Makalah Oleokimia
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri makanan
merupakan industri tertua didunia, yang selalu mendapat tempat khusus bagi para
konsumen di bagian manapun diseluruh dunia. Industri makanan mengalami
perkembangan yang sangat pesat dewasa ini yang dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat dilihat dari
aneka bahan baku, kemasan dan proses pembuatan(proses produksi).
Salah satu hasil
pertanian yang cukup melimpah di Aceh merupakan salah satu sumber kekayaan
daerah yang tak ternilai. Menjadikan Aceh salah satu sentral produksi non-migas
yang merupakan suatu terobosan yang sedang diantisipasi oleh pemerintah pada
saat ini. Salah satu hasil produksi pertanian yang sangat baik daerah ini
adalah produk kelapa sawit yang menunjukkan ekspansi areal pertaniannya yang
cukup tajam.
Berlandaskan
perkembangan industri makanan dan produksi pertanian khususnya kelapa sawit
memberikan suatu kontribusi tersendiri terhadap pengolahan margarin di daerah
Aceh saat ini. Margarin didefinisikan sebagai salah satu produk pangan yang
berguna dan semakin mendapat tempat bagi konsumen didalam pengolahan aneka
macam pangan yang dewasa ini.
Adanya pendirian pabrik
minyak sawit di Aceh yang memadai sehingga dapat mendukung pendirian pabrik
margarin. Dengan kondisi perkembangan pabrik minyak sawit yang pesat di Aceh
saat ini maka penulis mencoba melakukan suatu perencanaan pembuatan pabrik
margarin didalam tugas perancangan ini.
Perencanaan pembuatan
pabrik margarin ini telah ditinjau oleh penulis maka layak untuk di laksanakan
berdasarkan pertimbangan berikut:
a. Bahan baku yang tersedia dalam jumlah cukup
besar
b. Meningkatkan
nilai tambah hasil pertanian.
c. Ikutmenyeraptenagakerjalokal.
d. Prosfek
pemasaran yang sangat mendukung.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut sejarahnya
kelapa sawit bersal dari Afrika. Namun, pendapat lain mengatakan bahwa kelapa
sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika selatan. Sebagian kelapa sawit
yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Bourbon (Mauritius) dan
Amsterdam yang dikirim ke kebun raya Bogor pada tahun 1848. Pembenihan
selanjutnya dilakukan di Deli,Sumut. Dari sinilah populasi kelapa sawit mulai
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kelapa sawit memiliki
banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi
dura, penifera, dan tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang
tebal sehingga dianggap memperpendek umum mesin pengolah namun biasanya tandan
buahnya besar-besar dan kandungan minnyak pertandannya berkisar 18%. Penifera
buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga induk dura dan penifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap vertil. Beberapa tenera unggul
persentase daging perbuahnya dapat
mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.
2.1
Minyak kelapa sawit
Diperoleh dari
pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guanensis JACQ). Secara garis besar buah
kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut
buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis,yaitu: lapis luar atau kulit buah
yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan
lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan
kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak
rata-rata 56%, inti (kernel) mengandung
minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapa sawit
seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut
dalam air
Buah
kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari buah
(mesocarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai CPO. Sedangkan
minyak kedua berasal dari inti minyak kelapa sawit, tidak berwarna dikenal
sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Disamping minyak
buah kelapa sawit juga menghasilkan bahan padatan yang berupa sabut, cangkang
(tempurung), tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan padatan ini dapat
dimamfaatkan untuk sumber energy, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk
industry.
2.2 Kegunaan produk-produk minnyak kelapa
sawit
Produk
minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek
pertama berhubungan dengan kadar asam lemak, kelembaban, dan kadar kotoran.
Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma, dan kejernihan serta kemurnian
produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak
(FFA,Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas
standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan , kelapa sawit bermutu
menghasilkan rendemen minyak 22,1% - 22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak
bebas 1,7% - 2,1% atau terendah.
Ciri-ciri produk dari kelapa yang biasa
diperdagangkan adalah :
1.
Minyak kelapa sawit atau crude palm oil
(CPO)
CPO mengandung
FFA 5% dan banyak provitamin E (800-900 ppm). Titik lunak antara 33-34oC,
2.
Minyak inti sawit atau crude palm kernel
(PKO)
Minyak inti
sawit yang berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari ekstraksi
inti kelapa sawit dengan kandungan asam lemak bebas 5%. Kadar FFA-nya lebih
kurang 5% dan kandungan minyaknya lebih kurang 50%.
3.
Inti kelapa sawit atau palm kernel (PK)
Kadar FFA-nya ±
5% dan kandungan minyaknya ± 50%.
4.
Bungkil inti kelapa sawit atau palm
kernel cake (PKC)
Adalah daging
inti kelapa sawit yang telah diambil minyaknya dengan proses pemerasan mekanis
atau proses ekstraksi dengan pelarut tertentu. Kadar minyaknya ± 2%.
5.
Pretreated palm oil
Adalah minyak
yang diperoleh dari proses degumming prebleancing untuk persiapan minyak daging
buah. Kadar FFA-nya 5% dan titik lunaknya 33-39oC.
