Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Pengendalian pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
menggunakan teknologi proses produksi, daur ulang, reuse, recovery, dan juga
penghematan bahan baku dan energy.
Teknologi pengolahan limbah cair industry adalah salah satu alat untuk
memisahkan, menghilangkan atau mengurangi unsur pencemar dalam limbah.
Teknologi penanggulangan limbah yang akan dibahas disini yaitu teknologi yang
ditempatkan pada akhir proses (end pipe process) produksi dimana seluruh limbah
yang mengandung unsure pencemar diminimalisasikan sampai memenuhi syarat baku
mutu limbah dan syarat baku lingkungan. Yang terakhir ini belum ditetapkan baku
mutu lingkungan. Terakhir ini pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001, tentang pengolahan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air sebagai pengganti UU NO 20 tahun
1990.
Limbah boleh memenuhi syarat baku mutu limbah tapi belum tentu memenuhi
syarat baku mutu lingkungan. Sebagaimana halnya teknologi proses produksi yang
terdiri dari berbagai macam jenis, demikian juga halnya dengan teknologi
pengolahan limbah. Walaupun sama-sama limbah cair karena bukan berasal dari
limbah produksi dengan bahan bakuu yang sama maka teknologi pengolahannya
jelasa berbeda.
Ada limbah yang berasal dari proses yang sama tapi karena volume
limbahnya berbeda maka teknologinya juga berbeda. Dengan demikian teknologi
pengolahan limbah ini sangat erat berkaitan dengan kualitas limbah dan
parameter limbah. Limbah yang mengandung suspensi padatan berbeda cara
pengolahannya dengan limbah yang mengandung kekeruhan. Untuk itu perlu
diketahui jenis limbah, asal limbah, volume limbah, debit limbah, sifat-sifat
limbah dan bahan baku yang dipergunakan.
Limbah pada konsentrasi tertentu
dengan melewati batas yang ditetapkan akan menimbulkan pencemaran atau akan
mempengaruhi kondisi lingkungan. Pada umumnya urutan proses dalam teknologi
pengolahan limbah terdiri dari proses penyaringan, pengendapan, netralisasi,
aerasi, filtrasi, dan penghancuran. Proses ini dapat dilakukan pada metode
fisika, metode kimia, metode biologi. Jarang sekali proses ini berjalan secara
sendiri-sendiri melainkan harus digabungkan
satu dengan yang lain tergantung pada tujuan pemisahan bahan pencemar.
Kalau pengendapan dengan system proses fisika tidak berlangung dengan baik,
maka pengendapan dapat dilanjutkan denngan proses kimia atau biologi.
Penangkapan dapat dilakukan dengan metode fisika tapi dapat juga dilakukan
dengan elektrolisa. Penghancuran dapat dilakukan denngan chlorinasi dan juga
dapat dilakukan dengan proses fisika.
Teknologi pengolahan limbah
mempunyai ukuran dan spesifikasi. Kemampuan wadah penampung limbah seperti
kolam limbah diukur dengan beban volume per satuan luas dan satuan waktu atau
dikenal dengan istilah sludge loading rate. Kemampuan proses pengolahan kolam
dapat diukur dengan waktu penahanan hidrolisis. Umur lumpur aktif diukur dengan
waktu tinggal lumpur dalam tangki sedangakan kemampuannya untuk memproduksi
limbah diukur dengan indeks volume lumpur. Demikian juga halnya dengan aerator
mempunyai spesifikasi dalam hal kemampuan mentransfer udara sedangkan daya
serapnya diukur dengan kemampuan menghilangkan BOD. Berbagai spesifikasi ini
harus dihitung dan ditentukan untuk melihat kapasitas pengolah limbah
menghilangkan bahan pencemar. Volume limbah akan menentukan ukuran kolam.
Semakin besar volume limbah semakin kolam diperlukan. Bila terlalu besar
membuat waktu penahanan lebih lama. Bila lebih kecil waktu penahanan lebih
singkat tapi mungkin prosesnya tidak sempurna. Karena itu perlu diketahui
ukuran kolam baik kedalaman maupun luas permukaan.
