Profil Industri Kelapa Sawit
Industri
Kelapa Sawit
Kelapa
sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan
besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan
kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Kelapa
sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa
akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
Seperti
jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan
tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12
tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa.
Bunga
jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman
sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai
tetua jantan.
Buah
sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung
bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA,
free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah
terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp,
bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp,
serabut buah
Endoskarp,
cangkang pelindung inti
Inti
sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio
dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa
sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
Kelapa
sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam
di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun
1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat
Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat
perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka
dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada
tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang
lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di
Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.
Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai
AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada
1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di
Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun
1910.
Hingga
menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima
dari angka tahun 1940.
Usaha
peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih
Malaya (lalu Malaysia).
Baru
semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut
akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat
sebagai energi alternatif.
Beberapa
pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.
Produksi
dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indonesia
Hanya
beberapa industri di Indonesia yang menunjukkan perkembangan secepat industri
minyak kelapa sawit selama 20 tahun terakhir. Pertumbuhan ini tampak dalam
jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga dari pertumbuhan luas area
perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan
keuntungan yang juga naik, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara
signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia
(dengan imbas negatif pada lingkungan hidup dan penurunan jumlah produksi
hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke budidaya kelapa
sawit).
Mayoritas
hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor. Negara-negara tujuan
ekspor yang paling penting adalah RRT, India, Pakistan, Malaysia, dan Belanda.
Walaupun angkanya sangat tidak signifikan, Indonesia juga mengimpor minyak
sawit, terutama dari India.
Memang
mayoritas dari minyak sawit yang diproduksi di Indonesia diekspor (lihat tabel
di bawah). Namun, karena populasi Indonesia terus bertumbuh (disertai kelas
menengah yang berkembang pesat) dan dukungan pemerintah untuk program
biodiesel, permintaan minyak sawit domestik di Indonesia juga terus berkembang.
Meningkatnya permintaan minyak sawit dalam negeri sebenarnya bisa berarti bahwa
pengiriman minyak sawit mentah dari Indonesia akan mandek di tahun-tahun
mendatang jika pemerintah Indonesia tetap berkomitmen terhadap moratorium
konversi lahan gambut.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
total luas area perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar
11.9 juta hektar; hampir tiga kali lipat dari luas area di tahun 2000 waktu
sekitar 4 juta hektar lahan di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa
sawit. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memainkan
peran yang sangat sederhana di sektor kelapa sawit Indonesia karena mereka
memiliki perkebunan yang relatif sedikit, sementara perusahaan-perusahaan
swasta besar (misalnya, Wilmar Group dan Sinar Mas Group) dominan karena
menghasilkan sedikit lebih dari setengah dari total produksi minyak sawit di
Indonesia. Para petani skala kecil memproduksi sekitar 40 persen dari total
produksi Indonesia. Namun kebanyakan petani kecil ini sangat rentan keadaannya
apabila terjadi penurunan harga minyak kelapa sawit dunia karena mereka tidak
dapat menikmati cadangan uang tunai (atau pinjaman bank) seperti yang dinikmati
perusahaan besar.
0 Response to "Profil Industri Kelapa Sawit"
Post a Comment