Teknologi Pengolahan Limbah Cair Metode Biologis
4.2 METODE BIOLOGIS
Salah satu bentuk perlakuan terhadap limbah dengan metode tertiary
treatment adalah menggunakan organisme
perombak limbah.karena itu metode
ini sering juga disebut dengan metode biologis yaitu memanfaatkan kehidudpan
bakteri dalam merombak limbah.metode ini sebenarnya sudah sejak lama
dipergunakan di Negara-negara Eropa sebagai Negara industry,yaitu mengolah
limbah melalui aktifitas mikroorganisme.metode yang gampang dan biaya yang murah serta tidak menghasilkan
limbah tambahan.hambatan penggunaan metode ini
bahwa sering sekali memerlukan lahan yang luas(sebagai kolam)untuk
penampungan limbah bila limbah yang akan
diolah mempunyai konsentrasi pencemar
yang tinggi.
Pengolahan limbah dengan cara
biologis dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu aerop dan anaerop.Kedua metode ini mempunyai proses yang berbeda
karena proses aerop membutuhkan oksigen dalam prosesnya sedangkan proses
anaerop harus meminimumkan oksigen sedikit mungkin,agar proses perombakan
limbah dapat berlangsung dengan sempurna.Pengolahan dengan sistem aerop dapat
dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada proses penyediaan
oksigen,penyediaan lahan dan situasi dan kondisi lingkungan,antara lain:lumpur
aktif,nitrifikasi,lagon aerasi,proses digestion aerobic,kolam oksidasi,saringan
tetes dan saringan kasar.Proses dengan cara aerop memerlukan persediaan oksigen yang cukup
tinggi sehingga diperlukan aerator dengan daya tinggi.
Menurut Mahida (1986) penggunaan anaerop akan lebih ekonomis untuk
konsentrsi padatan tinggi bila padatannya lebih dari 1% dari beratnya.Proses
fermentasi anaerobik tidak menghasilkan sesuatu
yang sempurna melainkan hanya
mampu mengolah limbah sampai pada batas tertentu yang cocok untuk proses
aerop.Pada batas tersebut memanfaatkan bakteri anaerop tidak lagi memberikan effisiensi tinggi
.Proses anaerobik hanya menghasilkan BOD
dengan konversi (10-40 %)dari kondisi awal dan untuk itu proses aerop
diperlukan membantu melanjutkan proses perombakan.
4.3.PROSES ANAEROBIK
Pengolahan dengan sistem anaerobic
dilakukan pada kondisi tanpa kehadiran oksigen atau dengan kondisi oksigen dapat diabaikan.Keadaan limbah
konsentrasi padatan yang tinggi pada
umumnya dilakukan dengan pengolahan cara anaerobik (Vigneswaran,S.etv
al.1986).Proses pengolahan anaerobik terdiri dari dua system proses yaitu System Proses Kontak Anaerobik dan System
Fixed Film.
Pada proses kontak Aerobik lumpur
biologisdikembalikan dari tangki klarifikasi ke tangki reaktor{lihat gambar
4.2}untuk menambah waktu “solid retention
time”. Pada Fixed film System menggunakan media filter sebagai pengikat
bahan-bahan organik dimana mikroorganisme tumbuh pada medium padat tersebut
(Supended attached treatment).Mikrobia tumbuh pada permukaan media filter
sebagai alat penyaring limbah.Mikrobia ini memanfaatkan limbah sebagai sumber
energinya.
Beban COD yang diolah Fixed Film
System berkisar antara (4-16)kg/m³-hari
dan pada umunya hasil olahan limbah bersumber dari pabrik
keju(susu),makanan,minuman ringan,whey
premeate dan sweet whey.Methode ini kurang cocok bila digunakan untuk
menangani limbah dengan kadar padatan yang terlalu tinggi karena menyebabkan
penggumpalan lumpur yang mengakibatkan penyumbatan pada pori-pori media
filter.Limbah yang mengandung padatan tersuspensi merupakan pembatasan bagi
dengan daya larut yang tinggi(Rahayu dan jenie,1993).