Waktu penahanan hidrolisis atau
waktu tinggal limbah dalam reactor mempunyai peranan yang amat penting dalam
keberhasilan pengolahannya. Besarnya debit limbah dibandingkan dengan ukuran
volume kolam akan menentukan waktu tinggal limbah dalam wadah. Sedangkan volume
kolam sangat dipengaruhi konsentrasi padatan dalam limbah. Semakin tinggi
ukuran padatan semakin sulit untuk menguraikannya dalam waktu relative singkat.
Limbah yang mempunyai padatan dalam konsentrasi tinggi seperti limbah kelapa
sawit membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguraikannya. Sebagai pengurai
adalah mikroba. Proses dalam pengolahan limbah terdiri dari proses fisika,
kimia dan biologi.
Proses fisika bertujuan untuk mengolah limbah secara fisik seperti
pengendapan pasir, saringan bahan kasar, saringan halus,dll. Prinsip pengolahan
adalah pemisahan bahan pencemar. Pada proses fisika terdapat berbagai peralatan
sederhana seperti saringan kawat, bak pengendap pasir, peralatan aliran limbah,
saringan pasir dan pencampuran.
Proses kimia bertujuan untuk mengikat bahan pencemar melalui reaksi kimia
dengan adanya penambahan bahan kimia kedalam limbah. Sedangkan proses biologi
bertujuan untuk merombak zat pencemar organic menjadi karbondioksida dan
jaringan sell sehingga mudah memisahkan antara limbah air dengan bahan
pencemar. Pada proses biologi yang berperan adalah mikroorganik yang dapat
menguraikan zat-zat organic limbah menjadi zat-zat yang sederhana.
Campuran limbah organic dengan anorganik membutuhkan perlakuan khusus
karena kedua unsur limbah ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Proses
biologi menggunakan kolam-kolam sebagai tempat proses perombakan zat-zat
organic. Kolam-kolam tersebut ada terdiri dari kolam aerobic, kolam
anaerobic,dan kolam fakultatif. Penggunaan kolam aerobic ada berbagai macam
jenis seperti kolam oksidasi, kolam lumpur aktif, dan kolam aerasi. Ketiga
jenis kola mini mempunyai persamaan
dalam menggunakan oksigen tapi berbeda dengan system pengoperasiannya.
Untuk mencapai keberhasilan pengolahan limbah jarang dipakai satu jenis
proses tapi dilakukan penggabungan satu dengan yang lain agar diperoleh hasil
yang efisien. Pemilihan peralatan tergantung pada senyawa pencemar yang
terkandung pada limbah cair. Untuk menetapkan metode operasi pengolahan limbah
pada satu jenis industry tertentu harus melalui satu seleksi dan pengamatan
meliputi: jenis zat pencemar, volume limbah yang dibuang, konsentrasi akhir
yang harus dicapai.
Gabungan ketiga proses ini secara
lengkap digunakan pada pengolahan limbah pabrik minyak kelapa sawit atau pabrik
oleo chemical. Pengolahan kedua adalah perlakuan netralisasi dengan penambahan
kaustik soda agar PH rendah berubah menjadi PH netral dalam rangka penyesuaian
kehidupan bakteri. Pengolahan limbah tingkat ketiga dilakukan dengan treatment
biologis melalui konsentrasi BOD tinggi dan sukar diuraikan pada pengolahan
pertama maupun tingkat kedua. Bagi limbah dengan parameter tinggi dipergunakan
system pengolahan biologi dengan cara anaerob. Mengolah limbah dengan cara
aerob digunakan bagi industry yang mempunyai limbah dengan kandungan
BOD<4.000 mg/l, sebaba akan banyak menggunakan daya bila BOD tinggi diolah
dengan cara aerob. Air limbah dari satu proses ke proses berikutnya mengalir
melalui tahapan proses anaerob, proses fakultatif dan proses aerob.
Bagi pabrik-pabrik yang membutuhkan proses pengolahan limbah secara
komplit maka instalasi pengolahan limbahnya telah dirancang dari awal
pembangunan industry penghasil limbah sudah diketahui jenis parameter limbah
yang dihasilkan serta perkiraan konsentrasinya begitupun volume buangan.
Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lain tergantung situasinya.
Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku, perbedaan teknologi
proses produksi dan juga perbedaan senyawa kimia yang terproduksi bersama
limbah. Karena banyak variasi bahan pencemar antara satu pabrik denngan pabrik
lain maka berbeda pula system pengolahannya. Demikian banyak macam parameter pencemaran dalam suatu
buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses. Limbah memerlukan
penanganan awal. Kemudian penanganan pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan
akan turut menentukan pengolahan kedua, pengolahan kedua akan turut menentukan
keberhasilan pengolahan ketiga dan seterusnya.
Proses pengolahan dan jenis peralatan yangdigunakan serta pengolahan
disajikan pada table 4.1. Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan
lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa phenol dalam iar sebesar
2 mg/l, fosfat 30 mg/l dan senyawa pencemar lain. Dipihak lain ada buangan
mengandung phenol 30 mg/l dan fosfat 2 mg/l. Keduanya menggunakan metode yang
berbeda walau menggunakan prinsip yang sama.
Dalam mendesain peralatan variable-variabel tadi harus dapat dihitung
secara tepat. Belum ada suatu jaminan bahwa setiap unit peralatan dapat
mengendalikan limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Sebab didalam satu unit
peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan pengolahan
pendahuluan sampai kegiatan akhir. Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan
namun tidak semua jenis kegiatan saja
limbah sudah bebas polusi. Adapun jenis-jenis kegiatan dalam pengolahan air
limbah dan peralatan yang dipergunakan tertera pada table 4.1. Pengolahan
limbah sering sekali harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode, terutama
limbah berat yang banyak mengandung jenis parameter.
Pilihan peralatan berkaitan dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan
kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan metode treatmennya. Pilihan ini didasarkan
atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang sampai diperoleh
hasil yang maksimum.
Table 4.1 : Proses Pengolahan dan Peralatan
yang Dipergunakan
No
|
Proses pengolahan
|
Peralatan
|
Tujuan pengolahan
|
1
|
Penyaringan
|
Bars
screen dan Racks
|
Untuk
menyaring bahan kasar dan padatan
|
2
|
Menangkap
pasir
|
Grit
Chamber
|
Menghilangkan
pasir dan koral
|
3
|
Menangkap
lemak dan buih
|
Skimmer
dan Ggrease
|
Memisahkan
bahan-bahan terapung
|
4
|
Perataan
air
|
Tangki
equalisasi
|
Meratakan
konsentrasi
|
5
|
Netralisasi
|
Bahan
kimia
|
Menetralkan
air
|
6
|
Pengendapan
|
Tangki
pengendap
|
Mengendapkan
lumpur dengan bahan kimia
|
7
|
Pengapungan
|
Tangki
pengapung
|
Menghilangkan
senyawa terlarut dengan bantuan udara
|
8
|
Lumpur
aktif
|
Bak
(kolam), pompa
|
Menghilangkan
larutan organic biologis
|
9
|
Trickling
filter
|
Saringan
dengan berbagai jenis
|
Menghilangkan
larutan organic biologis
|
10
|
Aerasi
berurai
|
Tangki
dan kompressor
|
Menghilangkan larutan organic
|
11
|
Karbon
aktif
|
Saringan
dengan karbon aktif
|
Menghilangkan larutan organic yang tidak dapat berurai
|
12
|
Pengendapan
kimia
|
Tangki
pengendap dan bahan kimia
|
Mengendap
bahan kimia
|
13
|
Nitrifikasi
|
Menara
|
Menghilangkan
nitrat dan nitrit
|
14
|
Chlorinasi
|
Bahan
kimia
|
Menghancurkan
bakteri pathogen
|
4.1 Sistem pengolahan limbah
Pengolahan
limbah dengan memamfaatkan teknologi
pengolahan dapat dilakukan dengan cara fisika ,kimia, dan biologis atau
gabungan dari ketiganya. Pengolahan limbah cara biologis digolongkan menjadi
pengolahan cara aerob dan anaerob. Berdasarkan
system unit operasinnya teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan
menjadi unit operasi fisik, unit operasi kimia dan unit operasi biologi. Sedangkan
bila dilihat dari tingkatan perlakuan
pengolahan maka system pengolahan dapat diklasifikasikan menjadi :
pretreatment, primary treatment system, secondary treatment system, tertiary
treatment system. Setiap tingkatan treatment terdiri pula atas sub-sub
treatment yang satu dengan yang lain
saling berbeda. Penggunaan setiap sub treatment ataupun gabungan satu dengan
yang lain tergantung pada jenis parameter pencemar yang terdapat dalam limbah,
volume limbah dan kondisi fisik lingkungan.
