Pengertian Termodinamika dan Penerapannya
BAB
I
TERMODINAMIKA
A.
Pendahuluan
Semua mahluk hidup melakukan pekerjaan.Tumbuh-tumbuhan
melakukan pekerjaan ketika mengangkat air dari akar ke cabang-cabang,hewan melakukan pekerjaan ketika berenang ,merayap,
dan terbang.Kerja juga terjadi ketika pemompaan darah melalui pembuluh darah
dalam tubuh dan pada pemompaan ion-ion melewati dinding sel .Semua kerja ini
diperoleh dari pengeluaran energy kimia yang disimpan dalam makanan yang
dikonsumsi oleh mahluk hidup.
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang
berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan
pergerakan).Termodinamika adalah kajian mengenai hubungan,panas, kerja, dan
energy dan secara khusus perubahan panas menjadi kerja.Hukum termodinamika
pertama dan kedua dirumuskan pada abad ke-19 oleh para ilmuan mengenai
peningkatan efisiensi mesin uap.Bagaimanapun hokum ini
merupakan
dasar seperti hokum fisika lainnya.Mereka membatasi efisiensi amuba atau ikan
paus seperti mereka membatasi efisiensi mobil atau tenaga nuklir tumbuhan.
B.
Beberapa Siklus dalam termodinamika
Dengan menganggap sejumlah tertentu gas terkandung dalam
sebuah silinder yang disusun dengan piston dan thermometer.Dengan menggerakan
piston dan memanaskan atau mendinginkan silinder, tekanan P, volume V, dan suhu
T dapat diubah.Keadaan termodinamika gas ditentukan dengan memberikan nilai
dari variablevariabel termodinamika P,V dan T. Jika variable-variabel
dihubungkan oleh persamaan
PV=nRT
Dimana n adalah jumlah mol gas dan R=8,314 J/K adalah tetapan
gas
.Persamaan ini menunjukan bahwa jika dua variable diketahui, variable ketiga
dapat ditentukan.Hal ini berarti hanya dua variable yang diperlukan untuk
menentukan keadaan.Bahkan jika gas tidak ideal, hanya dua variable yang
diperlukan, karena terdapat persamaan keadaan yang berhubungan dengan
variable-variabel ini.
Siklus termodinamika terdiri dari urutan operasi/proses
termodinamika, yang berlangsung dengan urutan tertentu, dan kondisi awal
diulangi pada akhir proses. Jika 2 operasi atau proses dilukiskan pada diagram
p-v, akan membentuk lintasan tertutup. Karena daerah dibawah setiap kurva
merupakan kerja yang dilakukan, sehingga kerja netto dalam satu siklus
diberikan oleh daerah yang ditutupi oleh lintasan, seperti ditunjukkan oleh
gambar 1.
Gambar
1. Sebuah siklus termodinamika.
Pengetahuan mengenai siklus termodinamika adalah penting
di dalam system pembangkit tenaga (seperti mesin bensin, diesel, turbin gas,
dll). Mesin-mesin ini menggunakan campuran bahan bakar dan udara untuk
operasinya. Karena massa bahan bakar yang digunakan sangat kecil bila
dibandingkan dengan massa udara, sehingga campuran diasumsikan mengikuti
sifat-sifat gas sempurna.
C. Klasifikasi
Siklus Termodinamika
Siklus termodinamika, secara umum, bisa diklasifikasikan
kedalam dua tipe:
1.
Siklus reversibel,
2.
Siklus irreversibel.
1. Siklus
Reversibel
Sebuah proses, dimana perubahan dalam arah sebaliknya,
akan membalik proses seutuhnya, dikenal dengan proses reversibel. Sebagai
contoh, jika selama proses termodinamika dari keadaan 1 ke 2, kerja yang
dilakukan oleh gas adalah W1-2, dan kalor yang diserap adalah Q1-2. Sekarang
jika kerla dilakukan pada gas sebesar W1-2 dan mengeluarkan kalor sebesar Q1-2,
kita akan membawa sistem kembali dari keadaan 2 ke 1, proses disebut
reversibel.
Pada proses reversibel, seharusnya tidak ada kerugian
panas karena gesekan, radiasi atau konduksi, dsb. Siklus akan reversibel jika
semua proses yang membentuk siklus adalah reversibel. Maka pada siklus
reversibel, kondisi awal dicapai kembali pada akhir siklus.