6.
Refined, Bleached and Deodorized Palm
Oil (RBD PO)
Adalah CPO yang
telah mengalami rafinasi lengkap, mengandung FFA 0,15%, berwarna kuning
kejingga-jinggaan dan titik lunak antara 33-39oC.
7.
Crude Palm Fatty Acid
Asam lemak yang
diperoleh sebagai hasil ikutan dari
rafinasi lengkap CPO dan fraksi-fraksinya. Asam lemak bebas sebanyak ± 89%.
8.
Crude Palm Olein (CRD Olein)
Minyak berwarna
antara merah sampai jingga yang diperoleh dari fraksinasi CPO. Kadar FFA-nya 5%
dan titik lunak maksimum 24oC.
9.
Pretreated Palm Olein
Minyak yang
diperoleh dari degumming dan prebleaching untuk persiapan fraksi cair CPO. Kadar FFA-nya 5%, berwarna merah
kekuning-kuningan.
10.
Refined Bleachead and Deodorized Palm
Olein (RBD Olein)
Adalah minyak
berwarna kekuning-kuningan yang diperoleh dari CPO yang telah mengalami rafinasi
lengkap, mengandung FFA 0,15% dan titik lunaknya maksimum 24oC.
11.
Crude Palm Stearin (CRD Stearin)
12.
Pretreated Palm Stearin
13.
Refined Bleached Deodorized Palm Sterin
(RBD Sterin)
14.
Palm Acid Oil
15.
Crude Palm Kernel Fatty Acid
2.3. Oleokimia Dasar
Oleokimia
merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan
maupun hewani. Bidang keahlian teknologi oleokimia merupakan salah satu bidang
keahlian yang mempunyai prospek yang baik dan penting dalam teknik kimia. Pada
saat ini dan pada waktu yang akan datang, produk oleokimia diperkirakan akan
semakin banyak berperan menggantikan produk-produk turunan minyak bumi
(petrokimia) permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal ini dapat
dimaklumi karena produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan
produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui dan produk
yang ramah lingkungan. Pada saat ini industri
oleokimia masih berbasis kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya.
Dalam
dunia perdagangan dikenal dua jenis oleokimia, yaitu oleokimia alami (natural)
dan oleokimia buatan (sintetis). Oleokimia alami diperoleh dari bahan baku
berupa minyak nabati atau lemak hewan dan bersifat biodegradable. Sedangkan
oleokimia buatan diperoleh dari minyak bumi (petrokimia) seperti propilen dan
etilen yang bersifat non biodegradable.
Berdasarkan
proses pembuatannya, oleokimia digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu
oleokimia dasar (Basic Oleochemical) dan oleokimia turunan (Derivatives
Oleochemical). Oleokimia dasar terdiri dari asam lemak (fatty acid), gliserin
(glycerin/glycerol), metil ester, asam lemak beralkohol (fatty alcohol), dan
lain-lain.
2.4 Pemamfaatan minyak kelapa sawit di bidang
industri
Minyak kelapa sawit mengandung komponen yang dapat
tersabunkan dan tidak tersabunkan. Kandungan bahan tidak tersabunkan sangat
kecil, yakni ≤ 2%. Komponen tidak tersabunkan terbentuk dari gliserin, karotin,
tokoferol, dan toko trienol. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit adalah :
1. Asam miristat 0,6-1,7%
2. Asam palmiat
41,1-47,0%
3. Asam stearat
3,7-5,6%
4. Asam oleat
38,2-43,5%
5. Asam linoleat
6,6-11,9%
Minyak kelapa sawit tidak hanya bermamfaat bagi
pertumbuhan badan manusia dan hewan, tetapi juga sebagai bahan penolong dalam
berbagai industry,seperti:
1. Industry
baja
Penggunaan
minyak kelapa sawit dalam industry baja terutama berfungsi sebagai bahan
pelumas pada ala-alat industry baja.
2. Industry
kulit dan tekstil
Penggunaan
minyak kelapa sawit juga berfungsi sebagai bahan pelumas pada alat-alat
industry kulit dan tekstil.
3. Industry
pertambangan
Pada
Industri pertambangan minyak kelapa
sawit digunakan sebagai pengapung
(floating agent) untuk memisahkan
bijih-bijih tembaga dari unsur-unsur lain yang dibutuhkan.
4. Penggunaan
lainnya
Penggunaan
minyak kelapa sawit lainnya yang tidak sebagai bahan makanan adalah sebagai;
o
Bahan baku sabun
o
Bahan baku margarin
o
Bahan baku detergen
o
Bahan baku pemecah emulsi (demulsifier)
dalam industry minyak bumi, dan lain-lain.
BAB
III
PEMILIHAN
DAN URAIAN PROSES
3.1
Bahan Baku
Sifat-sifat komposisi
Bahan Baku dan Produk
Sifat-sifat
dan Komposisi Bahan Baku
Sifat-sifat dari bahan
minyak sawit yang mempunyai standart mutu tinggi atau Spesial Prime Bleach (SPB) ditentukan berdasarkan sifat fisika dan
kimia, sifat-sifat fisikya terdiri atas:
a.