Untuk limbah kelapa sawit beban COD
mencapai(30-60 kg/m³-hari)mempunyai padatan suspensi tinggi, dari hasil
percobaannya bahwa perlakuan limbah dengan sistem Anaerobik
Pondsb atau Anaerobik Digester kemudian dilanjutkan dengan proses aerop
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.Lebih lanjut dilaporkan bahwa sebanyak 59 pabrik pengolahan kelapa
sawit di Malaysia 20 buah diantaranya dapat menurunkan BOD mencapai lebih kecil dari 1000 mg/l.
Keberhasilan system anaerobik ponds
dikarenakan perlakuan lanjutan yaitu dengan netralisasi dan resirkulasi. Faktor-faktor
lain yang menjadi pertimbangan keberhasilan adalah perbandingan BOD dengan Mixed Liquor Volatile Suspensi
Solid (MLVSS),dan perlakuan earasi .Proses perlakuan berikutnya sesudah
anaerobic treatment dilakukan dengan berbagai cara antara lain:aerasi lumpur
aktif,kolam oksidasi,saringan menetes,lagon aerasi dan lain-lain.
Penggunaan kombinasi anaerobic pond
dengan pengembangan aerasi lumpur aktif pada pabrik pengolahan minyak kelapa
sawit dapat menurunkan BOD 24.500 mg/l
menjadi 70 mg/l selama 33 hari. Klasifikasi
dilakukan pada secondary treatment dimana lumpur sebagian dikembalikan pada bak
lumpur aktif.Kombinasi anaerobic dengan lagon aerasi selama 63 hari,dapat
menurunkan BOD dari 24.500 mg/l menjadi 50 mg/l .Walau lumpur tidak
dikembalikan tapi air limbah pada outlet
kolam anaerobic dikembalikan pada
sebagai influent pada kolam anaerobic
itu sendiri.Disini peran kolam anaerobic telah ditekankan ketimbang peran kolam
anaerobic sebagaimana pada kombinasi anaerobic dengan lumpur aktif (Wijaya dan
Hilman,1983).
Kelihatan bahwa kombinasi system
anaerobic pond dengan proses perlakuan non anaerobic belum banyak dilakukan
pada pabrik-pabrik sumatera Utara.Gambar 4.2
adalah kombinasi proses pengolahan limbah metode anaeropdan metode aerop
dengan proses sirkulasi dan proses tanpa
sirkulasi. Setelah proses anaerobic masing-masing system disusul dengan proses
lumpur aktif, proses aerasi dan proses oksidasi pada kolam aerobic.Proses
lumpur aktif mampu membuat waktu proses selama 33 hari dengan menurunkan BOD dari 24.500 mg/l menjadi 70
mg/l,sedangkan dengan lagon aerasi membutuhkan waktu penahanan hidrolis 63 hari dan menurunkan BOD dari 24.500 mg/l menjadi 50 mg/l,kolam
oksidasi ternyata berhasil.
LIMBAH
|
PENDINGINAN
|
HIGHRATE DEGISTER
|
ANAEROBIK
RESIRKULASI
|
ANAEROBIK
NETRALISASI
|
LUMPUR AKTIF
|
KOLAM OKSIDASI
|
LAGON AERASI
|
KLARIFIKASI
|
KLARIFIKASI
|
WASTE SLUDGE
|
EFFLUENT
|
WASTE SLUDGE
|
EFFLUENT
|
EFFLUENT
|
Gambar 4.6 skema
pengolahan limbah dengan kombinasi Anaerob-Aerob
Metode aerobik adalah metode dengan
menggunakan bakteri aerop yang dapat berfungsi secara optimal bila tersedia
udara sebagai sumber kehidupan.Sebenarnya fungsi udara adalah untuk menyediakan
oksigen bagi kehidupan bakteri.Oleh karena itu,oksigen dapat disediakan dengan
cara membiarkan limbah dalam wadah
secara terbuka agar terdapat kontak udara dengan permukaan limbah.Kemudian
dengan terbukanya permukaan kolam maka sinar matahari dapat mencapai dasar
kolam sehinnga terjadi fotosintesa pada
permukaan tumbuhan dalam air yang menghasilkan oksigen.
