Contoh Proposal Prarancangaan Pabrik Etilen Glikol
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan industri
di Indonesia khususnya
industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat
dilanda krisis ekonomi sampai saat ini, namun dengan usaha-usaha tertentu yang
dilakukan pemerintah, sektor ini mulai bangkit
lagi. Dengan bangkitnya
sektor ini, maka
peningkatan unsur-unsur
penunjang industri juga
makin meningkat, termasuk
bahan-bahan pembantu dan
penunjang.
Kebutuhan berbagai
bahan baku dan bahan penunjang di indonesia masih banyak di datangkan dari luar
negeri. Jika bahan baku dan bahan penunjang ini bisa dihasilkan di dalam negeri
hal ini tentunya akan menghemat pengeluaran devisa, meningkatkan ekspor dan
mengembangkan penguasaan teknologi.
Etilen glikol adalah
salah satu bahan kimia yang jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri di
indonesia. Etilen glikol itu sendiri sebagian besar digunakan sebagai bahan
baku industri poliester. Poliester yang merupakan senyawa polimer jenis
thermoplastik ini digunakan sebagai bahan baku industri tekstil dan plastik. Di
samping dapat dibuat serat yang kemudian
dipintal menjadi benang, juga bisa dibuat langsung menjadi benang filament
untuk produk tekstil. Selain itu, poliester ini dapat juga dibentuk (dicetak)
sebagai bahan molding seperti pada pembuatan botol plastik. Kegunaan lain dari
etilen glikol ini adalah sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan cat, cairan
rem, solven, alkyl resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam stabilizer,
kosmetik, dan bahan anti beku (anonim, 2008).
Etilen glikol digunakan
hampir diseluruh bagian dunia, termasuk Indonesia. Namun kebutuhan Indonesia
akan etilen glikol hanya terpenuhi sekitar 50% oleh PT. Gajah Tunggal Petrochem
Tbk yang
memproduksi 216.000 ton etilen glikol per tahunnya (www.petrochem.com,
2008). Permintaan pasar Indonesia terhadap etilen glikol adalah sebesar 500.000
ton per tahun, artinya Indonesia masih kekurangan pasokan etilen
glikol sebesar 284.000
ton per tahunnya.
Kekurangan ini ditanggulangi
dengan mengimpor etilen glikol untuk industri Indonesia. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, pada tahun 2007, Indonesia mengimpor etilen glikol dari 18
negara. Kuwait mengekspor etilen glikol terbesar bagi Indonesia yaitu sebanyak 9.458.963 kg
seharga USD 13.500.045.
Sedangkan Saudi Arabia
mengekspor 9.327.046 kg kepada Indonesia ( Badan Pusat Statistik, 2007).
Sebelumnya perancangan pabrik etilen glikol dengan
etilen oksida dan air kapasitas 220.000 ton/tahun telah di rancang oleh Ayu tri
wiji latifah (D500110020) jurusan Teknik Kimia
Universitas Surakarta. Namun pada pra
rancangan pabrik etilen glikol tersebut sebelumnya belum menggunakan Hysys dan juga ditambahkan kapasitasnya dikarenakan
kebutuhan etilen glikol di indonesia semakin meningkat sehingga produksi etilen
glikol di Indonesia harus ditingkatkan.
Dewasa ini, etilen glikol banyak di produksi oleh
negara Amerika, Belanda dan Kanada. Mengingat terbatas nya produsen etilen
glikol di Asia, maka pendirian pabrik etilen glikol di Indoesia dinilai dapat
mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Kebutuhan etilen glikol di Indonesia
dapat dikatakan cukup kecil sehingga pendirian pabrik etilen glikol di
Indonesia lebih berorientasi ekspor ke negara-negara Asia, terutama Asia
Tenggara.
