Instrumentasi Proses pada alat Ukur
KONSEP UMUM ALAT UKUR
Secara umum konsep alat ukur dapat
digambarkan dalam dua katagori pokok pertama operasi dan daya guna dilihat dari
unsur-unsur fungsional sistem alat ukur, dan kedua dilihat darai karakteristik
statis dan dinamisnya.
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Elemen-elemen fungsional suatu instrumen
Secara umum instrumen terdiri dari susunan
elemen-elemen fungsional yang mengandung semua fungsi dasar yang dianggap perlu
untuk menerangkan setiap instrumen, yaitu :
1. Elemen perasa utama (Primery Sensing Elemen) adalah elemen yang pertama
kali menerima energi dari medium yang diukur dan menghasilkan keluaran yang
sedikit banyaknya tergantung pada besaran yang diukur (“measurand”).
2. Elemen pengubah variabel (Variable Conversion Elemen) adalah elemen yang
mengubah sinyal keluaran dari elemen perasa utama yang berupa variabel fisik
seperti pergeseran atau tegangan listrik ke variabel lain yang lebih sesuai
namun tetap mengandung informasi sinyal aslinya.
3. Elemen manipulasi variabel (Variable Manipulation Element) adalah elemen yang memanipulasi variabel
yang dihasilkan oleh elemen pengubah variabel.Manipulasi disini diartikan
secara khusus sebagai suatu perubahannilai numerik yang mengikuti aturan
tertentu, tetapi sifat fisik dari variabelnya tidak berubah. Misalnya suatu penguat elektronik
yang menerima sinyal tegangan kecil sebagai masukan dan menghasilkan sinyal
keluaran yang tetap berupa tegangan tetapi beberapa kali lipat lebih besar dari
masukannya.
4. Elemen transmisi data (Data Transmission Element) adalah elemen yang mentransmisikan
data dari satu elemen ke elemen lainya bila elemen-elemen tersebut secara fisik
terpisah.
5. Elemen penyaji data (Data Presentation Element) adalah suatu elemen yang berfungsi
untuk menyajikan besaran yang diukur untuk tujuan pemonitoran, pengendalian,
atau analisis. Dengan demikian informasi tersebut harus disajikan dalam bentuk
yang dapat diterima oleh salah satu indra manusia.
Klasifikasi instrumen berdasarkan operasinya
Berdasarkan operasinya instrumen
dibedakan atas :
- Instrumen yang menggunakan prinsip metoda
nol
- Instrumen yang menggunakan prinsip metoda
defleksi
Pada instrumen jenis defleksi,
besaran yang diukur menghasilkan efek fisik yang memberi efek yang sama tapi
berlawanan pada beberapa bagian instrumen. Efek melawan ini berhubungan erat
dengan beberapa variabel (biasanya pergeseran mekanis atau defleksi) yang
secara langsung dapat ditangkap oleh indra manusia. Efek melawan bertambah
sampai keseimbangan tercapai, yang pada titik ini “defleksi” diukur dan nilai
besaran yang diukur diperoleh dari sini.
Gambar pengukur
tekanan
memperlihatkan contoh instrumen jenis defleksi, karena gaya tekanan dari fluida
menghasilkan gaya pegas melawan sebagai akibat ketidakseimbangan gaya pada
batang piston (disebut sambungan penjumlahan gaya), yang mengakibatkan defleksi
pegas. Pada saat pegas menyimpang, gayanya bertambah. Jadi keseimbangan akan
tercapai pada suatu defleksi jika tekanan berada pada rentangan desain
instrumen.
Gambar - Pengukur tekanan
Sebagai contoh untuk konsep di atas
ditinjau pengukur tekanan sederhana seperti pada gambar. Satu dai sekian
interpretasi yang benar adalah sebagai berikut: Elemen utama adalah piston,
yang juga sebagai elemen pengubah tekanan fluida (gaya persatuan luas) menjadi
gaya resultan pada permukaan piston. Gaya ditransmisikan oleh batang piston ke
pegas, yang mengbah gaya menjadi pergeseran yang sebanding. Pergesaran batang
piston ini diperbesar (manipulasi) oleh sambungan untuk memberi perpindahan
jarum yang lebih besar. Jarum dan sekala menunjukan tekanan, jadi berfungsi
menjadi penyajian data. Jika diinginkan penempatan pengukur yang berjauhan
dengan sumber tekanan, sebuah tabung kecil dapat dipakai sebagai elemen
transmisi data.
