DasarTeori Resin Urea Formaldehid untuk Laporan praktikum Operasi Teknik Kimia I (OTK I)
DasarTeori Resin Urea Formaldehid untuk Laporan praktikum Operasi Teknik Kimia I (OTK I)
Konversi kimia
pada Resin umumnya merupakan reaksi polimerisasi, dimana molekul – molekul
sederhana bereaksi membentuk polimer. Reaksi utama pada pembentukan polimer
adalah reaksi kondensasi dan adisi. Reaksi kondensasi merupakan reaksi
terjadinya pelepasan molekul- molekul kecil, misalnya H2O dan metanol.
Sedangkan reaksi adisi adalah pembuatan ikatan rangkap pada reaktan tanpa
disertai pembentukan produk samping.
Resin adalah
sintesa senyawa organik dengan berat molekul yang besar yang dibuat melaui
reaksi kimia antar dua molekul yang sama atau berbeda dengan menggunakan
katalis pada kondisi tertentu. Resin dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.
Resin Alami
Merupakan
campuran dari asam karboksilat yang didapat secara alami di alam, misalnya :
damar, karet alam
b. Resin
Sintesis
Merupakan
senyawa polimer yang mempunyai berat molekul yang tinggi yang dihasilkan dari
reaksi dua senyawa atau lebih. Resin sintesis lebih banyak digunakan dari pada
resin alami, karena resin sintetik lebih murah harganya dan mudah untuk
dimurnikan. Resin sintetik lebih stabil dan seragam dibandingkan dengan resin
alami, karena dibuat dibawah kondisi pengontrolan sehingga kemungkinan untuk
terbentuknya impuritis itu sedikit.
Urea-formaldehid
resin adalah hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Resin jenis ini termasuk
dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa,
tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Polimer termoset dibuat dengan
menggabungkan komponen-komponen yang bersifat saling menguatkan sehingga
dihasilakn polimer dengan derajat cross link yang sangat tinggi.
Karena
sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea-formaldehid yang sangat luas sehingga
industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri yang
menggunakan industri formaldehid adalah addhesive untuk plywood, tekstil resin
finishing, laminating, coating, molding, casting, laquers, dan sebagainya.
Pembuatan
resin urea-formaldehid secara garis besar dibagi menjadi 3, Yang pertama adalah
reaksi metiolasi, yaitu penggabungan urea dan formaldehid membentuk
monomer-monomer yang berupa monometilol dan dimetil urea. Reaksi kedua adalah
penggabungan monomer yang terbentuk menjadi polimer yang lurus dan menghasilkan
uap air. Tahap ini disebut tahap kondensasi. Proses ketiga adalah proses
curing, dimana polimer membentuk jaringan tiga dimensi dengan bantuan pemanasan
dalam oven. Reaksi
urea-formaldehid pada pH antara 8 sampai 10 adalah reaksi metilolasi, yaitu
adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea, dan menghasilkan
metilol urea.Pada tahap metilolasi , urea dan formaldehid bereaksi menjadi
metilol dan dimetil urea
Bahan
baku yang digunakan dalam membuat resin urea-formaldehid adalah urea dan
formaldehid (formalin). Urea diproduksi secara besar-besaran melalui sintesis
amoniak dan karbondioksida. Kedua reaktan ini dicampurkan pada tekanan tinggi
menghasilkan ammonium karbamat. Amonium karbamat selanjutnya dipekatkan pada
evaporator vakum menghasilkan urea.
Formaldehid atau
metanal adalah anggota senyawa aldehida yang pertama. Pada kondisi ruangan,
formaldehi murni berada dalam fasa gas. Karena itu formaldehid disimpan dalam
bentuk larutan yang mengandung 37% hingga 50% berat HCHO. Formaldehid
diproduksi secara besar besaran melalui reaksi oksidasi gas alam (metana) atau
hidrokarbon alifatik ringan.
Reaksi urea dan
formaldehida pada pH di atas 7 adalah reaksi metiolasi, yaitu reaksi adisi
formaldehida pada gugus amino dan amido dari urea, menghasilkan metilol urea.