2. Siklus
Ireversibel
Sebagaimana telah disebut di atas bahwa jika perubahan
dalam arah sebaliknya, akan membalik proses seutuhnya disebut sebagai proses
reversibel. Tetapi jika perubahan tidak membalik proses, maka disebut proses
ireversibel. Pada proses ireversibel, terjadi kerugian panas karena gesekan,
radiasi atau konduksi. Dalam keadaan di lapangan, sebgai besar proses adalah
ireversibel. Penyebab utma ireversibel adalah :
(1) gesekan
mekanik dan fluida,
(2) ekspansi tak
tertahan,
(3) perpindahan
panas dengan perbedaan temperatur tertentu. Lebih jauh, gesekan akan merubah
kerja mekanik menjadi panas.
Panas ini tidak bisa dirubah kembali dalam jumlah yang
sama ke dalam kerja mekanik. Sehingga jika ada gesekan di dalam proses maka
proses adalah ireversibel. Sebuah siklus adalah ireversibel jika ada proses
ireversibel pada proses-proses pada siklus tersebut. Maka pada siklus
ireversibel, kondisi awal tidak didapati pada akhir siklus.
D. Reversibilitas
Proses Termodinamika
1. Isothermal dan Adiabatik
Perlu dicatat bahwa proses atau siklus penuh adalah hal
yang ideal. Dalam keadaan sebenarnya, operasi isotermal atau adiabatik lengkap
tidak dicapai. Namun demikian keadaan ini bisa diperkirakan. Alasan dari hal
tersebut adalah tidak mungkin mentransfer kalor pada temperatur konstan pada
operasi isotermal. Lebih jauh, adalah tidak mungkin membuiat silinder
non-konduksi pada proses adiabatik. Pada keadaan sebenarnya, proses isotermal
bisa dicapai jika proses begitu lambat sehingga kalor yang diserap atau
dilepaskan pada laju dimana temperatur tetap konstan. Dengan cara yang sama,
proses adiabatik bisa dicapai jika proses terjadi dengan sangat cepat
sehingga tidak ada waktu bagi kalor
untuk masuk atau meninggalkan gas.
Dengan pandangan tersebut, proses isotermal dan adiabatik
dianggap sebagai proses reversibel.
2. Volume
konstan, tekanan konstan dan pvn konstan
Kita tahu bahwa temperatur benda panas, yang memberikan
panas, tetap konstan selama proses, temperatur zat kerja akan bervariasi ketika
proses berlangsung. Dalam pandangan ini, ketiga operasi di atas adalah
ireversibel. Tetapi hal ini bisa dibuat mendekati reversibilitas dengan
memanipulasi temperatur benda panas bervariasi sehingga pada setiap tingkatan
temperatur zat kerja tetap konstan. Dalam hal ini, proses volume konstan,
tekanan konstan dan pvn konstan dianggap sebagai proses reversibel.
3.Efisiensi
Siklus
Didefinisikan sebagai rasio kerja yang dilakukan terhadap
kalor yang disuplai selama siklus. Secara matematik, efisiensi siklus:
diberikan yangkalor dilakukan yang kerja
η=Kerja
yang dilakuan/kalor yang diberikan
Karena
kerja yang dilakukan selama satu siklus adalah sama dengan kalor yang
diberikan
dikurangi dengan kalor yang dilepaskan, efisiensi siklus bisa juga dinyatakan:
η=Kerja
yang diberikan – kalor yang dilepaskan
Kalor
yang diberikan
3. Siklus
Carnot
Siklus di buat oleh carnot, yang merupakan ilmuan pertama
yang menganalisis permasalahan efisiensi
mesin kalor.Pada mesin carnot, zat kerja melakukan operasi siklus yang terdiri
dari dua operasi termal dan dua operasi adiabatik.Diagram P-V da TS dari siklus
ditunjukan pada gambar di bawah ini
Mesin
yang dibayangkan oleh Carnot mempunyai udara (yang dianggap
mempunyai
sifat seperti gas sempurna) sebagai zat kerja yang berada di dalam silinder
dimana terdapat piston A yang bergerak tanpa gesekan. Dinding silinder dan
piston adalah non-konduktor, tetapi dasar silinder B adalah konduktor dan
ditutup oleh penutup terisolasi IC. Mesin diasumsikan bekerja diantara dua
sumber dengan kapasitas
yang
tak terbatas, satu pada temperatur tinggi dan yang lainnya pada temperatur
rendah.