Warna minyak, yang ditentukan oleh
adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan karena asam-asam
lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange
atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
b.
Bau atau flavuor, dalam minyak terdapat secara alami juga terjadi akibat
adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau
khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan Beta Ionone.
c. Titik
cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit
mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda.
Sedangkan sifat-sifat kimianya dapat dilihat pada tabel berikut:
Sedangkan sifat-sifat kimianya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 sifat-sifat
kimia minyak sawit
SIFAT
|
NILAI
|
Bobot
jenis pada suhu kamar
Indeks
Bias D 40ºC
Bilangan
Iod
Bilangan
Penyabunan
Bilangan
Krichner
Bilangan
Asam Lemak Bebas
Karotine
p.p.m
Tokoferol
p.p.m
Tembaga
p.p.m
Besi
p.p.m
|
0,90-0,913
1,4565-1,4585
48-56
196-205
0,8-1,2
1-2
500
800
0,5
10
|
Tabel
1.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Inti Kelapa Sawit
Asam Lemak
|
Minyak Kelapa Sawit (%)
|
Minyak Inti Sawit (%)
|
Asam
Kaprilat
Asam
Kaproat
Asam
laurat
Asam
miristat
Asam
palmitat
Asam
stearat
Asam
oleat
Asam
linoleat
|
-
-
-
1,1-2,5
40-46
3,6-4,7
39-45
7-11
|
3-4
3-7
46-52
14-1
6,5-9
1-2,5
13-19
0,5-2
|
Kandungan karoten dapat
mencapai 1000 p.p.m atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang
lebih 500-700 ppm, kandungan tokoferol berfariasi dan dipengaruhi oleh
penanganan selama produksi.
Sifat-sifat
dan Komposisi Produk
Sifat-sifat produk atau
margarin terdiri dari dua sifat yaitu fisika dan kimia, sifat-sifat fisika
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Sifat-sifat Fisika Dan Kimia Margarin atau Produk
Tabel 1.3 Sifat-sifat Fisika Dan Kimia Margarin atau Produk
SIFAT
|
NILAI
|
Warna, skala lavibon
Pada suhu kamar tidak mencair
Berwarna kuning
Berbentuk padat plastis
Berbau lemak
Mempunyai nilai gizi
|
20y-2,2y
|
Tabel
1.4 Sifat-sifat Kimia Margarin atau Produk
SIFAT
|
NILAI
|
Penurunan Bilangan Ion
Bilangan Ion
Asam Lemak Bebas
Keeping Time Methode Swift, jam
Makropenetasi
:
Suhu 10ºC
Suhu 21ºC
Suhu 26ºC
Suhu 32ºC
Suhu 35ºC
|
6
76
0,05
28
23
55
68
85
96
|
Tabel
1.5 Komposisi Margarin atau Produk
KOMPONEN
|
NILAI
(%)
|
Lemak
Skim milk
Garam
Emulsifier
Vitamin A*)
|
80-81
14-16
s3
0,5
15.000 UPS
|
*)
Vitamin A dalam 0,454 kg margarin
Secara umum proses pembuatan margarin meliputi, proses
Hidrogenasi untuk mengubah bentuk minyak cair ke bentuk padat plastis. Proses
pembuatan margarin adalah pencampuran antar fase cair, fase minyak dan
emulsifier derngan perbandingan tertentu, sehingga membentuk emulsi W/O (Water in Oil).
Secara umum tahap-tahap pengerjaan dalam
pembuatan margarin adalah:
1.
Seleksi dengan persiapan Lemak yang
digunakan, pasteurisasi dan inokulasi susu oleh mikro organisme.
2.
Pembentukan emulsi antara lemak dengan
fase cair (susu).
3.
Perbandingan (chilling), peremasan (kneading)
dan penggilingan (rooling) terhadap
emulsi sehingga dihasilkan margarin dengan rupa fisik mendekati mentega.
4.
Penambahan garam, zat warna, bahan
pengawet dan vitamin.
Sebagai fase cair
digunakan skim milk yang murni dan
masih segar sebelum digunakan, susu tersebut di pasteurisasi pada suhu 60º-65ºC
selama kurang lebih 1.5 jam. Selanjutnya di fermentasi menggunakan biakan murni
Bacillus Lactis Acidi sebesar 3-6%
pada suhu 180ºC selama 18 jam.
Tujuan dari penambahan susu yang
difermentasi adalah untuk menghasilkan aroma margarin, yang mendekati aroma
mentega dan skim milk yang berfungsi
sebagai bahan pembentuk emulsi dalam margarin.
3.2
Jenis proses
Pada proses pembuatan
margarin ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan mempertimbangkan
beberapa alasan maka dapat dilakukan pemilihan proses yang sesuai.
1.
Proses Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi pada
minyak adalah reaksi penambahan molekul Hidrogen ke dalam ikatan yang tidak
jenuh, sehingga menghasilkan asam lemak bebas, yang bertambahkejenuhannya. Proses
Hidrogenasi dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.