Tabel 1.1 Produksi
Etilen Glikol Indonesia
Tahun
|
Tahun ke
|
Produksi ( ton/tahun )
|
2005
|
1
|
253.543
|
2006
|
2
|
275.467
|
2007
|
3
|
297.639
|
2008
|
4
|
311.971
|
2009
|
5
|
334.940
|
2010
|
6
|
357.759
|
2011
|
7
|
376.041
|
2012
|
8
|
396.889
|
2013
|
9
|
406.995
|
(Sumber: Biro Pusat Statistik, 2005-2013)
Tabel 1.1 dapat dibuat grafik seperti pada
gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar
1.1 Grafik Tingkat Kebutuhan Etilen Glikol
Berikut merupakan perkiraan
kebutuhan etilen glikol dari tahun 2014-2020 yang disajikan pada tabel 1.2
dibawah ini,
No
|
Tahun
|
Produksi
(ton/tahun)
|
Hasil
ekstrapolasi (ton/tahun)
|
1
|
2014
|
225.722
|
220.399
|
2
|
2015
|
245.567
|
240.077
|
3
|
2016
|
264.923
|
259.755
|
4
|
2017
|
284.673
|
279.433
|
5
|
2018
|
304.352
|
299.111
|
6
|
2019
|
323.632
|
318.789
|
7
|
2020
|
342.564
|
338.467
|
Proses yang biasa
digunakan untuk memproduksi etilen glikol adalah proses hidrolisis etilen
oksida dan reaksi formaldehid. Namun, kedua proses tersebut sangat tidak
efesien karena membutuhkan steam yang besar, air yang banyak, menggunakan bahan
baku lain dan biaya peralatan yang cukup mahal. Oleh karena itu dikembangkan
pembuatan etilen glikol dengan mereaksikan etilen oksida dengan karbondioksida
menghasilkan etilen karbonat yang kemudian di hidrolisis menghasilkan etilen
karbonat. Proses ini disebut proses karbonasi. Keuntungan dari proses ini
yaitu, prosesnya lebih sederhana, low
energy, menghemat biaya produksi dan konversi etilen oksida menjadi etilen
glikol yang hampir sempurna yaitu 99%( kawabe, 1998 ).
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuhan etilen glikol
di Indonesia belum dapat terpenuhi, sehingga
untuk menanggulangi kebutuhan etilen glikol di dalam negeri serta untuk
meningkatkan nilai ekonomis dari etilen glikol dengan biaya yang cukup rendah, dibandingkan dengan proses
lain maka dirasa perlu untuk mendirikan suatu pabrik pembuatan etilen glikol
dari etilen oksida
yang direaksikan dengan
karbondioksida menghasilkan etilen karbonat yang kemudian dihidrolisis
menghasilkan etilen glikol.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pra
rancangan pabrik pembuatan etile glikol dari etilen oksida dengan proses
karbonasi adalah untuk mengaplikasikan ilmu Teknik Kimia, khususnya di bidang
perancangan, analisis proses, dan operasi teknik kimia, sehingga akan
memberikan gambaran kelayakan prarancangan pabrik pembuatan etilen glikol.
1.4 Manfaat
Manfaat
yang dapat diperoleh dari pra rancangan ini adalah tersedianya informasi
mengenai pabrik etilen glikol dari etilen dengan etilen oksida sebagai
intemediet sehingga dapat menjadi referensi pendirian suatu pabrik etilen
glikol.
1.5 Batasan Masalah
Batasan
masalah dalam praa rancangan ini hanya mencakup pada pemilihan proses dan
kapasitas pabrik yang dirancang serta kelayakan analisa ekonomi.
1.6 Pemilihan Proses
Proses pembuatan etilen glikol dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :
1. Proses Du Pont Fomaldehid
Dalam proses ini formaldehid direaksikan
dengan karbon monoksida dan air untuk
membentuk asam glikolat
untuk selanjutnya diesterifikasi dengan menggunakan metanol, etanol atau
propanol dan produk alkil glikolat dihidrogenasi dalam fase uap menggunakan
katalis kromat menghasilkan monoetilen glikol dan alkohol(Mc Ketta dan
Cunningham, 1984).