1.
Primary Treatment
Pengolahan permulaan ini sering pula didahului dengan pra treatment. Pada
umumnya setiap pengolahan limbah harus didahului pra perlakuan atau perlakuan
pendahuluan. Pada air limbah banyak bahan-bahan terapung ikut bersama dengan
limbah seperti kertas-kertas atau plastik atau kayu-kayu yang sukar
dihindarkan. Terdapat juga pasir dan bahan-bahan padatan lain yang kasat mata
terikut mengalir bersama limbah. Lalu diatas permukaan air terdapat lapisan
minyak atau busa dan buih. Saluran bahan-bahan ini harus disaring atau ditahan
agar tidak memasuki badan perairan ataupun masuk pada proses pengolahan
berikutnya. Perlakuan dilakukan dengan sederhana yaitu menyaring bahan kasar,
mengendapkan pasir dan tanah, dan menyaring minyak.
Dalam pengolahan pendahuluan ini juga meliputi peralatan limbah cair agar
memiliki homogenitas dan memudahkan bagi pengolahan tingkat lanjut. Pemasukan
udara kedalam limbah adalah satu cara untuk memudahkan pengapungan dimana udara
akan menciptakan gelembung dan bersamaan
dengan gelembung tersebut partikel ikut terbawa naik keatas permukaan
dengan limbah.
Penyaringan dengan batu-batuan dan pasir agar partikel-partikel kasar
yang tidak sempat terendap tersaring pada alat penyaring. Saringan ini terdiri
dari saringan lambat dan saringan cepat. Penggunaan saringan diharapkan
menumbuhkan lumut pada permukaan bahan saringan dengan demikian unsur pencemar
tersaring. Ukuran-ukuran saringan harus dapat dihitung dengan tepat.
2.
Secondary treatment
Metode pengolahan dengan secondary treatment menggunakan bahan-bahan
kimia agar senyawa-senyawa pencemar dalam limbah diikat melalui reaksi kimia. Karena itu
system operasinya diseut juga dengan cara kimia yaitu methode pengolahan dengan
menghilangkan atau atau mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan
menambahkan bahan kimia. Jenis padatan halus seperti suspensi dan padatan
terlarut, zat warna tidak akan tersaring
pada pengolahan pendahuluan. Zat-zat pencemar pada umumnya berada pada
jenis padatan suspensi. Padatan terlarut
dan koloidal. Padatan ini tidak mengalami pengendapan secara alami walaupun
dalam jangka waktu relatif lama. Oleh karena itu diperlukan bahan kimia yang
direaksikan agar terjadi pengikatan
senyawa pencemar baik dalam bentuk gumpalan atau pengapungan. Pada umumnya disini
dilakukan pengendapan dengan demikian mudah memisahkannya dengan air limbah.
Dengan menggunkan bahan kimia berarti akan timbul unsur bau dalam air
buangan dan diharapkan semakin mudah mengambilnya. Ataupun bahan tersebut
berfungsi sebagai katalisator. Proses ini mempunyai kelemahan yaitu bagaimana
mengambil unsur bau yang terjadi akibat reaksi yang terjadi. Pengendapan dengan
kapur akan menimbulkan lumpur yang harus direncanakan cara pengambilan dan
sarana pembuangannya.
Pengolahan limbah dengan tingkatan kedua atau menggunakan bahan kimia
bertujuan untuk mengendapkan bahan. Mematikan bakteri pathogen mengikat dengan
cara oksidasi atau reduksi menetralkan konsentrasi kelarutan asam dan
desinfektasia. Beberapa contoh umum yang dipergunakan sebagai bahan pengendap
disajikan dalam uraian berikut ini.
Penambahan bahan kimia akan menghilangkan atau mengurangi bahan kimia
pencemar dalam air limbah. Pengendapan dengan bahan kimia dilakukan dalam tiga
tingkatan proses yaitu penambahan bahan kimia koagulasi dengan pengadukan cepat
1000 RPM, bahan yang digunakan adalah alum, polyaluminium chloride. Perlakuan
kedua menambahkan bahan flokulan melalui pengadukan lambat, 200 RPM, bahan yang
digunakan polyelectrolit. Tingakatan perlakuan ketiga yaitu klarifikasi pemisahan
padatan lumpur yang telah terjadi flok-flof dan mulai mengendap.