Termometer jenis tekanan pada gambar
cairan pada tabung bertindak sebagai elemen perasa utama dan pengubah variabel
karena perubahan temperatur mengakibatkan penambahan tekanan di dalam tabung
yang disebabkan oleh pemuaian termal fluida. Tekanan ini ditransmisikan melalui
pipa ke pengukur tekanan jenis Bourdon, yang mengubah tekanan menjadi
pergeseran. Pergeseran ini dimanifulasi oleh batang penyambung dan rda gigi
untuk memberi gerakan jarum yang lebih besar. Skala dan jarum bertindak sebagai
penyajian data.
Klasifikasi instrumen berdasarkan
operasinya
Jenis
instrumen lainnya ialah peralatan jenis nol yang berusaha mempertahankan
defleksi pada nol dengan membuat efek melawan yang sesuai terhadap efek besaran
yang diukur. Untuk maksud tersebut alat jenis ini memerlukan detektor
ketidak-seimbangan dan alat untuk keseimbangan. Karena defleksi dibuat nol
(idealnya) maka diperlukan pengetahuan penentuan nilai numerik yang tepat
tentang besarnya efek melawan. Salah satu contoh instrumen yang bekerja berdasarkan metode nol.
KARAKTERISTIK KERJA ALAT UKUR
Pasal-pasal
berikut akan membahas komponen-komponen fungsional suatu system pengukuran.
Masih tersisa pertanyaan penting yang belum dijawab seperti seberapa jauh
ketapatan suatu alat ukur dan system pengukuran mampu mengukur masukan yang
dikehendaki, dan bagaimana alat ukur tersebut menolak masukan palsu.
Karateristik daya guna alat ukur secara garis besar, yaitu karakteristik statis
dan dinamis. Secara umum karakteristik statis juga mempengaruhi kualitas
pengukuran di bawah kondisi dinamis. Dalam kenyatannya persamaan-persamaan
diferensial daya guna dinamis mengabaika pengaruh gesekan kering, bolak balik
(backlash), histerisis, sebaran statistik dan sebagainya, walaupun persamaan-persamaan
tersebut mempunyai pengaruh pada tingkah laku dinamis. Tentu saja
pendekatan ini merupakan perkiraan, namun sangat berguna.
KARAKETRISTIK STATIS
Dapat ditetapkan suatu criteria daya guna alat
ukur yang memberikan gambaran yang bermakna megenai kualitas pengukuran tanpa
memperhatikan gambaran dinamis yang melibatkan persamaan diferensial. Dengan
kata lain, karakteristik statis alat ukur adalah karateristik yag harus
diperhatikan apabila alat tersebut digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang
tidak berubah karena waktu atau hanya berubah secara lambat laun.
KALIBRASI
Kalibrasi mengacu kepada suatu keadaan dimana
semua masukan (yang dikehendaki, yang mengganggu, yang mengubah) kecuali satu
masukan dipertahankan pada nilai tetap,
Masukan yang dipelajari tersebut kemudian diubah-ubah sepanjang rentang nilai konstanta yang sama,
yang menyebabkan nilai keluaran berubah sepanjang rentang nilai konstanta
tertentu. Prosedur yang sama diulangi secara bervariasi sesuai dengan setiap
masukan yang teliti berdasarkan minat, sehingga mengembangkan satu kumpulan
hubungan masukan-keluaran statis. Jumlah data yang sedikit dapat dihitung
secara statistik untuk memeperoleh nilai spesifik dari suatu tes signifikansi.
Hubungan masukan-keluaran harus disajikan dengan grafik yang menyatakan keadaan
ketika hubungan tersebut dibuat. Curve fitting yang dibuat nampaknya memegang
peranan penting dalam menggambarkan hubungan masukan-keluaran alat ukur. Metode
kuadrat terkecil dari suatu curve fitting digunakan untuk tujuan ini dalam
penggunaaan yang luas.
Tidak mungkin melakukan kalibrasi suatu alat ukur
dengan ketepatan lebih besar dari standar kalibrasi pembanding. Suatu aturan
yang sering diikuti adalah suatu standar kalibrasi yang paling sedikit
mempunyai ketepatan 10 kali alat ukur yang dikalibrasi. Jadi adalah amat
penting bahwa orang yang melakukan kalibrasi alat ukur harus yakin bahwa
standar kalibrasi mempunyai ketepatan yang memadai sebagai pembanding.
Pada penggunaan yang berkesinambungan, mungkin
terjadi bahwa setelah beberapa waktu alat ukur mengalami kesalahan nilai nol.
Jadi bagi semua jenis alat ukur kalibrasi angka nol dan jangka waktunya perlu
dilakukan. Penting pula bagi pemakai untuk mengetahui bagaimana
kalibrasi dilakukan.
KETELITIAN
Ketelitian juga dikenal sebagai reproduksibiltas.