CO + CH2O +
H2O H+ HOOCCH2OH
HOOCCH2OH +
CH3 CH3OOCCH2OH
+ H2O
CH3OOCCH2OH
+ H2 Cr2O3 HOCH2CH2OH + CH3OH
2. Proses Hidrolisis Etilen Oksida
a. Proses Katalitik
Merupakan
proses pembuatan mono etilen glikol dengan mereaksikan air dan etilen
oksida dalam reaktor adiabatik katalitik. Etilen oksida murni atau campuran air
dengan etilen oksida (keduanya dalam fasa cair), digabungkan dengan air recycle
dengan perbandingan mol air dengan etilen oksida 5 : 1, dikondisikan hingga
mencapai kondisi yang disyaratkan dalam reaktor katalitik. Pada proses
katalitik ini digunakan katalis untuk memperbesar selektivitas terhadap
monoetilen glikol sekaligus mengurangi jumlah ekses air yang ditambahkan
sehingga akan mengurangi kebutuhan energi dalam proses pemisahan antara
monoetilen glikol dengan air yang tidak bereaksi (Mc Ketta dan
Cunningham,1984).
b. Proses non Katalitik
Pada reaksi ini pembentukan etilen glikol dilakukan dalam fase cair, sehingga suhu dan tekanan diatur untuk mempertahankan etilen oksida pada
kondisi cair. Rentang harga tekanan dalam
operasi ini
adalah 14-22 atm dengan
suhu antara 190-200°C dengan yield sebesar 99,5% dan
koversi
sebesar 99,8% (Mc. Ketta, 1984).
Proses hidrolisis
etilen oksida dengan air yang akan membentuk monoetilen glikol dengan hasil
samping berupa dietilen glikol dan trietilen glikol. Mula-mula etilen oksida murni
atau campuran air dengan etilen oksida digabungkan dengan air recycle dengan
perbandingan mol air dengan etilen oksida = 20 : 1 ( air dalam jumlah
yang sangat berlebih
digunakan untuk mencapai
selektivitas monoetilen glikol yang tinggi ), dipanaskan sampai kondisi
reaksi pada reaktor tubular untuk diubah
menjadi monoetilen glikol
dengan hasil samping
berupa dietilen glikol dan trietilen glikol (Mc Ketta dan
Cunningham,1984).
Air
berlebih pada proses ini
dihilangkan dengan menggunakan
evaporator dan etilen
glikol dimurnikan dengan distilasi vakum ( Kirk dan Othmer, 1990)
c.
Hidrasi Katalitik Fase Uap
Dalam pembuatan etilen glikol
dapat dilakukan melalui fase uap dari etilen glikol. Proses ini
diperlukan adanya katalis berupa silver oksida dan alumunium dengan kondisi operasi temperatur dan tekanan yang lebih rendah dari
proses non katalitik. Akan tetapi yield yang dihasilkan hanya
sebesar 80% dan dengan konversi sebesar 20%. Pada proses ini pemisahan etilen glikol dari homolog yang lebih tinggi sulit untuk dilakukan karena
katalis yang ikut terbawa pada proses
selanjutnya (Mc Ketta,
1984).
Berdasarkan ketiga proses hidrasi
di atas reaktor plug flow lebih baik jika
dibandingkan dengan CSTR dan kolom reaktor (Ullman’s,
2003). Reaktor yang digambarkan adalah reaktor adiabatik yang bekerja pada suhu
190°C-200°C
dan tekanan 14-22
bar. Setelah reaksi hasil dari reaktor
kemudian dikurangi
airnya dalam
evaporator, air yang tidak bereaksi
direcycle ke reaktor, kemudian produk dimasukkan ke dalam menara distilasi
berjajar untuk memisahkan monoetilen glikol, air, dietilen glikol, dan trietilen glikol (Mc.Ketta, 1984.)
3. Etilen Glikol dari Transesterifikasi Etilen Karbonat
Proses transesterifikasi etilen karbonat ini didasarkan pada reaksi dari
etilen karbonat dengan metanol untuk menjadi dimetil karbonat dan etilen glikol
yang digambarkan dalam paten Texaco. Selektivitas etilen glikol sangat baik dengan sedikit dietilen glikol sehingga produksi glikol tinggi. Secara
luas
kisaran katalis yang dikembangkan termasuk resin ion exchange, zirconium
dan titanium, senyawa tin, asam, protein, dan basa.
Pada reaksi ke dua merupakan reaksi hidrogenasi yang memerlukan katalis tembaga untuk dapat mengkonversikan sebesar 100% dengan selektivitas
etilen glikol 95% (Kirk-Othmer, 1999).
Temperatur operasi pada reaksi ini adalah 90-200°C dan tekanan opersai sebesar 3-97 atm dengan yield yang rendah dan konversi total sebesar 75% (Mc.Ketta,
1984).