Proses aerobik dapat dilakukan
melalui dua mekanisme dasar yaitu:
1.
Proses
pembentukan suspense.
2.
Proses
pelekatan suspensi (Rahayu dan Jennie,1993).
Proses pembentukan suspensi merupakan interaksi antara mikroorganisme
dalam limbah sehingga membentuk gumpalan menjadi massa flokulan yang mampu
bergerak sesuai dengan arah aliran limbah.Pengadukan (agitasi)campuran limbah
dengan mikroorganisme membuat mikrobia tetap berada dalam tersuspensi.Hal ini
menguntungkan karena mudah membentuk endapan.Proses ini dapat juga berlangsung
dalam suasana anaerobik.Bila dilihat dari cara pembentukan suspensi proses ini
dapat dilakukan dengan cara lumpur aktif,lagon aerasi,kolam oksidasi dan
pencerna aerobik.Berbeda halnya dengan proses pelekatan suspensi yaitu proses
pengikatan mikroorganisme dapat berupa batu-batuan,pasir,lembaran plastic dan
bijian plastic.Perbedaan kedua jenis proses ini tergantung pada jenis padatan
yang terkandung dalam limbah.Proses pembentukan suspensi dipergunakan pada
pengolahan limbah yang dominan mengandung senyawa tersuspensi,sedangkan proses
pertumbuhan melekat dipergunakan pada pengolahan limbah yang mengandung senyawa
terlarut.
Kelapa sawit mengandung limbah dengan konsentarsi padatan tersuspensi
yang tinggi lebih tepat menggunakan proses aerobik dengan pembentukan
suspensi.Proses lumpur aktif adalah proses biologis yang dapat mengolah
berbagai jenis limbah.Proses ini sanagt dipengaruhi banyak faktor antara lain
jumlah air limbah,tingkat pencemaran limbah dan jenis-jenisnya.Proses
penggunaan lumpur aktif adalah dengan menambahkan air limbah pada tangki earasi
dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah
bakteri agar proses biologis berjalan secara cepat.Lumpur aktif ini dikenal
dengan Mixed Liquid Suspended Solid.Dalam proses ini terdapat dua hal penting
yaitu proses penambahan oksigen dan proses pertumbuhan bakteri.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
CˣHʸOz + O2 CO2 + H2O
Mikroorganisme dalam limbah cair berbentuk gumpalan dan
padatan(deposit).Dengan keadaan ini maka metode pengolahan lanjutan yang
dilakukan juga beraneka ragam apakah menggunakan kolam oksidasi,logam earasi
atau lumpur aktif.Lihat kembali bagan pengolahan pada gambar 4.2 : ketiga
proses ini mengiringi dalam proses aerop dimana-mana masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan.Uraian masing-masing proses sebagai berikut:
1.
Kolam
oxidasi
Pada dasarnya kolam oksidasi hanyalah sebuah kolam biasa yang diatur pada
kedalaman dan luas permukaan tertentu agar terjadi proses oksidasi secara
alami.Penggunaan kola ini diatur dengan memanfaatkan sinar matahari dan
tumbuhan lumut yang berada dalam
kolam.Prinsip kolam oxidasi adalah kemampun pemulihan diri sendiri karena
adanya bantuan dari luar.Pada air mengalir sebenarnya potensial untuk
memulihkan diri sendiri karena adanya arus turbulensi,gesekan dengan
batu-batuan sehingga udara berpeluang terserap kedalam air.Diharapkan pada kola
mini terdapat oksigen terlarut mencapai 8 mg/l sebagaimana pada air alami.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kolam oksidasi kedalaman,kondisi
limbah terutama jumlah padatan.Tingginya konsentasi padatan tersuspensi membuat
kolam ini tidak efektif.