Teorema Carnot adalah pernyataan formal dari fakta
bahwa:Tidak mungkin ada mesin yang beroperasi diantara dua reservoir panas yang
lebih efisien daripada sebuah mesin Carnot yang beroperasi pada dua reservoir
yang sama. Artinya, efisiensi maksimum yang dimungkinkan untuk sebuah mesin
yang menggunakan temperature tertentu diberikan oleh efisiensi mesin Carnot.
Mesin Carnot adalah mesin kalor hipotetis yang beroperasi
dalam suatu siklus reversibel yang disebut siklus Carnot. Model dasar mesin ini
dirancang oleh Nicolas Léonard Sadi Carnot, seorang insinyur militer Perancis
pada tahun 1824. Model mesin Carnot kemudian dikembangkan secara grafis oleh
Émile Clapeyron 1834, dan diuraikan secara matematis oleh Rudolf Clausius pada
1850an dan 1860an. Dari pengembangan Clausius dan Clapeyron inilah konsep dari
entropi mulai muncul. Setiap sistem termodinamika berada dalam keadaan
tertentu. Sebuah siklus termodinamika terjadi ketika suatu sistem mengalami
rangkaian keadaan-keadaan yang berbeda, dan akhirnya kembali ke keadaan semula.
Dalam proses melalui siklus ini, sistem tersebut dapat melakukan usaha terhadap
lingkungannya, sehingga disebut mesin kalor.
Sebuah mesin kalor bekerja dengan cara memindahkan energi
dari daerah yang lebih panas ke daerah yang lebih dingin, dan dalam prosesnya,
mengubah sebagian energi menjadi usaha mekanis. Sistem yang bekerja sebaliknya,
dimana gaya eksternal yang dikerjakan pada suatu mesin kalor dapat menyebabkan
proses yang memindahkan energi panas dari daerah yang lebih dingin ke energi
panas disebut mesin refrigerator.
Pada diagram di bawah ini, yang diperoleh dari tulisan
Sadi Carnot berjudul Pemikiran tentang Daya Penggerak dari Api (Réflexions
sur la Puissance Motrice du Feu), diilustrasikan ada dua benda A dan
B, yang temperaturnya dijaga selalu tetap, dimana A memiliki
temperatur lebih tinggi daripada B. Kita dapat memberikan atau
melepaskan kalor pada atau dari kedua benda ini tanpa mengubah suhunya, dan
bertindak sebagai dua reservoir kalor. Carnot menyebut benda A "tungku"
dan benda B "kulkas".[1] Carnot lalu menjelaskan bagaimana
kita bisa memperoleh daya penggerak (usaha), dengan cara memindahkan sejumlah
tertentu kalor dari reservoir A ke B.
Diagram asli mesin Carnot, 1824 Implikasi lain dari
teorema Carnot adalah mesin reversibel yang beroperasi antara dua
reservoir panas yang sama memiliki efisiensi yang sama pula. Efisiensi
maksimum yang dinyatakan pada persamaan diatas dapat diperoleh jika dan hanya
jika tidak ada entropi yang diciptakan dalam siklus tersebut. Jika ada, maka
karena entropi adalah fungsi keadaan, untuk membuang kelebihan entropi agar
dapat kembali ke keadaan semula akan melibatkan pembuangan kalor ke lingkungan
yang merupakan proses irreversibel dan akan menyebabkan turunnya efisiensi.
Jadi persamaan diatas hanya memberikan efisiensi dari sebuah mesin kalor
reversible.