4. Proses Union Carbide Syngas
Union Carbide.Inc pada tahun 1976 mengumumkan bahwa etilen glikol dapat diproduksi
dari
gas
dan baru terealisasi pada tahun 1980. Proses ini menggunakan
katalis rodium
dan
menggunakan
solven berupa tetrahidrofuran
pada temperatur 190-230°C dan pada tekanan tingi
3400 atm. Dengan
mencampur gas CO dan H2 secara ekuimolar akan dikonversikan menjadi etilen
glikol dan produk samping berupa gliserol
dan
propilen oksida, serta akan
memproduksi
metanol, metil format, dan
air. Akan tetapi Union
Car bide
menyatakan bahwa katalis rodium
harganya mahal dan produksinya sedikit pada tahun 1981 sehingga menunda proses
komersialisasi
5. Proses Union Carbide- Ube Syngas
Pada tahun 1981, Union Carbide dan Industri Ube (Jepang) melakukan kerja
sama untuk memproduksi etilen glikol
dari
gas. Proses yang terjadi adalah
pembentukan oksilat dari syngas, kemudian hidrogenasi oksilat pada temperatur dan
tekanan rendah, kemudian
dilakukan
pemurnian untuk menghasilkan etilen glikol.
Dari
kelima proses diatas, maka dipilih proses hidrasi non katalitik untuk
memproduksi etilen glikol dengan pertimbangan konversi tertinggi, efesien dan
ketersedian bahan baku.
1.7 Uraian
Proses
Prarancangan pabrik kimia etilen glikol
ini menggunakan
proses
hidrasi. Proses atau reaksi hidrasi adalah reaksi penambahan satu atau lebih
molekul air kedalam suatu molekul. Sedangkan kebalikan dari
reaksi ini adalah pelepasan satu atau lebih molekul air yang disebut dengan dehidrasi.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan etilen glikol ini adalah etilen
oksida dan air. Etilen oksida bereaksi dengan air membentuk monoetilen
glikol, kemudian terjadi reaksi lebih lanjut antara monoetilen glikol
dan glikol lainya membentuk glikol homolog berderajat tinggi.
Variabel penting yang diperlukan
agar hasil etilen
glikol yang terbentuk banyak atau maksimal adalah perbandingan etilen oksida dengan air. Dalam hal ini
perlu ditambahkanya air berlebih karena etilen oksida lebih cepat bereaksi
dengan etilen glikol yang telah terbentuk untuk membentuk glikol berderajat tinggi tersebut.
Reaksi yang terjadi dalam
proses ini adalah reaksi non-katalitik
dalam keadaan
netral. Apabila direaksikan dengan mengunakan katalis, maka dapat digunakan katalis dalam suasana asam
atau basa. Distribusi
produk secara substansi adalah sama antara reaksi
katalitik dan non-
katalitik, di
mana dengan katalis basa
hasil glikol derajat
tinggi akan
meningkatkan
kecepatan reaksi
hidrasi
dan sangat dipengaruhi
suhu asam.
Efektifitas basa sekitar 1/100 dibandingkan
dengan
katalis asam
pada konsentrasi sama dengan reaksi hidrasi (Kirk-Othmer, 1999).
Pembuatan etilen glikol dengan mengunakan katalis
asam atau basa dalam reaktor hidrasi memiliki keuntungan yaitu dapat dijalankan
dalam suhu dan tekanan yang relatif rendah
dibandingkan
dengan non
katalitik. Akan tetapi alat-alat yang digunakan akan lebih cepat mengalami korosif,
karena bersifat asam dan untuk perawatan alat atau anti
korosifnya akan
sangat mahal.
Selain itu proses juga akan lebih mahal karena utilitas air dan
jumlah
air yang berlebih, dengan
demikian maka diperlukan
alat tambahan untuk menguapkan air yang terkandung dalam etilen glikol agar etilen glikol memiliki
kemurnian yang tinggi. Dengan semua pertimbangan hal-hal
tersebut maka proses non-katalitik
lebih menguntungkan (Kirk-Othmer,1999).