Demikian juga zat-zat tersuspensi dan terlarut sangat mengganggu bagi
proses ini.Oleh sebab itu maka sebelum limbah masuk kolam pengolahan,limbah air
sudah harus mendapat perlakuan pendahuluan yaitu penyaringan bahan-bahan kasar
dan penghilangan lapisan minyak dari permukaan.Dari beberapa petunjuk bahwa
kondisi pH harus antara 6,5-8,5 sedangkan temperature berkisar antara 15
˚c-20˚c untuk bakteri jenis psyhrophiles,25 ˚c-40˚c.
Kelarutan oksigen paling sedikit harus 1 mg/l agar terdapat suasana aerop
sehingga membantu pertumbuhan ganggang dalam kolam.Disamping faktor-faktor ini
iklim,suhu,musim kemarau dan musim hujan sangat mempengaruhi proses kolam
oxidasi.Pada saat cerah,disamping fotosintesis yang baik oksigen terlarut juga
tambah banyak dan menyebabkan penurunan nilai BOD.Sebaliknya bila hujan dan
mendung maka aktivitas bakteri berkurang,kolam kekurangan oxigen dan terjadi
kondisi anaerob yang seharusnya tidak terjadi.
2.
Lumpur
Aktif
Lumpur aktif merupakan suatu padatan organik yang telah mengalami
peruraian secara hayati sehingga
terbentuk biomassa yang aktif dan mampu menyerap partikel serta merombaknya dan
kemudian membentuk massa yang mudah mengendap dan atau menyerap sebagai
gas.Dalam lumpur aktif terkandung bakteri-bakteri yang dapat mencapai 1000 juta per mili
liter.Lumpur aktif dikenal dengan istilah Mixed Liquor Suspended Solid adalah
jumlah total suspensi solid yang berasal dari bak pengendap lumpur
aktif.Keaktifan lumpur dapat ditentukan oleh konsentrasi MLSS.Lumpur banyak
mengandung zat pengurai sehingga sangat baik untuk menguraikan bahan-bahan
organic yang masih baru.Dalam proses lumpur aktif terdapat dua proses penting yaitu:
1.
Proses
pertumbuhan bakteri dalam lumpur
2.
Proses
penambahan oxigen yang disebut dengan
earasi.
Penambahan oksigen untuk mendukung kehidupan bakteri.
Secara umum prosesnya adalah
sebagai berikut:
1.
Lumpur
aktif dimasukkan oleh konsentrasi MLSS
2.
Air
limbah diaerasi melalui peralatan aerator sehingga oksigen banyak
terserap.Dalam aerasi dapat digunakan aerator terapung atau permukaan.
3.
Limbah
air dialirkan ketangki pemisah dimana lumpur mengendap pada jangka waktu
tertentu dan sebelah atas terdapat air bersih.
4.
Air
yang bersih secara grafitasi dapat dialirkan keperairan sebab sudah terhindar
dari bahan pencemar.
5.
Bila
terdapat bakteri pembunuh maka dilakukan desifektansia atau khlorina.
6.
Lumpur
yang mengendap sebagian dasar dibuang dan sebagian dikembalikan ke reactor.
Diharapkan lumpur aktif tidak
menimbulkan baud an air olahan cukup jernih.Lumpur dapat digunakan
berulang-ulang bila lokasi yang tidak luas.meskipun demikian biaya operasi
tinggi karena memerlukan alat-alat mekanik membawa lumpur dan memasukkan udara
ke dalam lumpur.Perubahab kualitas dan
jumlah air sangat mempengaruhi kondisi effisiensi.Butiran lumpur dan waktu
tinggal lumpur dalam reaktor perlu diperhatikan.
Butiran lumpur yang keras sulit mengendap sehingga sulit dipisahkan dari
cairan.Bila lumpur ini terlalu banyak akan menutupi permukaan dan menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme tidak baik.Butiran ini terjadi karena rendahnya oxigen yang terlarut,tidak
tersedia nutrisi yang cukup,waktu tinggal lumpur terlalu lama.
Oleh karena itu senantiasa perlu diketahui perbandingan volume lumpur dan
berat lumpur yang disebut dengan Angka Volume Lumpur(AVL) atau Sludge Volume
Indeks.Untuk mendapatkan proses pengolahan yang baik perlu dipertimbangkan
adalah:
1.