E. Sifat – Sifat Hukum Termodinamika I
1. Pengertian Isoterm
Semua keadaan dengan suhu yang sama terletak pada kurva
disebut
isotherm.Pada
gambar menunjukan beberapa Isoterm untuk suhu yang berbeda:suhu dari isotherm
tertentu lebih tinggi dari suhu semua isotherm yang terletak dibawahnya dan
lebih rendah dari suhu semua isotherm yang terletak diatasnya.Pada suhu yang
tinggi isotherm merupakan kurva yang halus yang ditunjukan oleh persamaan 11.1,
tetapi pada temperature rendah bentuk isotherm lebih komplek karena gas tidak
lagi ideal
2. Pengertian Isotermal
Pada perubahan isothermal suhu dipertahankan agar
konstan(tetap).Hal ini dilakukan dengan menempatkan silinder yang
dihubungkandengan sumber air pada suhu yang di inginkan (gambar 11.4b).Silinder
mempunyai dinding yang tipis yang terbuat dari bahan yang dapat menghantarkan
panas,misalnya tembaga, sehingga panas dengan mudah mengalir secara bolak-balik
antara sumber air dan gas.Sumber air cukup besar dengan suhu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh jumlah perubahan panas dan gas.Selama ekspansi isothermal,
panas mengalir ke gas untuk menjaga suhu agar konstan (ingat, suhu gas menurun
jika panas terhalangi untuk mengalir ke gas selama ekspansi terjadi).sistem
yang mengikuti keadaan isotherm terjadi dari keadaan awal A ke keadaan Akhir B
3. Perngertian
Adiabatik
Pada perubahan adiabatic tidak ada panas yang dapat masuk
atau keluar dari system.Hali ini karena dikelilingi oleh silinder dengan
bahan-bahan penyekat seperti asbes atau streafoam (gambar 11.4a).jika gas ideal
di kembangkan secara adiabatic, suhu dan tekanan menurun.Sintem tersebut
ditunjukan oleh garis penuh AB
4. Pengertian
Isokhorik
Pada perubahan isokhorik volume system dipertahankan agar
konstan. Hal ini dilakukan dengan mengapit piston pada posisi tertentu.Keadaan
gas diubah dengan memanaskan gas (gambar 11.4c).Ketika piston dipasang,tidak
ada kerja yang dilakukan oleh system selama terjadi perubahan.Sistem mengikuti
garis AA’
5. Pengertian
Isobarik
Pada perubahan isobaric,tekanan system diertahankan pada
tekanan tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tekanan konstan
eksternal ke piston. keadaan
gas diubah dengan memanaskan sistem tersebut.
BAB
II
HUKUM TERMODINAMIKA I
A.
Hukum Termodinamika I
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja
yang dilakukan terhadap sistem. Hukum pertama termodinamika adalah konservasi
energi.Secara singkat, hokum tersebut menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari bentuk
yang satu ke bentuk yang lainnya.Untuk tujuan termodinamik, perlu lebih spesifik
dan menguraikan hukum tersebut secara lebih kuantitatif.Termodinamika
memperhitungkan hubungan antara system S, misalnya gas dalam silinder pada
gambar 11.1 dan lingkungan ε di sekelilingnya.Lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada di luar system yang dapat mempengaruhi system, dimana pada banyak
kasus termasuk pada sekeliling system.Sistem dan lingkungan merupakan semesta
U.
Energi sestem (Es) adalah jumlah energi kinetik
molekul-molekul system
(
energi termal) dan energi potensial atom-atom dalam molekul (energi
kimia).Energi Es bergantung pada keadaan system,berubah ketika keadaan
berubah.Misalnya,perubahan isobaric pada gambar 11.4d, sumber panas
meningkatkan energi termal system.Jika sumber panas adalah bagian dari
lingkungan, energi Eε lingkungan juga berubah.Hukum pertama termodinamika
mengatakan bahwa energi Eu semesta
Eu =
Es + Eε
Tidak berubah Ini berarti, jika Es dan Eε adalah energi
sistem dan lingkungan ketika sistem berada pada satu keadaan dan E’s dan E’ε
adalah energi ketika system berada pada keadaan lain, maka :
E’s
+ E’ε = Es + Eε atau (E’s – Es ) + ( E’ε - E ε )
Seperti sebelumnya, delta digunakan sebagai awalan yang
berati “perbedaan dalam“ atau „perubahan dari“.Secara spesifik ΔES adalah
energi dari keadaan akhir sistem dikurangi energi dari keadaan awal,
ΔES
= E’S – ES
Dan
ΔES adalah energi akhir lingkungan dikurangi energi awal
ΔEε
= E’ε – Eε
Hubungan simbol-simbol persamaan 11.2 dapat dituliskan :
ΔES
+ ΔEε = 0 atau
ΔES
= - ΔEε hukum pertama 11.3
Ini adalah ungkapan matematika yang sesuai untuk hukum
pertama
termodinamika.Persamaan
tersebut digunakan untuk menghitung perubahan energy sistem jika perubahan
energi lingkungan diketahui, dan serbaliknya
1.