Gambar
1.2 Proses sederhana pembuatan etilen glikol
Pengunaan
katalis asam
pada proses pembentukan etilen glikol
memerlukan
purifikasi, sehingga langkah-langkah pembuatannya semakin bertambah dan menyebabkan
alat bertambah banyak akibat etilen glikol
terkontaminasi oleh katalis
asam
Air berlebih pada proses
ini dihilangkan dengan
menggunakan evaporator dan
etilen glikol dimurnikan dengan
distilasi vakum (Kirk-Othmer,1999).
1.8 Uji Ekonomi Awal
Kapasitas
pabrik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendirian pabrik karena akan
mempengaruhi perhitungan teknis dan ekonomis. Meskipun secara teori semakin
besar kapsitas pabrik kemungkinan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
Reaksi : C2H4O
+ 2 H2O C2H6O2
+ H2O
Tabel 1.4 Analisa Ekonomi Awal
Bahan
|
BM (Kg/Kmol)
|
Harga (US$/Kg)
|
C2H4O
|
44
|
1,235
|
H2O
|
18
|
-
|
C2H6O2
|
62
|
1,500
|
H2O
|
18
|
-
|
Nilai Kurs US$
|
Rp 13.265/US$
|
Sumber: ( Chemical Economics Handbook, 2013).
Berdasarkan Proyeksi bahwa kebutuhan etilen glikol di
indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga pra rancangan pabrik
etilen glikol ini akan didirikan dengan kapasitas 400.000 ton/tahun.
Bahan Baku
C2H4O =
44 Kg/Kmol x US$ 1,235
= US$ 54,34
Harga total bahan = US$ 54,34
=
Rp 720.820,1
Produk
C2H6O2 = 62 Kg/Kmol x US$ 1,500
= US$ 93
= Rp
1.233.645
Keuntungan = (US$ 93 – US$ 54,34)
=
US$ 38,66
= Rp 512.824,9
Dengan melihat perkiraan ekonomi awal yaitu dengan
keuntungan US$ 38,66 ( Rp 512.824,9 ) maka pabrik etilen glikol layak untuk
dilanjutkan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Etilen Glikol
Etilen glikol sudah dikenal sejak
tahun
1859 oleh Wurz,
namun baru
diproduksi secara industri pada Perang Dunia I. Secara komersial, untuk yang
pertama kali
pada tahun 1937 oleh Lefort dari
etilen oksida menjadi etilen glikol
berdasarkan reaksi hidrolisis.
Dalam perkembanganya pembuatan etilen glikol
dapat diproduksi menggunakan beberapa proses lain, diantaranya (Kirk-Othmer,1999).
Etilen
glikol adalah salah satu bahan kimia yang jumlahnya belum mencukupi kebutuhan
industri di Indonesia. Etilen glikol sebagian besar digunakan sebagai bahan
baku industri poliester yang merupakan bahan baku industri tekstil dan plastik.
Selain itu kegunaan etilen glikol lainnya adalah sebagai bahan baku tambahan
pada pembuatan cat, cairan rem, solven, alkyl resin, tinta cetak, tinta
ballpoint, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku. Produksi etilen
glikol biasanya dilakukan dengan hidrolisis langsung etilen oksida, tetapi
banyak kekurangan dalam proses ini salah satunya konversi etilen glikol rendah.
2.2 Tinjauan
Proses Pembuatan Etilen Glikol
Prarancangan pabrik kimia etilen glikol
ini menggunakan
proses
hidrasi. Proses atau reaksi hidrasi adalah reaksi penambahan satu atau lebih
molekul air kedalam suatu molekul. Sedangkan kebalikan dari
reaksi ini adalah pelepasan satu atau lebih molekul air yang disebut dengan dehidrasi.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan etilen glikol ini adalah etilen
oksida dan air. Etilen oksida bereaksi dengan air membentuk monoetilen
glikol, kemudian terjadi reaksi lebih lanjut antara monoetilen glikol
dan glikol lainya membentuk glikol homolog berderajat tinggi.
Variabel penting yang diperlukan
agar hasil etilen
glikol yang terbentuk banyak atau maksimal adalah perbandingan etilen oksida dengan air. Dalam hal ini
perlu ditambahkanya air berlebih karena etilen oksida lebih cepat bereaksi
dengan etilen glikol yang telah terbentuk untuk membentuk glikol berderajat tinggi tersebut.