Perlu
ditetapkan kebutuhan udara untuk setiap meter kubik limbah yang diolah.Untuk
itu harus diketahui jumlah power yang dibutuhkan serta kemampuannya untuk
mentransfer udara setiap waktu.
2.
Perlu
ditetapkan waktu penahanan hidrolis yang maksimum dan waktu penahanan lumpur.
3.
Kebutuhan
yang dimasukkan dengan jumlah BOD yang diolah untuk menentukan effektifitas
pengolahan.
4.
Untuk menentukan waktu Tinggal Lumpur dengan
menggunakan perhitungan:
CRT =
|
MLSS x Vta
|
Wr x Ki
|
CRT = Cell Retention Time
MLSS = Mixed Liquor suspended solid (mg/l)
Vta =
volume tangki aerasi (liter)
Wr = jumlah lumpur yang dibuang dari tangki aerasi
(liter/detik)
Ki = jumlah lumpur yang dikembalikan ketangki
aerasi (mg/l)
5. Perbandingan
jumlah makanan dan mikro organism pada umumnya mempunyai angka : 0,2 – 0,3
dihitung dengan rumus :
Fm =
|
BOD x V1
|
MLSS x Vta
|
Fm =
Perbandingan makanan dan mikro organism
BOD = Biochemical Oxigen Demand (kg)
V1 = Volume Limbah (m3/hari)
MLSS = Mixed Liquor suspended solid (kg/m3)
Vta =
volume tangki aerasi (m3)
6. Untuk menghitung indeks volume lumpur (IVL)
adalah :
IVL =
|
ML
|
X
100 %
|
MLSS
|
Perbandingan ini dinyatakan dari
volume lumpur setelah 30 menit mengendap (ML) dibandinkan berat kering lumpur.
Pada umumnya IVL bila nilainya antara 100 – 150 semakin tinggi angka IVL lumpur
semakin tidak memenuhi syarat maka butiran lumpur harus dicegah dengan cara :
1.
Menambah
Oxsigen terlarut.
2.
Lumpur
harus cepat dilewatkan.
3.
Influent
kalau munkin diencerkan.
4.
Lumpur
yang dikembalikan harus selektif.
Karena
Lumpur terdiri dari jasad renik (Mikrobia) maka ada batasan waktu aktif bagi
mikrobia-mikrobia ini.
Untuk menetapkan
umur lumpur ditetapkan :
=
|
Jumlah pengembalian lumpur
(liter/hari) x waktu aerasi
|
24 kali jumlah lumpur yang ada
|
Keterangan :
ML = Mixed Liquor yaitu
campuran lumpur aktif dengan air limbah dalam tangki.
MLSS = Mixed Liquor suspended
solid yaitu konsetrasi bahan tersuspensi yang megandug lumpur.
Nilai MLSS
= 1.000 s/d 3.000 mg/l dalam berat kering. Sistem lumpur aktif ini cukup baik
untuk pengolahan limbah cair yang terdiri dari larutan organic dan endapannya.
Mikro Organisme disirkulasi untuk mengoxsidasi senyawa-senyawa organic sehingga
menghasilkan air, CO2 dan sel-sel baru. Padatan – padatan organic
yang telah mengalami peruraian akan dijaga agar tercipta suasana aerob dan bila
kurang ditambah bahan-bahan nutrisi. Lumpur aktif semakin berkembang, senyawa
organic sebagian lagi di sintesakan menjadi sel baru. Dalam proses ini harus
dijaga adalah mencegah lumpur jangan sampai mengendap dan membantu lapisan
dimana oxsigen selalu cukup tersedia.
TANGKI AERASI
|
Pembuangan
Lumpur
Gambar 4.7 proses Lumpur Aktif
Untuk
dijaga agar meninggalkan pengendapan utama masuk pada bak pengendapan kedua
mengalir selanjutnya constant disertai aerasi kemudian bersama lumpur aktif dan
keluar pada ujung setelah : 4 – 8 jam. Campuran yang ideal terdapat pada pipa
menuju pengendapan kedua dimana Lumpur mengenmdap keluar dan kemudian
dikembalikan pada inlet reactor. Pada umumnya lumpur dikembalikan melalui pompa
sebesar 25 – 30 %.