Cara Bath
Kapasitas
sistem ini sekitar 10-20 ton/bath gas Hidrogen yang dibutuhkan, berjalan secara
sirkulasi, yaitu Hidrogen yang telah dipakai dan keluar dari tangki Hidrogenasi
(setelah melalui pencucian) dimasukan lagi ke tangki Hidrogenasi. sistem ini
jarang digunakan karena pengontrolan terhadap Hidrogen lebih sukar dan
membutuhkan peralatan yang lebih banyak untuk pencucian kembali gas Hidrogen
yang pernah dipakai.
b.
Cara Dead End
Pada
sistem ini, minyak tidak disirkulasikan tetapi diaduk dengan pengaduk mekanis.
Uap air dan udara dibuang sebanyak-banyaknya apabila telah menyampai suhu 100ºC
pembuang dihentikan, dan gas Hidrogen dimasukan. Keuntungan proses ini adalah
dapat mencegah oksidasi dan Hidrolisa dari minyak melalui proses Deaerasi dari
minyak.
c.
Cara Technical Research Work
Sistem ini
menggunakan silinder yang mempunyai katalisa Cage. Cage ini terdiri dari logam
yang dilapisi dengan Nikel. Sistem ini ada juga yang mencampurkan katalis Ni
dengan minyak sebelum dicampurkan dengan gas Hirogen. Keuntungan cara Technical Research Work adalah mudah
dikerjakan, kemurnian gas Hidrogen lebih tinggi (99,8%) dan sistem pengontrolan
labih mudah. Pada pra rencana pabrik ini menggunakan proses Hidrogenasi secara Technical Research Work dengan
mencampurkan katalis Ni lebih dahulu.
2. Pencampuran Bahan
Cara
pencampuran bahan dalam pembuatan margarin adalah dengan cara bahan yang larut
dalam air, seperti garam dapur dan Natrium Benzoat dicampur dengan skim milk dan bahan yang larut dalam
minyak seperti lecitin dan vitamin A, ditambahkan kedalam lemak. Selanjutnya skim milk dan lemak dicampur dalam suatu
tangki sehingga terbentuk emulsi, pengolahan selanjutnya adalah mendinginkan
emulsi, sterilisasi, pembuatan adonan, pendinginan kembali pada suhu 7-13ºC,
pencetakan adonan dan pembukusan.
3. Emulsifikasi
Proses emulsifikasi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Batch dan cara Kontinu.
a. Cara Batch
Fasa
air dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam tangki pengemulsi berpengaduk yang
berisi minyak. Cara ini kurang memberikan hasil emulsi yang baik.
b. Cara Continue
Cara
ini dapat menghasilakan emulsi yang lebih sempurna. Tenaga dan peralatan yang
digunakan lebih efisien. Pada perencanaan pabrik ini digunakan proses
emulsifikasi secara kontinyu debgan mempertimbangkan cara ini lebih efisien
dengan Cara Betch.
4. Solidifikasi
Proses solidifikasi
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1.
Cara klasik ; dengan cara ini dapat
dilakukan dengan menyemprotkan emulsi diatas air dingin yang mengalir dalam
suatu bak, kemudian margarin yang terbentuk diambil. Cara ini dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi dengan udara bebas dan banyak memerlukan
air dingin.
2.
Cara yang berkembang kemudian
mengontakkan emulsi pada dingin sebelah luar dari drum yang didinginkan sebelah
dalamnya.
3.
Cara terbaru cara ini merupakan proses
kontinyu, banyak digunakan pada pabrik di Amerika dengan sistem tertutup. Alat
ini disebut dengan pendingin votator.
3.3
URAIAN PROSES
Penentuan proses yang
dipakai pada pra rencana pabrik margarin dengan kapasitas yang direncanakan
sebesar 50 ton/jam, berdasarkan keuntungan dan kerugian pada proses-proses yang
telah ditarangkan di atas, maka jalannya proses sebagai berikut:
1. Proses Hidrogenasi
Minyak dari tangki
penyimpanan bahan baku dicampur dengan katalis Ni 0,5% didalam tangki dicampur
yang dilengkapi pengaduk. Setelah campuran homogen, campuran di alihkan ke
tangki hidrogenasi bersamaan aliran gas hidrogenasi, pemansan pada Hidrogenator
dijaga tetap pada 200ºC. hasil proses ini selanjutnya dilakukan pemisahan
dengan menggunakan filter press.
2. Fraksi Kristalisasi
Minyak dimasukkan
kedalam kristalizer pada temperatur 40ºC. Sebagian media pendingin adalah air
dingin yang diperoleh dengan adanya chiller
dan sebagai media refrijeran digunakan
dengan cara ini temperatur minyak antara
18-20ºC. pengadukan dilakukan dengan perlahan agar Kristal yang terbentuk tidak
rusak. Setelah tercapainya temperatur minyak yang didinginkan kemudian
dialirkan ke rotary filter untuk
memisahkan Kristal stearat dari olein. Hasil fraksinasi kristalisasi diperoleh
bentuk stearin 98,29% dan Olein 1,11% bentuk padat ini digunakan sebagai bahan
pembuat Margarin.