Ketelitian pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan- pembacaan itu
sendiri. Jika nilai yang sama dari peubah yang terukur, diukur beberapa kali
dan memberikan hasil yang kurang lebih sama, maka alat ukur tersebut dikatakan mempunyai
ketelitian atau reproduksibilitas tinggi, dan juga berarti alat ukur tidak
mempunyai penyimpangan. Penyimpangan nilai alat ukur yang telah dikalibrasi
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kontaminasi logam pada
termokopel. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur dalam suatu perioda waktu
dan nampaknya tidak diperhatikan. Penyimpangan ini hanya dapat diketahui
melalui pemeriksaan secara berkala kalibrasi alat ukur.
KETEPATAN
Ketapatan didefinisikan sebagai tingkat perbedaan
yang sekecil-kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai sebenarnya. Untuk
memperoleh ketapatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu dilakukan
secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui.
Meskipun
semua pemakai alat ukur bertujuan agar selalu memperoleh tingkat ketepatan
setinggi mungkin, namun kesalahan relatif tetap harus diingat. Ukuran relatif
suatu kesalahan biasanya dinyatakan dalam lingkup nilai ssungguhnya dari
kuantitas yang diukur, sebagai persentase. Sebagai contoh bila termokopel
digunakan untuk mengukur suhu api, misalnya pada 1000 oC dengan ketapatan ± 5 o C
Dalam
kasus alat ukur terdiri dari beberapa satuan (seperti orifice plate dan
manometer pada satu flow meter), tiap satuan memiliki batas kesalahannya
masing-masing. Katakanlah alat ukur terdiri dari tiga satuan, batas kesalannya
berturut-turut adalah ±a,±b,±c. Maka kemungkinan kesalahan maksimum adalah ± (a
+b+c). Tak mungkin semua satuan mempunyai kesalahan maksimum pada waktu yang
sama. Jadi ketepatannya sering dinyatakan dalam akar jumlah kuadrat kesalahan ±
(a2+b2+c2
Untuk
memberikan gambaran lengkap mengenai ketepatan suatu alat ukur, suatu grafik
harus digambarkan yang menunjukan nilai kesalahan di berbagai titik pada skala
dan dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Mula-mula alat ukur harus dikalibrasi
pada satu arah dan kemudian pada arah yang lain, atau arah sebaliknya. Dengan
cara ini diperoleh dua kurva yang menunjukkan nilai kesalahan dan histerisis
pada tiap pembacaan. Histerisis biasanya disebabkan oleh gesekan atau gerak
balik ( back klash) pada gerakan alat ukur atau karena perubahan pegas
pengendali. Kurva seperti itu dapat digunakan untuk mengoreksi pembacaan alat
ukur.
KEPEKAAN
Kepekaan
alat ukur secara umum mengacu kepada dua hal. Pada beberapa kasus kepekaan
menyatakan perubahan terkecil nilai peubah yang diukur di mana alat ukur
memberikan tanggapan sementara aliran pemikiran lain menganggap kepekaan
sebagai ukuran perubahan yang dihasilkan oleh alat ukur untuk suatu perbahan
peuabah yang dikukur.
Daerah
mati (dead zone) adalah rentang nilai terbesar dari peubah yang diukur di maa
alat ukur tidak memberikan tanggapan. Daerah mati biasanya terjadi krena
gesekan pada alat penunjuk dan alat pencatat paling sering terjadi pada alat
pencatat. Juga ditemukan jenis mekanisme tertentu yang hanya dapat menunjukkan
sedikit perubahan dan perubahan diskret dari nilai peubah yang diukur.
JANGKAUAN
(RANGEABILITY)
Jangkauan
(rangeabilitas) dari instrumen biasanya diartikan perbandingan pembacan meter
maksimum ke pembacan meter minimum, di mana kesalahan kurang dari harga yang
dinyatakan. Dalam hal pengukuran yang mempunyai jarum atau pena, ketidakmampuan
pemakai untuk menafsirkan perpindahan kecil dari jarum atau pena secara tepat,
membatasi jangkauan. Pengukur sempurna tidak lebih baik daripada apa yang dapat
dibacanya. Karena itu kesalahan pembacan harus ditambahkan ke faktor-faktor
lain yang membatasi ketelitian dalam pengkur sebenarnya, seperti misalnya
geseran, gerakan yang hilang dan sebagainya dalam menentukan ketelitian
pengukur. Dalam hal pengaruh kesalahan pada besaran total yang diukur sangat kecil, dapat diterima jangkauan
(rangeabilitas) yang lebih tinggi. Sebaliknya kalau instrumen digunakan untuk
kendali (kontrol), atau untuk pengukuran bahan dalam pabrik, ketelitian yang
tinggi seperti persentasi harga sebenarnya akan diperlukan yang sebagai
akibatnya membatasi jangkauan yang dapat diterima.
