FREEZE DRYING SALAH SATU ALAT PENGERINGAN DI INDUSTRI FARMASI
FREEZE DRYING SALAH
SATU ALAT PENGERINGAN DI INDUSTRI FARMASI
Industri kimia sering
sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari suspensi, misalnya secara
mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini pemisahan yang sempurna
sering kali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat selalu masih mengandung
sedikit atau banyak cairan, yang seringkali hanya dapat dihilangkan dengan
pengeringan. Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka sebelum
pengeringan dilakukan, sebaiknya
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Pengeringan merupakan
cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan
energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering).
Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak
dapat tumbuh lagi. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air
sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama. Kriteria Pemilihan
Alat Pengering Disamping berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi,
pemilihan alat pengering ditentukan oleh faktor – faktor berikut
(Bernasconi, G., 1995):
1.
Kondisi bahan yang
dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta, suspensi)
2.
Sifat – sifat bahan
yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya kebakaran,
kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan, bahaya
ledakan debu, sifat oksidasi).
3.
Jenis cairan yang
terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik, dapat terbakar,
beracun)
4.
Kuantitas bahan yang
dikeringkan
5.
Operasi kontinu atau
tidak kontinu.
FREEZE DRYING (Pengeringan Beku)
Pengeringan beku
(freeze drying) ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan.
Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan
dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara.
Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selama tahap pembekuan, menyublim jika
dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap
air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous
(mudah dilalui air) dengan perubahan yang sangat kecil terhadap ukuran dan
bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit, maka kerusakan
karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara pengeringan lainnya.
Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air
dingin (Gaman dan Sherrington, 1981).
Dalam pengeringan
beku, perpindahan panas ke daerah pengeringan dapat dilakukan oleh konduksi
atau pemancaran atau oleh gabungan kedua cara ini. Pengawasan laju pindah panas
sangat penting adalah perlu untuk menghindari pencairan es dan dengan demikian
laju pindah panas harus cukup rendah untuk menjamin hal ini. Selain itu, untuk
melakukan proses pengeringan dalam waktu yang masuk akal, laju pindah panas
haruslah setinggi mungkin. Unutk mencapai pengeringan yang aman, perhatian yang
utama ditujukan dalam perencanaan peralatan pengeringan beku dan efisien.
Faktor lain yang perlu diperhatian bahwa suhu permukan tidak boleh sedemikian
tinggi karena akan menyebabkan kerusakan bahan pangan pada permukaannya (Earle,
1969).
Dengan menggunakan
yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan tekanan sehingga
sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik kritik
yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi yang
dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut
dehidrasi beku (Desrosier, 1988).
Pengertian lainnya
tetntang pengeringan beku, air dihilangkan dengan mengubahnya dari bentuk beku
(es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut
sublimasi. Pengeringan beku dilakukan dalam hampa udara dan suhu sangat rendah.
Pengeringan beku ini menghasilkan produk terbaik, terutama karena pangan tidak
kehilangan banyak aroma dan rasa atau nilai gizi. Namun, proses ini mahal
karena memerlukan suhu rendah maupun tinggi dan keadaan hampa udara. Penggunaan
cara ini hanya dibenarkan jika panga sangat peka terhadap panas, dan produk yang
diperoleh harus memenuhi standar gizi yang tinggi (WHO, 1988)
Titik Tripel Air
Pada titik teripel
air, ditemukan air terdapat dalam tiga bentuk yaitu cairan, padat, dan uap.
Titik potong dari ketiga garis batas fase tersebut seperti terlihat pada Gambar
36, dan titik potong ini disebut titik tripel. Pada suhu 320F dan tekanan
sebesar 4,7 mm air raksa, air berada dalam kondisi yang demikian. Jika
dikehendaki agar supaya molekul-molekul air berpindah dari fase padat ke fase
uap tanpa melalui fase air, maka akan kelihatan dari diagram bahwa 4,7 mm
adalah merupakan tekanan maksimum unutk terjadinya kondisi tersebut, dan
terdapat suatu rentang suhu yang dapat memenuhinya (Desrosier, 1988).
Pada tekanan diatas
4,7 mm dapat terjadi fase cair. Dengan jalan menurunkan tekanan menjadi 5 mm
maka akan terjadi pendidihan. Blair telah menemukan bahwa pada tekanan 4 mm
dapat terjadi pembusaan pada beberapa substrat cair, dan pembusaan ini dapat
dikendalikan. Pada tekanan 4 mm biasanya suatu bahan panagn telah berada
dibawah titik tripelnya dan umumnya proses-proses dehidrasi beku dirancang pada
tekanan ini atau lebih rendah (Desrosier, 1988).