3. Proses Emulsifikasi
Untuk menstabilkan
emulsi yang terbentuk, maka biasanya ditambahkan bahan untuk menstabilkan
emulsi (emulsi fying agent) misalnya
pati, gliserin, gelatin dan lecitin. Bahan lain yang ditambahkan adalah garam
dapur (
CL), Natrium benzoat sebagai bahan
pengawet dan vitamin A (karoten sebagai zat pewarna).
Lemak kedelai dimasukkan kedalam mixer, ditambah vitamin A dan zat warna
diaduk sampai homogen. Campuran ini dimasukkan kedalam emulsifying yang
melengkapi dengan pengaduk campuran fase cair dialirkan kedalam campuran lemak.
Vitamin A dan Lechitin yang digunakan masing-masing 0,001% dan 0,5% berat
produksi margarin.
4. Proses Solidifikasi
Emulsi yang telah
diperoleh dimasukkaan kedalam votator 1, dalam votator 1 emulsi didinginkan
hingga mencapai suhu 15ºC kemudian dimasukkan kedalam votator 2 untuk proses
penyempurnaan bentuk padat plastis. Bahan pendingin yang digunakan pada votator
pada 15ºC.
BAB
IV
SPESIFIKASI
PERALATAN
Alat-alat yang
digunakan pada pabrik margarin ini, baik sebagai alat proses maupun sebagai
alat utilitas, direncanakan sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya. Ukuran
peralatan dan kapasitas kebutuhan suatu pabrik akan diperhitung terlebih
dahulu.
Pemberian kode dari
masing-masing peralatan disesuaikan dengan nama alat, fungsi dan urutannya
masing-masing. Kode dan huruf menunjukkan kode nama alat sedangkan kode angka
menunjukkan unit serta urutan dari peralatan. Untuk alat-alat yang mempunyai
fungsi yang sama dan berbeda pada kode angka yang menunjukkan urutannya.
1.
Tangki penyimpanan minyak sawit (F.01)
Fungsi
: untuk menyimpan bahan baku yaitu minyak sawit
sebelum dicampur dengan
katalis
Tipe
: silinder vertical dengan tutup atas berbentuk dish.
Kapasitas
: 182.908,1422 cuft
Ukuran
-
Diameter = 53,75 ft
-
Tinggi =
80,63 ft
-
Tebal shell = 2,04 in
-
Tebal tutup = 2,04 in
Bahan
konstruksi : carbon steel SA – 285
Grade C
Jumlah : 1 unit
2.
Pompa minyak sawit (L.01)
Fungsi
: untuk memompakan
minyak sawit dari tangki penyimpanan ke tangki pencampuran katalis.
Tipe
: pompa
centrifugal
Kapasitas
: 1035,06 cuft/jam
Daya
motor : 4,46 HP
Bahan
kontruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
3.
Hoppler Ni (M.01)
Fungsi
: menampung Ni
yang akan masuk ke tangki
percampuran katalis.
Tipe
: silinder
tegak dengan tutup atas berbentuk conis
Kapasitas
: 1,464 cuft
Ukuran
-
Diameter
= 0,9717 ft
-
Tinggi total = 1,86 ft
-
Tebal shell = 3/16 in
-
Tebal conis = 3/16 in
Bahan
kontruksi : karbon steel SA-285
grade C
Jumlah : 1 unit
4.
Tangki percampuran katalis (M.01)
Fungsi
: mencampurkan katalis Ni dengan minyak yang
akan dihidrogenasi
Tipe
:
silinder tegak dengan tutup atas dan bawah berbentuk dish
Kapasitas
: 477,487 cuft
Ukuran
-
Diameter = 6,38 ft
-
Tinggi total = 10,25 ft
-
Tebal shell = 3/16 in
-
Tebal tutup =3/16 in
-
Bahan kontruksi : carbon steel SA-285 grade C
System pengaduk
-
Tipe =
propeller
-
Diameter impeller = 2,523 ft
-
Daya motor = 0,729 Hp
Jumlah : 1 unit
5.
Pompa (L.03)
Fungsi
: memompakan
minyak dari tangki pencampuran
katalis ke hidrogenerator
Tipe
: centrifugal
pump
Kapasitas
: 426,46 cuft/jam
Daya
motor : 1,206 HP
Bahan
konstruksi : cash iron
Jumlah
: 1 unit
6.
Tangki H2 (F.04)
Fungsi
: untuk menyimpan
H2 sebelum dialirkan
kehidrogenerator
Tipe
: silinder
tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas
: 1.869,031 cuft
Ukuran
-
Diameter = 11,3981 ft
-
Tinggi total = 19,3504 ft
-
Tebal shell = 1/4 in
-
Tebal conis = 1/4 in
Bahan
kontruksi : stainless steel
SA-240 grade 304
Jumlah : 1 unit
7.