Hukum I Termodinamika
menyatakan bahwa :
“untuk setiap proses, apabila kalor Q diberikan kepada
sistem dan sistem melakukan usaha W, maka akan terjadi perubahan energi dalam
∆U = Q – W “
Jadi dapat dikatakan bahwa hukum I termodinamika
menyatakan adanya konsep kekekalan energy”.
Energi dalam sistem merupakan jumlah total semua
energi molekul dalam sistem. Apabila usaha dilakukan pada sistem atau sistem
memperoleh kalor dari lingkungan, maka energi dalam pada sistem akan naik.
Sebaliknya energi dalam akan berkurang apabila sistem melakukan usaha pada
linngkungan atau sistem memberi kalor pada lingkungan. Dengan demikian,
perubahan energi dalam pada sistem yang tertutup merupakan selisih kalor yang
diterima dengan usaha yang dilakukan sistem.
∆U = Q – W atau
Q = ∆U + W
dengan
∆U : Perubahan energi dalam (J)
Q : Kalor yang
diterima/dilepas (J)
W : Usaha (J)
demensi / tanda :
d : + (bila energy system bertambah)
- (sebaliknya)
Q : + (bila dQ masuk kedalam system)
- (bila dQ keluar dari system)
w : + ( bila volume di kompresi )
- (sebaliknya)
Q : + (bila dQ masuk kedalam system)
- (bila dQ keluar dari system)
w : + ( bila volume di kompresi )
- (bila terjadi
ekspansi volume)
Hukum pertama termodinamika merupakan hukum kekekalan
energi. Menurut hukum pertama termodinamika, setelah mengalami proses
tertentu, sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2, maka energi-dalamnya
berubah dari U1 ke U2. Selama proses itu
berlangsung, sistem menerima kalor sebanyak Q dan melakukan usaha sebesar W,
sehingga didapat persamaan :
dQ = dU + dW
(persamaan 1)
Q = (U2 - U1) +
W
(persamaan 2)
Baik persamaan 1 ataupun persamaan 2 merupakan hukum
pertama termodinamika.
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi
kekal adanya, kalau diperhitungkan semua bentuk energi yang timbul. Tidak hanya
energi mekanik saja yang harus diperhitungkan, tapi juga energi-dalam dan
kalor.
Hukum ini menyatakan pula, bahwa usaha tak dapat
diperoleh dengan cuma-cuma. Kalau tidak diberi energi dari luar, sistem yang
melakukan usaha itu akan berkurang energi-dalamnya dan pada suatu saat akan
habis sehingga sistem akan berhenti.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume
dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah
panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan
berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan
energi.
Gambar
Sistem yang mengalami perubahan volume akan
melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami
perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan
menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam.
Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau
disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika
dituliskan sebagai
Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam.
Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan
(atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang
atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan
bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti mengalami perubahan energi
dalam ∆U.