Bahan-bahan pencemar yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan
penambahan bahan kimia adalah :
1.
Padatan
tersuspensi dalam limbah cair baik yang terdiri dari organic maupun anorganik.
2.
Phospat
terlarut dapat direduksi bila kadar kurang dari pada 1 mg/L dengan bahan
pengendap alum, ferry sulftat.
3.
Calcium,
magnesium, silicon, dapat dihilangkan dengan kapur CaOH. Khusus untuk kalsium
dan magnesium efisiensi lebih tinggi tercapai bila kapur dalam air buangan
terdiri dari carbonat yang tinggi.
4.
Beberapa
logam berat dapat dihilangkan dengan penambahan kapur (lime) seperti dalam
pengendapan cadium, chromium, cooper nikel, plumbum.
5.
Pengurangan bakteri dan virus dapat dicapai
dengan kapur pada kindisi pH 10,5 – 11,5 dengan cara penggumpulan dan
sedimentasi.
Pengapuran dengan wadah tertentu melalui reaksi cepat atau pencampuran
cepat adalah untuk mengontakkan seluruh bahan kimia dengan air buangan
menggunakan pengaduk. Untuk mencapai konyak yang sempurna peralatan pengaduk
untuk mereaksikan bahan kimia dengan limbah
harus mempunyai kecepatan tinggi, 30 feet perdetik per food atau lebih
dengan waktu kontak : 15 – 60 detik. Daya yang dibutuhkan :0,25 – 1
HP per juta gallon perhari. Dalam pengendapan ini koagulant utama yang
dipakai adalah: lime, alum ferry chloride, ferry sulfat. Adapaun proses yang
terjadi pada reaksi penambahan bahan kimia adalah sebagai berikut ini:
a.
Pengendapan dengan bahan kimia
Kapur
Dibawah ini ditunjukkan reaksi
kapur dengan phospat ( unsure Phospat banyak dijumpai dalam air limbah maupun
dalam air alami ) sebagai berikut :
Alum
1.
AL2
(SO4))3 14 H2O + 2PO4-3
2.
AL2 (SO4)3
18 H2O+ 2Ca (HCO3)2 3CaSO4+ 2AL(OH)3 +
6CO2 + 18H2O
3.
Apabila
dalam limbah banyak terdapat Ca atau Mg maka reaksi yang terjadi adalah :
AL2 (SO4)3 18 H2O
+ 3Ca(HCO3)2
Kalau CaCO3 terdapat sebanyak 10 mg/l dalam air maka kebutuhan
alum adalah 3 × 100 g/mol × 10 mg/l per 667 g/mol = 4,5 mg/l. Dengan cara sama
dapat dilkukan terhadap senyawa-senyawa yang lain terdapat dalam limbah.
Aluminium hidroksida mengendap perlahan sambil membawa bahan tersuspensi dan
bahan-bahan yang dihasilkan liannya.
Ferro Sulfat FeSO4
+ 7H2O + Ca (HCO3)2
Fe (HCO3)2 + 2Ca (OH)2
4 Fe (OH)2 + O2 + 2 H2O
b.
Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa membutuhkan
netralisasi sebelum treatment maupun sesudahnya. Proses pengendapan berlangsung
dalam keadaan baik dalam suasana netral kecuali untuk logam-logam tertentu.
Timah lebih efisien dilarutkan dengan kapur pada pH 9,2 – 9,5. Reduksi krom
valensi 6 menjadi Cr valensi 3 berlangsung pada kondisi asam. Untuk
mengendapkan krom hidroksida pH dinaikkan menjadi 8,5 – 9,5.
Untuk air buangan dengan proses treatment biological pH harus dijaga
antara 6,5 – 8.5 kondisi yang cukup baik untuk pertumbuhan micro organisme.
Penting untuk diketahui bahwa cirri – cirri pengendapan harus dapat ditetapkan,
apalagi bila netralisasi telah didahului penmabahan koagulant untuk endapan.