KESALAHAN
PENGUKURAN
Dalam
melakukan pengukuran fisik, tujuan utamanya adalah memperoleh suatu nilai yang
terdiri dari satuan yang diplih dan besarannya, yang akan menyatakan besar
kuantitas fisik yang diukur. Sebagai contoh dalam pengukuran tekanan, satuan
yang diplih adalah bar dan besranya adala 100 jadi 100 bar. Tingkat kegagalan
dalam mensfesikasi besaran ini secra pasti, dan ini berarti pula variasi
kuantitas nilai yang dinayatakan dari nilai sebenarnya, merupakan kesalahan
pengukuran.
Kesalahan
ini muncul dalam sistem pengukuran itu sendiri dan dari standar yang digunakan
untuk kalibrasi sistem tersebut. Sebagai tambahan untuk kesalahan yang
dihasilkan dari kalibrasi sistem pengukuran yang salah, ada sejumlah sumber
kesalahanyang perlu diperiksa. Sumber kesalahan ini meliputi (1) derau (noise),
waktu tanggap (respone time), (3) keterbatasan rancangan (design limitation),
(4) pertambahan atau kehilangan energi karena interaksi, (5) transmisi , (6)
keausan atau kerusakan sistem pengukuran, (7) pengaruh ruangan terhadap sistem,
(8) kesalahan penafsiran oleh pengamat.
Dalam
memperkirakan besar ketidak pastian atau kesalahan dalam menyatakan nilai
kuantitas sebagai hasil pegukuran, harus dibedakan antara dua golongan
kesalahan : sistematis dan acak. Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang
secara konsisten terulang apabila dilakukan pengulangan percobaan. Kesalahan
kalibrasi sistem pengukuran atau suatu perubahan dalam sistem yang menyebabkan
penunjuk menyimpang secara konsisten dari nilai kalibrasi merupakan kesalahan
jenis ini. Contohnya antara lain adalah perubahan kelenturan pegas atau
diafragma karena umur atau penurunan kekuatan magnit karena shock atau tua.
Kegagalan memperhitungkan pengguanaan energi dari sumber tingkat rendah untuk
mengoprasikan sistem pengukuran juga akan menghasilkan kesalahan sistematis.
Dalam
mencari kesalahan sistematis dan mengevaluasinya, secara umum cukup membantu
dengan membuat suatu perubahan tertentu dan diketahui terhdap
paarameter-parameter pengukuran yang masih berada di bawah kendali operator,
dan menggunakan alat ukur yang berbeda, atau jika mungkin menggunakan alat ukur
yang berbeda. Dengan cara ini, kesalahan yang merupakan fungsi dari salah satu
diantara parameter-parameter terkendali diubah besarnya; atau kesalahan yang
timbul dari kesalahan kalibrasi alat ukur atau kesalahan yang melekat pada
metode tertentu dapat diubah. Kesalahan acak adalah kesalahan yang terjadi
secara kebetulan, besarnya berfluktuasi tanpa bisa diduga dengan menggunakan
pengetahuan sistem pengukuran dan kondisi pengukuran.
Dalam
pengukuran kuantitas fisik, pengamatan dipengarhi oleh banyak faktor pendukung.
Faktor-faktor ini adalah parameter parameter pengukuran. Pada pengukuran yang
ideal semua parameter mempunyai nilai tertentu yang tetap, sehingga besaran
yang diukur ditetapkan secara sempurna dan dapat ditentukan secara pasti.
Tersedia prosedur statistik yang memungkinkan untuk
menyatakan nilai kuantitas yang paling mungkin dari sekumpulan data,
kemungkinan timbulnya ketidakpastian dari suatu pengamatan, dan batas
kemungkinan ketidakpastian dari nilai terbaik yang dapat diperoleh dari data.
Harus dicatat bahwa tujuan analisis adalah ketelitian (atau konsistensi) suatu
nilai bukan ketepatan atau pendekatan kepada kebenaran. Hukum-hukum peluang
hanya berlaku bagi kesalahan acak, bukan bagi kesalahan sistematis. Teknik
rata-rata atau perkiraan varian dapat digunakan untuk analisis ketidakpastian
yang sederhana. Cara ini hanya cocok bila data mengikuti hukum sebaran normal.
Untuk prosedur statistik dan teori kemungkinan selanjutnya, seperti yang
diterapkan untuk pengolahan data, pembaca dapat mempelajarinya lebih lanjut
dalam buku statistik dan probabilitas.
0 Response to "Instrumentasi Proses pada alat Ukur"
Post a Comment