B. Rumus – Rumus
1. Hukum
Termodinamika I
ΔU = Q − W
Keterangan :
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
Q = kalor (joule)
W = usaha (joule)
2. Proses-proses
Isobaris → tekanan tetap
Isotermis → suhu tetap → ΔU = 0
Isokhoris → volume tetap (atau isovolumis atau isometric) → W =
0
Adiabatis → tidak terjadi pertukaran kalor → Q = 0
Siklus → daur → ΔU = 0
3. Persamaan Keadaan Gas
Hukum Gay-Lussac
Tekanan tetap → V/T = Konstan → V1/T1 = V2/T2
Hukum Charles
Volume tetap → P/T = Konstan → P1/T1 = P2/T2
Hukum Boyle
Suhu tetap → PV = Konstan → P1V1 = P2V2
P, V, T Berubah (non adiabatis)
(P1V1) / (T1) = (P2V2) / (T2)
Adiabatis
P1V1 γ= P2V2γ
T1V1 γ − 1= T2V2γ − 1
γ = perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap dan volum
tetap → γ = Cp/Cv
Usaha
W = P(ΔV) → Isobaris
W = 0 → Isokhoris
W = nRT ln (V2 / V1) → Isotermis
W = − 3/2 nRΔT → Adiabatis ( gas monoatomik)
BAB III
Contoh perhitungan
Contoh 1
Hitung untuk
reaksi berikut ( T = 298 K )
C3H7OH(l) + 9/2 O2(g) CO2(g)
+ 4 H2O(l)
Jika gas
O2 dan CO2 pada reaksi di atas di anggap sebagai gas
ideal, maka pada suhu dan tekanan tetap dengan menggunakan persamaan gas ideal
akan di dapat :
Pada
reaksi di atas
Jadi :
kJ /mol
Contoh 2
Panas pembentukan molar standar uap air pada suhu 298 K adalah kJ/mol dan hidrogen klorida pada suhu yang sama adalah
-90 kJ/mol.
Hitung panas reaksi pada suhu 298 K :
4 HCL + O2 2 H2O + 2 Cl2
= [ 2 x (-240 kJ/mol)] - [4 x (-90 kJ/mol)]
Soal No. 4
Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi
isobaris hingga volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm,
tentukan usaha luar gas tersebut!
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
Pembahasan
Data :
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap
W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule
Soal No. 2
1,5 m3 gas helium yang bersuhu 27oC dipanaskan secara isobarik
sampai 87oC. Jika tekanan gas helium 2 x 105 N/m2 , gas helium melakukan usaha
luar sebesar….
A. 60 kJ
B. 120 kJ
C. 280 kJ
D. 480 kJ
E. 660 kJ
Pembahasan
Data :
V1 = 1,5 m3
T1 = 27oC = 300 K
T2 = 87oC = 360 K
P = 2 x 105 N/m2
W = PΔV
Mencari V2 :
V2/T2 = V1/T1
V2 = ( V1/T1 ) x T2 = ( 1,5/300 ) x 360 = 1,8 m3
W = PΔV = 2 x 105(1,8 − 1,5) = 0,6 x 105 = 60 x 103 = 60 Kj
Soal No. 5
2000/693 mol gas helium pada suhu tetap 27oC mengalami perubahan
volume dari 2,5 liter menjadi 5 liter. Jika R = 8,314 J/mol K dan ln 2 = 0,693
tentukan usaha yang dilakukan gas helium!
Pembahasan
n = 2000/693 mol
V2 = 5 L
V1 = 2,5 L
T = 27oC = 300 K
Usaha yang dilakukan gas :
W = nRT ln (V2 / V1)
W = (2000/693 mol) ( 8,314 J/mol K)(300 K) ln ( 5 L / 2,5 L )
W = (2000/693) (8,314) (300) (0,693) = 4988,4 joule
Soal No. 6
Mesin Carnot bekerja pada suhu tinggi 600 K, untuk menghasilkan
kerja mekanik. Jika mesin menyerap kalor 600 J dengan suhu rendah 400 K, maka
usaha yang dihasilkan adalah….
A. 120 J
B. 124 J
C. 135 J
D. 148 J
E. 200 J
Pembahasan
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
Hilangkan saja 100% untuk memudahkan perhitungan :
η = ( 1 − 400/600) = 1/3
η = ( W / Q1 )
1/3 = W/600
W = 200 J
BAB IV
KESIMPULAN
Termodinamika
adalah bidang ilmu yang meliputi hubungan antara panas dan energy lainnya.
Hukum
termodinamika di bagi tiga yaitu hokum termodinamika I , hukum termodinamika II
dan hukum termodinamika III.
Hukum termodinamika I menyatakan
bahwa “ untuk setiap proses, apabila kalor Q diberikan kepada system dan system
melakukan usaha W, maka akan terjadi perubahan energy dalam ∆U = Q – W “
Sifat-sifat Hukum Termodinamika I yaitu Isoterm,
Isotermal, Adiabatik, Isokhorik dan
Isobarik.
Klasifikasi siklus termodinamika dibagi 2 yaitu Siklus
Reversibel dan Siklus Irreversibel.
0 Response to "Pengertian Termodinamika dan Penerapannya"
Post a Comment