Kemudian perlu untuk dipahami apakah perlu mengadakan penetralisasian selama
ada produk limbah atau memang hanya pada waktu – waktu tertentu sesuai dengan
proses produksi pabrik. Flue gas juga dapat dipergunakan untuk menetralisasi
buangan alkalin. Dengan netralisasi PH dapat diatur antara 6,5 – 8,5 sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan. Untuk memudahkan pengaturan pH dapat
dilakukan dalam skala kecil dimana jumlah bahan netralisasi dapat ditentukan
dalam skala kecil dimana jumlah bahan netralisasi dapat ditentukan dalam jumlah
yang tepat.
c.
Oksidasi dan Reduksi
Bahan kimia
pengoksidasi seperti chlorine dan ozon dipakai untuk mengubah bahan organic dan
an organic menjadi bentuk sesuai dengan dikenhendaki. Bahan – bahan ini
dipergunakan untuk mereduksi BOD, warna dan mengubah bahan spesifik seperti
sianida menjadi produk yang berguna. Oxidant adalah meberi electron seperti
seng dalam reaksi :
Reduktant adalah penerima electron seperti Cu prum
Reaksi total yang disebut dengan
dengan reaksi reduksi oxidasi :
Reduksi Oksidasi untuk Oxidasi
ethanol menjadi CO2 dan H2O dengan asam potash dichromat
:
2
Cr+6 + 6 e = 2 Cr+3
Reaksi akhir :
Sianida banyak dijumpai dalam
buangan pabrik tapioca dan pada pabrik pengolahan logam. Sebagian besar sianida
dihasilkan dalam bentuk ion Cn.
Cyanat adalah kurang beracun
dibandingkan Cyanida, dengan penambahan natrium hidroksida dan chloride reaksi
yang terjadi :
2 NaCNO + 3 Cl2 + 4 NaOH
d.
Chlorinasi
Adanya bakteri phatogen dapat dihancurkan dengan Chlorinasi.
Baik tidaknya hasil reaksi ditentukan temperature, pH, waktu kontak turbidity
dan konsentrasi chlorine. Chlorine yang dilarutkan dalam air menghasilkan :
Karbon aktif akan mengadsorbsi chlorine bebas :
Reaksi dengan Chloriamine :
e.
Penghilang Chlor
Dalam air
limbah yang telah dichlorinasi masih terdapat sisa-sisa Chlor yang membahayakan
bagi biota dalam air maupun manusia, karena mempunyai sifat racun. Oleh karena
itu sisa-sisa chlor yang tinggal perlu diambil dan caranya antara lain adalah
menggunakan karbon aktif atau sodium sulfat. Biasanya sisa Chlor diambil pada
akhir proses pengolahan limbah setelah selesai pengendapan dan suasananya dalam
keadaan netral. Penggunaan karbon aktif lebuh murah dan gampang cara
pengoperasiannya.
Reaksinya sebagai berikut :
Dengan karbon aktif chlor diikat
menjadi asam khlorida dan unsure karbon membentuk CO2
f.
Phenol dalam air buangan
Unsur phenol dalam air buangan dijumpai pada limbah parbik
plywood dan limbah pabrik pembuatan lem. Oksidasi kimia dipergunakan untuk
menghancurkan phenol dengan beberapa cara. Diantaranya adalah mengatur
konsentrasi bahan buangan phenol dengan cara menambahkan air agar terdapat
konsentrasi sebagai yang diinginkan. Setelah konsentrasinya merata maka
pengoksidasian dengan kimia lebih mudah. Penghancuran phenol ada juga dilakukan
dengan cara pembakaran ataupun dengan biological trimen tapi umumnya biaya
lebih murah dengan oksidasi kimia. Oksidasi kimia dipergunakan apabila lumpur
buangan phenol cukup tinggi dalam kolam equalisasi dimana perlu dikurangi
secara merata. Sebagai bahan oksidasi dipakai peroksida, chlorine dioksida dan
potassium permangat. Hasilnya adalah merubah phenol menjadi senyawa organic.
Setelah dilakukan proses oksidasi dilanjutkan dengan proses aerasi dan
penyaringan menggunakan karbon aktif.
g.