Reaksi yang terjadi dalam
proses ini adalah reaksi non-katalitik
dalam keadaan
netral. Apabila direaksikan dengan mengunakan katalis, maka dapat digunakan katalis dalam suasana asam
atau basa. Distribusi
produk secara substansi adalah sama antara reaksi
katalitik dan non-
katalitik, di
mana dengan katalis basa
hasil glikol derajat
tinggi akan
meningkatkan
kecepatan reaksi
hidrasi
dan sangat dipengaruhi
suhu asam.
Efektifitas basa sekitar 1/100 dibandingkan
dengan
katalis asam
pada konsentrasi sama dengan reaksi hidrasi (Kirk-Othmer, 1999).
Pembuatan etilen glikol dengan mengunakan katalis
asam atau basa dalam reaktor hidrasi memiliki keuntungan yaitu dapat dijalankan
dalam suhu dan tekanan yang relatif rendah
dibandingkan
dengan non
katalitik. Akan tetapi alat-alat yang digunakan akan lebih cepat mengalami korosif,
karena bersifat asam dan untuk perawatan alat atau anti
korosifnya akan
sangat mahal.
Selain itu proses juga akan lebih mahal karena utilitas air dan
jumlah
air yang berlebih, dengan
demikian maka diperlukan
alat tambahan untuk menguapkan air yang terkandung dalam etilen glikol agar etilen glikol memiliki
kemurnian yang tinggi. Dengan semua pertimbangan hal-hal
tersebut maka proses non-katalitik
lebih menguntungkan (Kirk-Othmer,1999).
Pengunaan
katalis asam
pada proses pembentukan etilen glikol
memerlukan
purifikasi, sehingga langkah-langkah pembuatannya semakin bertambah dan menyebabkan
alat bertambah banyak akibat etilen glikol
terkontaminasi oleh katalis
asam(Kirk-Othmer,1999).
2.3 Sifat Fisis dan Kimia
2.3.1 Bahan Baku
1. Etilen oksida
a. Sifat
fisis
Berat molekul : 44,053 gr/mol
Bentuk
fisik : gas pada temperatur
ruangan
Titik
didih : 10,5
Titik
leleh : -112,44
Densitas : 0,8711 gr/cm3
Tekanan
uap : 1305 torr (25)
Viskositas : 0,31 cp (4)
Kalor
jenis : 0,44 kal/g (20)
Kalor
uap :136,1 kal/g (1
atm)
Flash
point : <
-18 (tag open cup)
Suhu
nyala : 429 (udara, 1 atm)
Panas
pembakaran : 1306,4 kJ/mol (25)
Tekanan
kritik : 7,19 MPa
Suhu
kritik : 195,8
Kalor
fusi : 5,17 kJ/mol
Panas
larutan : 6,3 kJ/mol
(dalam air murni 25)
Kelarutan :larut dalam air, aseton,
CCl4, eter, metanol
Kereaktifan : mudah meledak jika dipanaskan,
meledak dengan logam alkali dalam basa
2. Air
a. Sifat fisis
Berat
molekul : 18,016 gr/gmol
Titik
lebur : 0°C
(1 atm)
Titik
didih : 100°C (1 atm)
Densitas : 1 gr/ml (4°C)
Spesifik
graviti : 1,00 (4°C)
Indeks
bias : 1,333 (20°C)
Viskositas
: 0,8949 cP
Kapasitas
panas : 1 kal/gr
Panas
pembentukan : 80 kal/gr
Panas
penguapan : 540 kal/gr
Temperatur
kritis : 374°C
Tekanan
kritis : 217 atm
2.3.2 Produk
1. Etilen
Glikol (C2H6O2)
Etilen glikol
(Nama IUPAC: 1,2-etanadiol) adalah senyawa organik yang digunakan sebagai bahan
mentah dalam pembuatan fiber poliester, indutri fabrik, serta polietilena
tereftalat (PET) yang digunakan pada botol plastik. Ada sebagian kecil yang
juga digunakan sebagai pendingin. Senyawa ini tak berwarna dan tak berbau.
Etilen glikol sedikit berbahaya, tapi kasus keracunan akibat senyawa ini belum pernah
terjadi.