Pada waktu
pembuatan lumpur terjadi butiran yang sangat menganggu sebab sulit dipisahkan
dari cairan. Lumpur ini akan menutup permukaan dan tidak dapat mengendap dan
membentuk floc. Banyak lumpur yang harus disediakan setiap operasi berkisar
antara : 1.000 mg/l – 3.000 mg/l yaitu pernyataan dari konsentrasi bahan
tersuspensi yang mengandung lumpur akti sedangkan mutu lumpur dinyatakan dalam
indeks volume lumpur mempunyai nilai antara : 100 dan 200. Dibawah ini
digambarkan skema proses fisika – biologi menggunakan lumpur aktif (lihat juga
gambar 4.3). Diagram alir untuk model lumpur aktif adalah seperti terlihat pada
gambar berikut ini.
3. Lagon aerasi
Lagon
adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Sistem logan adalah mirip
dengan kolam oksidasi. Lagon adalah sejenis kolam tertentu dengan ukuran yang
luas dan mampu menampung limbah cair dalam volume besar juga karena terjadinya
proses oksidasinalamiah dan fotosintesa algae. Suatu industry yang menggunakan
peralatan pengolahan limbah dengan system lagon apabila limbah memerlukan
proses reaksi penguraian bahan-bahan anorganik dalam jangka waktu lama. Sinar
matahari bebas masuk kedalam kolam mencapai kedalaman 2 – 4 meter, dengan
bantuan aerator dimasukkan udara.
Lagon
aerasi mempunyai proses kerja yang hamper sama dengan proses lumpur aktif dan
bedanya adalah dalam hal pengembalian lumpur. Pada lagon aerasi lumpur tidak
dikembalikan. Aearator langsung beroperasi diatas permukaan lagon dan
mengoncang seluruh permukaan limbah agar terdapat percampuran merata anatar
limbah dengan udara. Mikro organisme memanfaatkan limbah sebagai sumber
energinya. Yang penting disini berapa kilogram oksigen dapat ditranfer untuk
kebutuhan kolam.
Mekanisme
kerja operasi lagon aerasi pada dasarnya sama dengan proses kerja lumpur akti
dan bedanya disini tidak ada daur ulang lumpur. Keuntungan pada lagon aerasi
adalah biaya pemeliharaan rendah, effluent yang dihasilkan baik dibandingkan
dengan keuntungan pada lumpur aktif biaya instalasi awal rendah, tidak
menimbulkan bau dan lahan tidak terlalu luas.
Kerugian
pada lagon aerasi membutuhkan lahan yang luas sehingga investasi awal tinggi
dan dapat menimbulkan bau. Sedangkan proses (rentention time) relative lebih
lama dibandingkan denga proses lumpur aktif. Kerugian penggunaan lumpur aktif
adalah biaya operasional mahal karena power untuk daur ulang cukup tinggi,
lumpur yang dihasilkan banyak dan memerlukan pengawasan yang ketat dalam
operasionalisasinya.
Pada
pengolahan limbah kelapa sawit lebih tinggi tepat menggunakan aerasi
digesuranganter bila dibandingkan dengan lumpur aktif.Bila dibandingkan ketiga
proses ini masing – masing mempunyai keuntungan dan kekurangan . Lumpur aktif
membutuhkan power yang lebih besar untuk mengembalikan lumpur karena kalau
lumpur di buang akan membuat biaya semakin bertambah sebab setiap hari nantinya
harus disediakan lumpur aktif. Kolam oksidasi memerlukan lahan yang luas dan
sangat di harapkan terjadi oksidasi terhadap limbah. Musim penghujan menjadi rintangan
bagi proses oksidasi. Limbah dengan konsentrasi tinggi akan sulit merombaknya
dibandingkan dengan lagon aerasi maupun kolam aerasi. Pada lagon aerasi
diperlukan pula aerator permukaan untuk mensupply udara agar senantiasa
tersedia untuk mendukung kehidupan bakteri.