Turunan-turunan metilol merupakan monomer reaktan reaksi polimerisasi
kondensasi. Mula-mula polimer yang dihasilkan masih berupa polimer rantai lurus
dan larut dalam air. Semakin lanjut reaksi berlangsung, reaksi polimerisasi
membentuk polimer tiga dimensi dan kelarutannya dalam air semakin berkurang.
Pada proses curing, reaksi kondensasi tetap berlangsung terus dan polimer
membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks sehingga terbentuk
thermosetting resin.
Hasil dan laju
reaksi, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor : perbandingan jumlah mol
reaktan, katalis (pH sistem reaksi), temperatur, dan waktu reaksi. Kondisi
reaksi ini sangat menentukan jenis produk yang dihasilkan, sehingga pada
kondisi yang berbeda akan dihasilkan prouduk yang mempunyai sifat fisik, kimia
dan mekanik yang berbeda pula. Karena itu kondisi operasi ditentukan oleh
produk akhir yang dikehendaki.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi nya adalah :
a.
Perbandingan umpan
Umumnya
, Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada percobaan ini
adalah 1,25 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar yang
ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0 hal
tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental dan tidak
encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas, viskositas, kadar
resin dan formalin bebas.
Besarnya
perbandingan mol umpan formalin dengan urea sangat mempengaruhi pada produk
(polimer) yang dihasilkan, bila perbandingan umpan kurang dari 1,25 maka resin
yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang rendah dan menghasilkan polimer
yang kekerasan dan kepadatannya rendah ,sedangkan bila perbandingan umpan lebih
dari 2 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang tinggi dan
menghasilkan polimer yang kekerasan dan kepadatannya tinggi.
b.
Pengaruh pH
Kondisi
reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama proses
kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam suasana asam akan terbentuk senyawa
Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang
dihasilkan rendah . Senyawa
Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi
stabil terhadap panas. Dalam suasana basa kuat , formaldehid akan bereaksi
secara disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam
karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi alkohol.
c. Katalis
Menurut
JJ. Berjelius, katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat
reaksi tanpa ikut bereaksi. Sedangkan menurut W.Ostwald, katalis merupakan
senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa tergabung dalam produk.
Artinya katalis dapat mempercepat reaksi, ikut aktif dalam reaksi, tetapi tidak
ikut tergabung didalam produk.
Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan
menyerap panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar
tidak gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar
molekul – molekul yang di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi
cepat.
d. Temperatur
reaksi
Temperatur
reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea yang terjadi
akan kehilangan air dan formaldehid . Menurut Kadowaki dan Hasimoto temperatur
optimum reaksi adalah 85oC .
Sedangkan
titik lelehnya menurut De Chesne adalah 150 oC . Dan menurut Einhorn
adalah 126 oC . Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi , hal ini
dapat ditunjukkan dengan persamaan Arrhenius yaitu : K = A e-Ea/RT
e. Buffer
Buffer
(larutan penyangga) digunakan untuk menyangga kondisi operasi pada pH yang
diinginkan. Dalam hal ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10. Buffer yang
digunakan pada percobaan ini adalah Na2CO3.H2O
f. Kemurnian
zat umpan
Zat
umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor dikhawatirkan akan
mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi samping .
g. Laju
Reaksi
Laju
reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya pereaksi
atau terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
ialah konsentrasi, temperatur, katalis dan luas permukaan. Persamaan yang
menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang mempengaruhi laju
reaksi disebut hukum laju atau
persamaan laju reaksi.
Konsentrasi
merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi laju reaksi,dimana sebagai
contoh pada reaksi A + B C . Dimana pada waktu reaksi berlangsung, zat C
terbentuk dan semakin lama jumlahnya semakin banyak sebaliknya zat A dan zat B
berkurang, dan semakin lama semakin sedikit. Orde reaksi adalah
jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial.
0 Response to "DasarTeori Resin Urea Formaldehid untuk Laporan praktikum Operasi Teknik Kimia I (OTK I)"
Post a Comment