemampuannya untuk
bekerja sebagai reduktor. Logam-logam seperti seng, besi, magnesium dan
aluminium yang dapat bereaksi dengan ion H+, lebih mudah dioksidasi
sehingga merupakan reduktor yang lebih baik daripada seng dan perak, yang tak
bereaksi dengan asam-asam bukan pengoksidasi. Tetapi bagaimana cara membedakan
antara logam-logam Zn, Fe, Mg dan Al dan bagaimana bila dibandingkan dengan Cu
dan Ag dalam hal kemampuannya sebagai zat pereduksi?
3.1.3 Deret
aktivitas logam
Reaksi dari suatu asam dengan logam
merupakan sifat dari reaksi kimia dari
golongan yang lebih luas dimana suatu unsur akan menggantikan unsur lainnya dari suatu senyawa. Ada yang
menyebutnya sebagai reaksi pergantian
tunggal. Contoh lain dari reaksi semacam ini adalah perubahan yang
terjadi bila sebatang logam seng dimasukkan ke dalam
Reaksi antara seng dan ion tembaga.): Batang seng dengan gelas
kimia yang mengandung larutan tembaga sulfat.: Ketika seng dimasukkan ke dalam larutan tembaga sulfat, ion-ion
tembaga direduksi menjadi logam Cu sedangkan sengnya larut.: Sesudah beberapa waktu kelihatan seng akan dilapisi oleh tembaga
yang berwarna merah coklat. Perhatikan bahwa warna biru dari larutan CuSO4 akan
berkurang.
larutan yang mengandung tembaga sulfat, sesudah beberapa
waktu terlihat pada batang seng ada pelekatan dari seng yang berwarna merah
coklat, sedangkan warna biru dari tembaga akan memucat. Bila larutannya
dianalisis, ternyata akan mengandung seng. Hasil akhir reaksi ion yang terjadi
Zn(s)
+ Cu2+(aq) à
Cu(s) + Zn2+(aq)
Terlihat bahwa reaksinya sama
dengan reaksi antara seng dan ion hidrogen
Zn(s)
+ 2H+(aq) à H2(g) +,Zn 2+(aq)
Reaksi seperti seng dengan ion tembaga ini memungkinkan
kita untuk membuat muatan logam-logam berdasarkan daya
oksidasinya. Misalnya baru saja kita lihat bahwa seng dapat mereduksi ion
tembaga dalam larutan. Tetapi bila kita memasukkan batang tembaga ke dalam
larutan yang mengandung ion Zn +2, tak terjadi reaksi apa-apa.
Cu(s) + Zn2+(aq) Tak ada reaksi
Jadi, seng dapat menggantikan tembaga dari senyawanya,
tetapi tembaga tak dapat menggantikan seng dari senyawanya.
Walaupun logam seng akan
menggantikan tembaga dari larutan yang mengandung ion Cu+2, tetapi logam
tembaga tak akan menggantikan ionZn+2 dari larutannya. Terlihat di sini bahwa lempeng tembaga tak
mengalami perubahan sesudah dimasukkan ke dalam larutan seng sulfat
Dengan
perkataan lain, seng secara sukarela akan
memberikan elektronnya kepada ion tembaga,
tetapi tembaga tak mau memberikan elektronnya kepada ionseng. Berarti seng lebih mudah dioksidasi dari pada
tembaga. (Juga telah dibuktikan dengan
pengarah ion H+ pada logam seng dan tem- baga) Dengan membandingkan kemampuan logam-logam untuk
menggantikan logam lain dari
senyawanya, kita dapat membuat deretan logam
berdasarkan penurunan daya teroksidasinya. Misalnya: reaksi -reaksi
percobaan berikut ini -
Fe(s)
+ Pb2+(aq) à
Fe2+(aq) + Pb(s)
Mg(s)
+ Fe2+(aq) à
Mg2+(aq) + Fe(s)
Pb(s)
+ Cu2+(aq) à Pb2+(aq)
+ Cu(s)
Dari
reaksi-reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa (1) Besi lebih mudah dioksidasi
daripada timah hitam (Pb).(2) Magnesium lebih mudah dioksidasi daripada besi
berarti magnesium juga lebih mudah dioksodasi daripada timah hitam.(3) Timah
hitam lebih mudah dioksidasi daripada tembaga. Sehingga deret penurunan
kemudahan dioksidasi adalah:
Mg > Fe > Pb > Cu
Daftar
deret logam-logam yang dibuat berdasarkan cara ini disebut deret keatifan.