Sulfur dalam air Buangan
Sulfur
mempunyai bentuk bermacam- macam dalam air buangan. Dalam industri pupuk,
industri asam sulfat konsentrasi sulfur cukup tinggi. Jenis – jenis sulfur yang
terdapat dalam air buangan seperti asam sulfide, sulfit, sulfat, thiosulfat,
sulfur dioksida dan merkaptan membuat limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak
mengenakkan. Unsur sulfur juga banyak dijumpai pada indutri pulp. Dalam
konsetrasi rendah sampai dengan batas ambang yang ditetapkan limbah sulfur
dipandang tidak membahayakan namun tetap mengeluarkan bau. Pabrik Karet Crumb
Rubber mengeluarkan bau sulfur yang sukar menghindarkanya. Pengolahan buangan
yang mengandung sulfur dapat dilakukan melalui treatment proses biologi maupun
proses kimia ataupun karbon aktif. Dengan proses kimia kandungan sulfur
dioksidasi atau diendapkan. Sebagian bahan pengoksidasi dipergunakan oksidasi
Chlorin, hydrogen peroksida atau permangat. Efisiensi oksida tergantung pada
pengaruh temperature, pH dan konsentrasi.
Tabel 4.2
: Beberapa parameter pencemar dan pilihan pelaratan dan
pengolahan
No
|
Bahan
Pencemaran
|
Peralatan
Pengolahan Limbah
|
1.
|
Suspensi Solid
|
Sedimentasi, Clarifikasi, Flotasi, Koagulasi, Flokulasi
dan Saringan.
|
2.
|
Minyak dan Lemak
|
Gravity separation, Skiming Dissolved, Air Flotation, Adsorbtion.
|
3.
|
Bahan – bahan Anaorganik
|
Aeration & Sedminatation, Coagulation &
Seddimentation, Lon-exchange, Soffening dan Filtration.
|
4.
|
Cooper
|
Coagulation & Precipitation, lon-Exchange.
|
5.
|
Chromium
|
Reduction and Precipitation, lon-Exchange, Electro Chemical.
|
6.
|
Phospat
|
Chemical Precipitation, lon-exchange, Chemical
Precipitation.
|
7.
|
Seng
|
Chemical Precipitation
|
8.
|
Total Dissolved Solid
|
Reverse Osmanis, Lon-exchange, Evaboration,
Electrodralysis, Distalation.
|
9.
|
Sludge
|
Flotation, Thickening, Evaporation Coagulation &
Flocculation, Centrifugation, Land Fill, Anaerobic/Aerobic, Incineration,
Kolam.
|
10.
|
Acidity dan Alkalinity
|
Stabilisasi
Netralisasi
|
Sumber : Eddy
& Matcalf, 1983
3. Tertiary Treatment
Metode ini digunakan bagi pengolahan limbah dengan
konsetrasi bahan pencemar tinggi atau limbah dengan jenis parameter yang
bervariasi banyak dengan volume yang relative banyak. Sistem operasinya dikenal
dengan operasi biologi yaitu metode pengolahan dengan menghilangkan senyawa
pencemar melalui aktifitas biological yang dilakukan pada peralatan unit proses
biologi. Metode ini dipakai terutama untuk menghilangkan bahan organic
biodegradable dalam limbah cair. Senyawa-senyawa organic tersebut dikonversikan
menjadi gas dan air yang kemudian dengan sendirinya dilepskan ke atmosfir.
Zat-zat organic dengan rantai karbon panjang diubah menjadi rantai ikatan arbon
sederhana dan air yang berbentuk gas. Untuk menghilangkan senyawa nitrogen
dalam air dipakai proses aerasi dengan menggunakan biologi. Unit proses yang
dipakai pada proses biologi yaitu kolam aerobik,earasi,lumpur
aktif,kolam oksidasi dan saringan biologi dan juga kolam anaerobic(Eddyn ɛ Metcalf,1979).pada table diatas disajikan
jenis-jenis bahan pencemar dan peralatan yang digunakan untuk menghilangkan
zat-zat pencemar ini.
Dalam air limbah mungkin terdiri
dari satu atau lebih parameter pencemar melampaui nilai yang
ditetapkan.kemungkinan didalamnya terdapat minyak dan lemak,bahan-bahan organik
seperti besi,alumanium,nikel,plumbum,barium,phenol dan lain-lain sehingga perlu
kombinasi dan beberapa alat.
0 Response to "Teknologi Pengolahan Limbah Cair"
Post a Comment