Hidrogenerator (R.01)
Fungsi
: untuk
menjenuhkan ikatan rangkap minyak dengan
penambahan gas hidrogen
Tipe
: silinder
tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas
: 5.910 cuft
Ukuran
-
Diameter = 16,37 ft
-
Tinggi total = 24,6 ft
-
Tebal shell = 7/16 in
-
Tebal conis = 7/16 in
Bahan kontruksi : karbon steel SA-285 grade C
System pengaduk
-
Tipe =
axial turbin 6 blade
-
Diameter impeller = 5,457 ft
-
Daya motor = 58,2 HP
Coil
pemanas
-
Diameter coil = 5,7299 in
-
Jumlah lilitan = 73 lilitan
Jumlah : 1 unit
8.
Pompa (L.04)
Fungsi
: memompakan
minyak dari hidrogenerator ke filter
press
Kapasitas
: 426,56cuft/jam
Daya
motor : 2,46 HP
Bahan
kontruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
9.
Filter press (H.01)
Fungsi :
untuk memisahkan minyak dari katalis setelah
proses hidrogenasi.
Tipe
: plate and
frame
Ukuran
: 2x2 in
Filter
area : 1,491 ft 2
Jumlah
frame : 20 buah
Bahan
kontruksi : cash iron
Jumlah
: 3 unit
10.
Pompa (L.05)
Fungsi
: untuk memompakan
minyak dari filter press ke cooler 1
Tipe
: centrifugal
pump
Kapasitas
: 472,77 cuft/jam
Daya
motor : 2,47HP
Bahan
kontruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
11.
Cooler I (E.01)
Fungsi
: untuk menurunkan
temperature minyak dari
246°C-75°C
Tipe
: double pipa
exchanger
Ukuran
: 4x3 in IPS
Luas
permukaan : 67,0550 ft2
Jumlah
hairpin : 4 hairpin
masing-masing 20 ft
Bahan
konstruksi : carbon steel SA – 283
Jumlah
: 1 unit
12.
Pompa (l.06)
Fungsi
: memompakan
minyak yang keluar dari cooler I ke
cooler II
Tipe
: centrifugal
pump
Kapasitas
: 472,77 cuft/jam
Bahan
kontruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
13.
Cooler II (E.02)
Fungsi
: untuk menurunkan
temperature minyak dari 75°C-
10°C
Tipe
: double pipa
exchanger
Ukuran
: 21/2x
11/4 in IPS shcedull 40
Luas
permukaan : 134,11 ft2
Jumlah
hairpin : 9 hairpin
masing-masing 12 ft
Bahan
konstruksi : carbon steel SA – 283 grade
c
Jumlah
: 1 unit
14.
Kristalizer (E.03)
Fungsi
: untuk
mengkristalkan asam lemak jenuh dengan
menurunkan temperature
Tipe
: Swenson
walker cristalizar
Luas
permukaan : 3 ft2
Panjang
maksimum
Kristalizer
: 10 ft
Jumlah
: 3 unit
15.
Pompa (L.07)
Fungsi
: memompakan
minyak (lemak) dari kristalizer ke
rotary vacuum filter
Tipe
: rotary pump
Kapasitas
: 472,77 cuft/jam
Daya
motor : 2 HP
Bahan
konstruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
16.
Rotary vacuum filter (H.01)
Fungsi
: untuk memisahkan
stearin dari olein
Kapasitas
: 1.693,5586 ft3
Luas
penyaringan : 298,189ft2
Diameter
: 11,89 ft
Ukuran
screen : 60 mesh
Jumlah
: 1 unit
17.
Pompa olein (L.08)
Fungsi : untuk memompakan
minyak yang keluar dari
rotary vacuum filter ke tangki olein
Tipe : centrifugal pump
Kapasitas
: 18,7561 cuft/jam
Daya
motor : 1,03 HP
Bahan
konstruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
18.
Tangki penyimpanan olein (F.05)
Fungsi
: untuk menampung
olein yang keluar dari rotary
vacum filter
Tipe
: silinder tegak dengan tutup atas berbentuk dish
Kapasitas
: 6752,198 cuft
Ukuran
-
Diameter = 40,7465 ft
-
Tinggi total = 61,1197 ft
-
Tebal shell = 3/16 in
-
Tebal conis = 3/16 in
Bahan
konstruksi : carbon steel SA-285
grade C
Jumlah
: 1 unit
19.
Pompa stearin (L.09)
Fungsi
: untuk memompakan
stearin ke tangki
pencampuran
Tipe
: rotary pump
Kapasitas
: 18,7561 cuft/jam
Daya
motor : 1,03 HP
Bahan
konstruksi : cash iron
Jumlah
: 2 unit
20.
Tangki Percampuran l (M.02)
Fungsi
: untuk mencampurkan
lemak denagan vitamin A
dan lechitin
Type
: silinder
tegak dengan tutup atas dan bawah berbentuk dish
Kapasitas
: 476,7567 cuft/jam
Ukuran :
-
Diameter = 7,019 fr
-
Tinggi Total = 10,5285 fr
-tebal
Shell = 3/16 in
-tebal
Tutup =3/16 in
Bahan
konstuksi : carbon Steel SA-285
grade C
System
pengaduk :
-
Type = Axial Turbin 6 blade
-
Diameter lmpeller = 1,9165 ft
-
Daya motor = 0,6342 HP
Jumlah : 2
21.