Daftar yang lebih lengkap diberikan pada tabel berikut:
Logam
|
Penurunan daya untuk dioksidasià
|
Li à Li+
+ e-
|
Kenaikan daya ion-ion logam untuk dioksidasi à
|
Lithium
|
Li à Li+
+ e-
|
||
Cesium
|
Ca à Ce+
+ e-
|
||
Rubidium
|
Rb à Rb+
+ e-
|
||
Potasium
|
K à K+ +
e-
|
||
Barium
|
Ba à Ba++
+ 2e-
|
||
Strontium
|
Sr à Sr++
+ 2e-
|
||
Calsium
|
Ca à Ca++
+ 2e
|
||
Sodium
|
Na à Na+
+ e
|
||
Magnesium
|
Mg à Mg++
+ 2e
|
||
Zinc
|
Zn à Zn++
+ 2e
|
||
Chromium
|
Cr à Cr+++
+ 3e
|
||
Iron
|
Fe à Fe++
+ 2e
|
||
Cadmium
|
Cd à Cd++
+ 2e
|
||
Cobalt
|
Co à Co++
+ 2e
|
||
Nickel
|
Ni à Ni++
+ 2e
|
||
Tin
|
Sn à Sn++
+ 2e
|
||
Lead
|
Pb àPb++
+ 2e
|
||
Hydrogen
|
H2 à 2H+
+ 2e
|
||
Copper
|
Cu à Cu+
+ 2e
|
||
Silver
|
Ag à Ag++
+ 2e
|
||
Mercury
|
Hg à Hg++
+ 2e
|
||
Platinum
|
Pt à Pt++
+ 2e
|
||
Gold
|
Au à Au+++
+ 3e
|
Logam-logam yang berada di
atas yang paling mudah dioksidasi; sedangkan yang di bawah paling sukar
dioksidasi. Perhatikan bahwa
logam-logam alkali dan alkali tanah berada di atas, berarti mudah dioksidasi.
Dan logam-logam mulia berada di bawah, jadi sukar dioksidasi.
Deret keaktivan juga dapat,dipakai sebagai pembanding
untuk kemudahan dari ion-ion
logam untuk direduksi. Bila suatu logam sukar dioksidasi, maka kationnya mudah
direduksi. Misalnya logam emas sangat sukar dioksidasi tetapi ionnya Au+3
sangat mudah direduksi.
Salah satu kegunaan dari deret keaktivan ini ialah kita
dapat menggunakan untuk menentukan hasil
reaksi penggantian tunggal. Tiap logam dalam daftar ini dapat
menggantikan logam di bawahnya dari persenyawaannya. Misalnya, magnesium
berada di atas besi dalam deret ini. Artinya magnesium akan mudah dioksidasi
sedangkan besinya akan direduksi. Jika logam magnesium ditempatkan dalam
larutan senyawa besi, magnesium itu akan dioksidasi dan ion besi akan
direduksi. Setelah reaksi selesai, larutannya akan mengandung senyawa besi.
Deret keaktifan juga dapat digunakan untuk meramalkan
reaksi kimia. Misalnya apa yang terjadi bila sepotong timbal (Pb) dimasukkan ke
dalam larutan alumunium sulfat. Dalam deret keaktifan, ternyata timbal berada
di bawah alumunium, berarti logam timbal tidak dapat mereduksi logam alumunium,
sehingga reaksi berikut tidak akan terjadi.
Pb
(s) +
Al3+ à
Tak terjadi
Lain
halnya bila sepotong logam krom dimasukkan ke dalam larutan perak nitrat. Logam
krom dalam deret keaktifan berada di atas logam perak sehingga logam krom dapat
mereduksi logam ion perak sesuai reaksi berikut:
Cr
(s) +
Ag+ (s) à Cr3+ (s)
+ Ag (s)
Perlu
diketahui bahwa hydrogen juga berada dalam deret kektifan logam, dimana
letaknya merupakan batas dari logam-logam yang dapat dioksidasi oleh ion
hydrogen. Setiap logam yang letaknya di atas hidroogen dapat mereduksi ion H+ untuk membentuk H2, sehingga semua
logam diatas hydrogen dapat bereaksi dengan asam yang tak menhoksidasi seperti
HCl.
3.1.4 Kecenderungan Berkala
Dalam Reaktifitas Logam-logam
Bila
kita menggunakan istilah reaktivitas dalam menggambarkan sifatsifat dari logam-logam; berarti mudah atau
sukarpya logam tersebut melepaskan
elektron untuk menjadi kation. Suatu logam yang reaktif adalah logam
yang mudah melepaskan elektronnya berarti mudah dioksidasi.
Deret aktivitas yang dibicarakan sebelum ini membuat
peringkat logam berdasarkan reaktivitasnya. Walaupun deret ini berguna untuk
menjawab soal-soal seperti dua contoh soal sebelumnya, tetapi sering hanya
berguna untuk mengetahui keragaman reaktifitas logam-logam dalam susunan
berkala---untuk mengetahui penempatan lokasi dari logam-logam yang reaktif dan
yang tidak reaktif. Kecenderungan berkala semacam ini digambarkan pada susunan
berkala unsur-unsur.
Dalam tabel susunan berkala unsur-unsur, terlihat bahwa kecenderungan dalam
reaktivitas secara kasar akan sejajar dengan keragaman dalam energi ionisasi, hal ini tak mengherankan karena,
ketika bereaksi, logam akan kehilangan elektronnya. Tetapi kesejajaran
hanyalah perkiraan, karma energi ionisasi berlaku bagi atom gas-gas yang
terisolasi yang membentuk ion gas-gas yang juga terisolasi. Pada reaksi kimia,
logamlogarn biasanya bereaksi sebagai zat
padat dan menghasilkan ion dalam larutan sehingga energi ionisasi hanya
termasuk salah sate faktor saja.