Udara
berfungsi sebagai konsumsi bakteri agar dengan aktif dapat memakan kandungan
organik dalam limbah. Bakteri pengurai mengkonsumsi bahan – bahan organik
sehigga menjadi bahan-bahan sederhana seperti CO2 , CO,dan H2O.
Pada akhirnya CO2 terbang ke udara dan H2O menyatu dengan
air.
Aerator
sebuah alat dipasng diatas permukaan air dan dapat terapung berfungsi untuk
menyuntikan udara kedalam air secara teratur. Jumlah udara yang disuntikkan
tergantung pada jumlah kebutuhan oksigen untuk dapat menurunkan BOD5 dari suatu
kondisi tertentu pada kondisi yang di inginkan. Sebutlah misalnya BOD5 air
limbah 300 mg/l hendak diturunkan menjadi BOD5 = 50 mg/l. Karena itu perlu
diketahui daya aerator yang diperlukan. Bagaimana
cara menghitung kebutuhan aerator. Misalnya kita ingin menurunkan limbah yang
mempunyai BDO5 = 400 mg/l menjadi BOD5 = 100 mg/l. Berarti kita harus
mengurangi konsentrasi sebesar 300 mg/l. Kita harus tahu persis jumlah setiap
hari katakanlah 200 mg/l. Maka beban BOD5 yang harus dikurangi adalah 300 mg/l
x 200 m3 limabah per hari = 60 kg /hari.
Berdasarkan
ketentuan (rumus) bahwa untuk menghilangkan 1 kg BOD5 dibutuhkan 1.3 kg O2.
Dengan demikian maka kebuthan O2 per hari = 60 x 1,3 = 78 kg/hari.
Untuk mengambil oksigen sebesar 78 kg/hari maka udara yang diperlukan : (78)
(100 / 23,2) (1,201) = 403, 8 m3/hari. Kemampuan limbah menyerap
udara hanya 8 % maka kebutuhan udara actual = 5047 m3. Dari hasil
penelitian 1 kwH mampu mensuplay udara : 57,5 m3, dengan demikian
maka power (daya) yang dibutuhkan : 3,6 Kw. Berarti Aerator yang diperlukan
adalah 4 KwH (dibulatkan) untuk menurunkan BOD5 dari 400 mg/l menjadi 300 mg/l
dengan debit limbah 200 m3/hari.
Pada
umumnya limbah yang direduksi mempunyai kosentrasi kurang dari 2000 mg/l. Udara
harus secara merata kontak dengan limbah agar terjadi perambahan secara
sempurna. Setelah mengalami proses aerasi, selanjutnya limbah dialirka secara “
Over flow “ menuju kolam berikutnya agar terjadi pengendapan. Lumpur aktif yang
mengalamai goncangan dan bereaksi dengan limbah secara perlahan – lahan
mengendap pada kolam pengendapan. Lumpur ini kemudian dihisap dengan pompa
keluar, lalu dikeringkan pada bak pengeringan lumpur. Selanjutnya lumpur
kerinmg ini dapat dibuang sebagai bahan penimbunan.
Tapi ada
limbah lumpur ini dikembalikan kebagian lagon aerasi untuk menjadi lumpur aktif
dalam proses berikutnya. Dalam rangka penggunaan lagon aerasi bahwa konsetrasi
limbah yang diolah hanya terdiri dari BOD5 dan SS. Sedangkan parameter
temperature, keasaman lumpur dan bahan-bahan lainnya sudah diolah pada proses
pra treatmen. Karena itu dalam aerasi lagon tidak ada lagi masalah selain dari
pada BOD5 dan SS. Sebelum menggunakan aerator harus diperiksa dulu dengan
teliti konsetrasi limbah, keadaan yang diinginkan dan volume limbah.
0 Response to "Teknologi Pengolahan Limbah Cair Metode Biologis"
Post a Comment