Pompa (L.10)
Fungsi : untuk memompakan
lemak ke tangki
percampuranl ke Emulsifying tank.
Type
: Rotary pump
Kapasitas
: 196,8840 cuft/jam
Daya
motor : 2,28 HP
Bahan
konstruksi : Cash Iron
Jumlah
: 2 unit
22.
Hoppler Lechitin (F.02)
Fungsi
: Untuk menampung
lechitin, Na-Benzoat dan
NaCL yang akan masuk ke tangki pencampuran ll
Type
: Silinder
tegak dengan tutup bawah berbentuk
Conis
Kapasitas : 1,2 cuft
Ukuran
:
-Diameter = 0,9717 ft
-Tinggi
Total = 1,68 ft
-Tebal
Shell =3/16 in
-Tebal
Conis =3/16 in
Bahan
kontruksi : CarbonSteel SA-285
grade C
Jumlah : 1 unit
23.
Tangki Pencampur ll (M.03)
Fungsi
: Untuk
mencampurkan bahan-bahan yang larut
dalam fasa cair
Type
: Silinder
tegak dengan tutup atas berbentuk dish dan tutup bawah
berbentuk
Coris.
Kapasitas : 229,630 cuft
Ukuran :
-Diameter = 5,5733 ft
-Tinggi
Total = 15,229 ft
-Tebal
Shell = 3/16 in
-Tebal
Tutp = 3/16 in
Bahan
kontruksi : Carbon Steel SA-285
grade C
System
pengaduk :
-Type =Propeller
-Diameter
Impeller = 1,3950 ft
Coil
pemanas :
-Diameter
Coil = 2,9295 ft
-Jumlah
lilitan = 18 lilitan
Jumlah : 1 Unit
24.
Emulsifying Tank (M.04)
Fungsi : untuk mencampurkan
bahan yang larut dalam
lemak dan bahan yang larut dalam susu
Type : Silinder tegak dengan tutup atas dan
bawah
berbentuk dish
Kapasitas : 1308,37 cuft
Ukuran :
-Diameter = 10,356 ft
- Tinggi Total =13,3385 ft
-Tebal Shell = 3/16 in
-Tebal Tutup =
3/16 in
Bahan Kontruksi : Carbon Steel CA-285 grade C
System pengaduk :
- Type :Propeller\
- Diameter Impeller = 2,6217 ft
Coil pemanas :
- Diameter Coil =42,2456 ft
- Jumlah lilitan =9 lilitan
Jumlah
: 1 unit
25.
Pompa (L.ll)
Fungsi : Untuk Memompakan
Emulsin dari Emulsifying
Tank ke Votator Supplay tank
Type
: Rotary pump
Kapasitas
: 2,66 HP
Bahan
kontruksi : Cash lron
Jumlah : 2 Unit
26.
Votator Supplay Tank (M.04)
Fungsi
: untuk
mencampurkan emulsion lebih lanjut
Kapasitas : 4508,37 cuft
Ukuran :
-Diameter = 10,356 ft
-Tinggi
Total =15,534
-Tebal
Shell =3/16 in
-Tebal
Tutup =3/16 in
Sistem
pengaduk :
System
pengaduk :
-Type : Axial Turbin 6
Blade
-Diameter
Impeller =2,6217 ft
-Daya
motor =6,8739 HP
Pendingin
-
Jarak Jaket dengan
Dingin Tangki =23,7076 ft
-
Tebal Jaket = 3/16 in
Bahan
Kontruksi : Carbon Steel SA-285
grade C
Jumlah : unit
27.
Pompa (L.12)
Fungsi
: Untuk Memompakan
Emulsin dari Vatator
Supplay Tank Ke Votator.
Type
: Rotary pum,p
Kapasitas : 241,8697 cuft/jam
Daya motor :2,66 HP
Bahan kontruksi : Cash Iron
Jumlah : 2 unit
28.
Votator
Fungsi
: Untuk Mengubah
Emulsi margin menjadi padat
Type : Cooling Cylinder
Kapasitas : 15.600 ib
Ukuran :
-Diameter = 15 IN
-Panjang =120 in
-Mutator
Speed = 600 rpm
Jumlah : 2 unit
BAB
IV
PERMASALAHAN
Kristalisasi
adalah proses pembentukan bahan padat
dari pengendapan larutan,
melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi
juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa
(mass transfer) dari suat zat terlarut
(solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari
suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan
padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan
kemurnian produk hingga 100%.
Kristal itu sendiri merupakan susunan atom yang beraturan
dan berulang, yang bentuknya dapat berupa kubik, tetragonal, orthorombik,
heksagonal, monoklin, triklin dan trigonal. Bentuk itu nantinya, tergantung
dari proses downstream (pemurnian) yang dilakukan dan juga spesifikasi produk
yang diharapkan pasar.
Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah
larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh (supersaturated). Yang
dimaksud dengan kondisi lewat jenuh adalah kondisi dimana pelarut (solven)
mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk
melarutkan solute pada suhu tetap. Atau kalau diilustrasikan dengan sebuah
kelas, jika kapasitas suatu kelas adalah 80 mahasiswa, karena hanya ada 80
kursi. Maka mahasiswa ke-81 yang masuk ke kelas adalah mahasiswa yang membuat
kondisi kelas lewat jenuh.