Perhatikan bahwa unsur-unsur yang paling reaktif berada
pada golongan IA dan IIA. Unsur-unsur golongan IA dan IIA pada deret
aktivitas terletak di atas. Juga perhatikan bahwa logam-logam yang paling
kurang reaktif tempatnya berdekatan dalam periode 6 di sebelah kanan dari pusat
tabel susunan berkala dalam daerah logam transisi.
Kegunaan dari logam untuk
dioksidasi adalah suatu sifat yang sangat penting. Banyak kegunaan dalam praktek dari unsur-unsur
tergantung dari mudah atau sukamya sifat oksidasi ini. Hal ini disebabkan
karena oksidasi udara pada logam-logam yang dinamakan korosif akan menghasilkan
zat yang tak mempunyai lagi sifat-sifat logam. Korosif atau karatan akan menghilangkan sifat-sifat yang
diinginkan dari logam. Oleh karena itu, logam-logam yang sangat reaktif
seperti yang terletak pada golongan IA dalam praktek tak digunakan, lagi pula
tak ada yang perlu diletakkan pada udara terbuka.
Logam yang kemudahan untuk dioksidasinya sedang-sedang
saja seperti besi misalnya karena sifat-sifat fisiknya sangat diinginkan dapat
dipakai. Tetapi bila akan terjadi keadaan yang membuat karatan, logam tersebut harus dilindungi. Jumlah biaya yang besar
setiap tahun dikeluarkan untuk melapisi baja yang dibuat jembatan agar
tidak berkarat.
Untuk logam-logam yang dapat mereduksi ion H+
menjadi H2 (yaitu yang dapat bereaksi dengan asam-asam yang tak
mengoksidasi), ada kesejajaran yang menarik antara kemudahannya untuk
dioksidasi dan kehebatan reaksinya dengan ion-ion hidrogen umumnya, makin mudah
logam teroksidasi, lebih cepat H2 akan dikeluarkan (suhu dan konsentrasi
dibuat konstan). Reaksi umumnya sama; logam akan kehilangan elektron menjadi
kation, sedangkan ion H+ akan
direduksi menjadi H2. Misalnya
M(s) + 2H+(aq) à M2+(aq)
+ H2(9)
dimana M adalah logam seperti Fe, Zn atau Mg. Walaupun hasil reaksinya sama, tapi kecepatan reaksinya
berbeda. Perbedaan ini
disebabkan karena magensium lebih mudah dioksidasi daripada seng dan seng
sendiri lebih mudah dioksidasi dari pada besi. Kesejajaran ini hanya prakiraan, jadi kita tidak dapat
benar-benar menggunakannya untuk menggantikan deret aktivitas dalam memperingkatkan
logam menurut mudahnya mereka teroksidasi.
Dari
semua logam, golongan IA adalah yang paling mudah dioksidasi. Sehingga berbahaya bila kita
meletakkan logam-logam alkali seperti natrium dan kalium dalam asam klorida
karena akan terjadi reaksi ledakan yang hebat. Logam-logam ini karena energi ionisasinya sangat rendah, maka mudah sekali dioksidasi oleh suatu sumber
proton sehingga logamlogam ini,
akan bereaksi secara hebat dengan air dan menghasilkan gas hidrogen.
Untuk natrium reaksinya adalah:
2Na(s)
+ 2H20 (l) à 2Na+(aq) + 20H-(aq) + H2(g).
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Atom merupakan
partikel yang sangat kecil yang tersusun atas partikel subatom, yaitu proton,
electron, dan neutron.
2.
Susunan berkala
disebut juga dengan unsure periodic.
3.
Susunan atom
berkala dapat di aplikasikan dalam industri yaitu untuk gelombang cahaya,
tenaga pembangkit listrik
DAFTAR PUSTAKA
Atomic Weights of the Elements 2001, Pure Appl. Chem. 75(8), 1107-1122, 2003.
Diakses 30 Juni
2005. Berat atom dengan
nomor atom 1-109 diambil dari sumber ini.
Bakker, Anton. Filsafat Islam; Al-Asy’ariyah (873-935). Al Baqillani. Al Ghazali. Ontologi Atau
Metafisika Umum. Yogyakarta : Kanisius. 1992 Cet. Ke-7.
.
Teori Plotinos (204-270 SM). Ontologi
Atau Metafisika Umum. Yogyakarta : Kanisius. 1992 Cet. Ke-7.
Chang, Raymond. Kimia Dasar 1. Dep. Kimia ITB. (terj.). Jakarta : Erlangga. 2005. Cet. ke 3.
Jasa Ungguh Muliawan. Epistemologi
Pendidikan. Yogyakarta: UGM.University Press. 2008.
Muhadjir, Noeng. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Rake Sarasin. 2001. Edisi II.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka. 1982. Cet. ke V.
WebElements Periodic Table.
Diakses 30 Juni
2005. Berat atom dengan
nomor atom 110-116 diambil dari sumber ini.
0 Response to "Bangunan atom dan hubungan berkala"
Post a Comment