Perbedaan Dehidrasi Konvensional dan Dehidrasi Beku
Dengan pengendalian
suhu dan tekanan yang memadai, dapat dihasilkan bahan pangan kering yang santa
baik, termasuk daging. Sifat-sifat rehirasi, retensi zat gizi, warna, cita
rasa, dan tekstur dari produk yang dikeringkan dengan benar menunjukkan bahwa
aplikasi proses dapat menjadi luas dimasa mendatang. Pengembangan perlatan
pengeringan beku kontinu akan dapat mempercepat penyebarluasan aplikasi tenik
baru ini. Unutk angkatan darta sudah dapat diproduksi dengan benar dan baik,
makanan praolah kering beku yang memiliki semua kualitas makanan olahan yang
diolah lagsung dari bahan yang segar (Desrosier, 1988).
Perbedaan dehidrasi
beku dan konvesional adalah sebagai berikut:
Dehidrasi konvensional :
§
Berhasil baik bagi
bahan pangan yang mudah dikeringkan, misalnya buah-buahan.
§
Umumnya suhu yang
digunakan 1000F dan 2000F
Biasanya pada tekanan atmosfer
Biasanya pada tekanan atmosfer
§
Waktu pengeringan
pendek, biasanya kurang dari 12 jam
§
Partikel kering padat
§
Densitas lebih tinggi
dari bahn pangan yang asli
§
Bau sering kali
abnormal
§
Biasanya warna lebih
gelap
§
Rehidrasi lambat,
biasanya tidak sempurna
§
Cita rasa abnormal
§
Stabilitas penyimpanan
baik, cenderung menjadi gelap dan tengik
§
Biaya umumnya rendah
Dehidrasi
beku :
§
Berhasil baik bagi
kebanyakan bahan pangan
§
Berhasil baik terhadap
produk-produk hewn yang dimasak atau mentah
§
Pengolahan tidak
kontinu
§
Suhu yang digunakan cukup
rendah
§
untuk mencehah
pencairan Tekanan yang digunakan dibawah 4 mm Hg
§
Waktu pengeringan
umumnya antara 12 dan 24 jam
§
Hilangnya air melalui
sublimasi dari perbatasan zona kristal-kristal es yang tetap Partikel kering
porous
§
Densitas lebih rendah
dari pada bahan pangan yang asli
§
Bau asli
§
Warna asli
§
Rehidrasi dapat cepat,
sempurna
§
Citarasa asli
§
Stabilitas penyimpanan
sangat baik
§
Biaya umumnya sangat
tinggi, empat kali lebih besar dari dehidrasi konvesional
Gambar 1. Skema Alat Freeze Drying
Gambar 2. Alat Freeze Drying
Sebelum dilakukan
pengeringan beku, dilakukan beberapa tahap diantaranya:
INAKTIVASI
ENZIM
§
Produk yang akan
dikeringkan seperti sayuran dan buah-buahan mengandung enzim seperti katalase,
peroksidase, polifenolase dan enzim lain
§
Pada saat pengupasan
dan pemotongan reaksi enzimatis menjadi cepat dan terjadi perubahan warna
§
Inaktivasi enzim dapat
dilakukan dengan cara:
§
Asidifikasi
§
Blansing
Jika blansing tidak sempurna:Perubahan flavor
dan Browning (proses kecoklatan akibat terjadinya proses
enzimatik)
SULFURING
§
Bertujuan inaktivasi
enzim polifenolase yang menyebabkan reaksi pencoklatan
§
Dengan cara:
§
Penyemprotan dengan
gas SO2: tidak praktis
§
Perendaman dalam
larutan Na-sulfit, Na-bisulfit, Na-metabisulfit
Perlakuan
setelah pengeringan dilakukan:
§
Bervariasi tergantung
dari jenis produk
§
Penambahan anti
penggumpalan
§
Pengayakan
§
Pemisahan benda-benda
asing dan warna menyimpang
§
Pengemasan:
§
Produk kering sangat
dipengaruhi jenis pengemas
§
Fungsi melindungi dari
kelembaban, cahaya, udara, kotoran, m.o., bau asing, dll
§
Produk hasil
pengeringan beku harus dikemas dalam gas inert seperti N2, volumeheadspace 1-2%
KESIMPULAN
1. Pengeringan Beku
yaitu penghilangan air dengan mengubahnya dari bentuk beku (es) ke bentuk gas
(uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut sublimasi dan dilakukan
dalam hampa udara pada suhu yang sangat rendah.
2. Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan konvensional karena menjag kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas penyimpanan yang sangat baik.
2. Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan konvensional karena menjag kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas penyimpanan yang sangat baik.
Daftar Pustaka
Bernasconi, G.
1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi pertama. Jakarta. PT.
Pradaya Paramita.
Desrosier, N. W.
1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Terjemahan
M. Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah Z.
Nasution. Sastra Hudaya, Bogor.
Gaman, P. M. dan K. B.
Sherrington. 1981. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu
Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta.
World Health
Organization (WHO). 1991. Iradiasi Pangan : Cara
Mengawetkan dan Meningkatkan Keamanan Pangan. Penerbit ITB,
Bandung.
0 Response to "FREEZE DRYING SALAH SATU ALAT PENGERINGAN DI INDUSTRI FARMASI"
Post a Comment