Selanjutnya, bagaimana cara untuk mencapai kondisi
supersaturasi yang diinginkan ? Berdasarkan teori, solubilitas padatan dalam
cairan akan menurun seiring dengan penurunan suhu (pendinginan). Seiring
dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat sedemikian hingga, sampai
tercapai kondisi supersaturasi.
Pendinginan
adalah salah satu dari 4 cara yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi
supersaturasi. Akan tetapi cara ini hanya dapat dilakukan jika, solubilitas
padatan dalam larutan sangat dipengaruhi oleh suhu. Dan untuk senyawa Ce2(SO4)3
cara ini tidak berlaku, karena kelarutan senyawa ini dalam air akan berkurang
dengan kenaikan suhu.
Tiga metode lain yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi
supersaturasi adalah penguapan solven sehingga konsentrasi larutan
menjadi makin pekat, penambahan senyawa lain, non solven, ke dalam larutan yang
akan menurunkan solubilitas padatan dan reaksi kimia.
Setelah
kondisi supersaturasi dicapai, bagaimana kita menumbuhkan kristal ?
Langkah
pertama adalah membentuk inti kristal primer, yang akan merangsang pembentukan
kristal. Untuk membentuk inti kristal primer, jika dibuat dari larutan induk,
maka beda konsentrasi larutan lewat jenuh dengan konsentrasi jenuh (C-C*)
sebagai driving force proses kristalisasi harus dibuat besar. Dan ini
membutuhkan energi yang sangat besar. Sehingga untuk skala industri, tidak
efisien. Lebih disukai cara penambahan kristal yang sudah jadi, untuk
menginisiasi pembentukan inti kristal primer.
Pemodelan matematis yang mewakili proses nukleasi primer,
sulit untuk dibuat. Oleh karena itu, perhitungan waktu tinggal semata-mata
didasarkan dari hasil eksperimen.
Mekanisme kristalisasi selanjutnya adalah nukleasi sekunder.
Pada fase ini, kristal tumbuh dikarenakan kontak antara kristal dan larutan.
Terjadi pada kondisi supersaturasi yang lebih rendah yang memungkinkan kristal
tumbuh dengan optimal. Nukleasi sekunder membutuhkan bibit atau kristal yang
sudah jadi untuk merangsang pertumbuhan kristal yang baru. Fase inipun juga
sulit dibuat pemodelannya, sehingga sama dengan nukleasi primer, penentuan
waktunya dilakukan dengan eksperimen.
Jenis-jenis
Kristaliser:
1.
Kristaliser Tangki
Kristaliser yang paling kuno.
Larutan jenuh, panas dibiarkan berkontak dengan udara terbuka dalam tangki
terbuka.
2.
Scraped Surface Crystallizers
Contoh kristaliser jenis ini adalah Swenson-Walker crystallizer. Berupa saluran
dengan lebar 2 ft, dengan penampang berbentuk setengah lingkaran. Bagian luar
dinding dilengkapi dengan jaket pendingin dan sebuah pisau pengeruk yang akan
mengambil produk kristal yang menempel pada dinding.
3.
Forced Circulating Liquid Evaporator-Crystallizer
Kristaliser jenis ini
mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi untuk mencapai kondisi
supersaturasi. Larutan terlebih dulu dilewatkan pemanas HE, kemudian
menuju badan kristaliser. Di sini terjadi flash evaporation, mengurangi jumlah
pelarut dan meningkatkan konsentrasi solute, membawa ke kondisi supersaturasi.
Selanjutnya larutan ini mengalir melalui area fluidisasi dimana kristal
terbentuk melalui nukleasi sekunder. Produk kristal diambil sebagai hasil
bawah, sedangkan larutan pekat direcycle, dicampur dengan umpan segar.
4.
Circulating Magma Vacuum Crystallizer
Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan
disirkulasi diluar badan kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke
badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut, sehingga
menjadi lewat jenuh
Kristalisasi
Produksi Lemak Pada
KESIMPULAN
1.
Penggunaan minyak kelapa sawit lainnya
yang tidak sebagai bahan makanan adalah sebagai;
-
Bahan baku sabun
-
Bahan baku margarine
-
Bahan baku detergen
-
Bahan baku pemecah emulsi (demulsifier)
dalam industry minyak bumi, dan lain-lain.
2.
Oleokimia merupakan bahan kimia yang
berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan maupun hewani.
3. Secara
umum proses pembuatan margarin meliputi,
proses Hidrogenasi untuk mengubah bentuk minyak cair ke bentuk padat plastis.
4. Proses
pembuatan margarin adalah pencampuran antar fase cair, fase minyak dan
emulsifier derngan perbandingan tertentu, sehingga membentuk emulsi W/O (Water in Oil).
DAFTAR
PUSTAKA
Ketaren. 1996. Minyak
dan Lemak Pangan. UI.Press, Jakarta
Tugas
Perancangan.2004.Industri Oleokimia
0 Response to "Makalah Oleokimia"
Post a Comment