Etilen
glikol pertama kali ditemukan oleh Charles Adolphe Wurtz pada tahun 1859 dengan
hidrolisis etilen glikol diasetat via saponifikasi dengan KOH dan pada tahun
1860 melalui hidrolisis etilen oksida. Senyawa ini belum dikomersialkan hingga
perang dunia pertama, dimana etilen glikol disentesis dari etilen diklorida dan
digunakan sebagai substituent gliserol pada industri peledakan di jerman. Di
Amerika, produksi semi komersial etilen glikol via etilen klorohidrin dimulai
pada tahun 1917. Pabrik etilen glikol pertama berdiri pada 1925 di west
virginia(Anonim,2009).
Monoetilen glikol yang
sering disebut etilen glikol adalah cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau,
berasa manis dan larut sempurna dalam air. Grup hidroksil pada glikol memberikan
kemungkinan turunan senyawa yang lebih luas. Gugus hidroksil ini bisa diubah
menjadi aldehid, alkil halide, amina, azida, asam karboksil, eter, merkaptan,
ester nitrat, nitril, ester nitrit, ester organic, ester posphat, dan ester
sulfat. Senyawa-senyawa ini
membuat etilen glikol
bisa menjadi senyawa intermediet dalam
banyak reaksi. Terutama
dal;am formasi resin,
termasuk kondensasi dengan dimetil terephtalat atau asam terephtalat
yang menghasilkan resin polyester ( MEG Global Group, 2008 ).
Secara komersial,
etilen glikol di Indonesia digunakan sebagai bahan baku industri polyester (
tekstil ) sebesar
97,34%. Sedangkan sisanya
sebesar 2,66% digunakan sebagai
bahan baku tambahan pada pembuatan cat, cairan rem, solven, alkil resin, tinta
cetak, tinta ballpoint, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku.
Ada beberapa proses
pembuatan etilen glikol,
yaitu (Mc Ketta
dan Cunningham,1984)
a.
Sifat
Fisis
Berat molekul : 62,07 g/mol
Bentuk : cair
Warna : jernih, tidak berwarna
Kemurnian : 99,8% (%berat minimal)
Titik didih (1 atm) : 197,6⁰C
Tetik beku (1 atm) : -13⁰C
Tekanan kritis : 6515,73 KPa
Temperatur kritis : 446,55⁰C
Densitas
(20⁰C) : 1,1135 g/mL
Viskositas (20⁰C) : 20,9 MPa.s
Panas
spesifik (20⁰C) : 0,561 kkal/kg Panas penguapan (1 atm) :
52,24 kJ/mol
b.
Sifat kimia
Dalam
komersial industri sekala besar penggunaan etilen glikol
direaksikan dengan asam dikarboksilat menjadin polyester. Poletilen
Terephthaldte (PET) diproduksi
dengan reaksi esterifikasi
dari
asam terephtalic, untuk
membentuk Bishydroxyethyl
Terephthalate (BHET),
dalam transesterifikasinya dikatalis oleh
antimoni oksida menjadi PET
lagi. Reaksi etilen glikol (monoetilen glikol) dengan alkil karbonat akan
manghasilkan
etilen
karbonat.
2.4 Konsep Proses Oksidasi Etilen Glikol
2.4.1 Kondisi Operasi
Batasan
kondisi operasi yang dijinkan untuk memproduksi etilen glikol dari hidrasi non
katalitik adalah:
Suhu reaktor : 150-250
Tekanan reaktor : 10-30 atm
2.4.2 Dasar Reaksi
Pada proses ini banyak
memerlukan air agar didapat kemurnian etilen glikol lebih tinggi.
Reaksi : C2H4O
+ 2 H2O C2H6O2
+ H2O
Adapun cara yang ditempuh
untuk mengendalikan reaksi agar reaksi utama berlangsung dengan harga konversi
reaksi yang besar adalah sebagai berikut:
1.
Mengatur suhu dan
tekanan
2.
Mengatur perbandingan mol pereaksi.
3.
Mengatur
penambahan air agar didapat kemurnian produk yang lebih tinggi.
0 Response to "Contoh Proposal Prarancangaan Pabrik Etilen Glikol"
Post a Comment