Proses Pembuatan Detergen Bubuk di PT. KAO Indonesia
Proses Pembuatan Detergen Bubuk di
PT. KAO Indonesia
1.
Pengertian Detergen
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
2.
Sifat-Sifat
Deterjen:
1.
Dapat
melarutkan lemak
2.
Tak
dipengaruhi kesadahan air
3.
Detergen
adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat.
4.
Molekul
detergen harganya lebih murah dan sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai.
5.
Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion
Ca2+ dan ion Mg2+
6.
Deterjen
adalah campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang memiliki sifat yang
dapat menarik zat pengotor dari media.
7.
Deterjen
digunakan sebagai sabun cuci pakaian
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
3.
Kegunaan
detergen:
Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air
murni tidak dapat menghapus atau menghilangkan kotoran pakaian/barang yang
berminyak, atau terkena pengotor organik lainnya. Pada dasarnya, sabun dan
deterjen memungkinkan minyak dan air untuk bercampur sehingga kotoran berminyak
dapat dihilangkan selama pencucian.
4.
Proses Pembuatan Detergen Bubuk
Spray-drying merupakan proses modern
dalam pembuatan deterjen bubuk
sintetik dimana dalam spray-drying
terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan
proses pengeringan.
Tahap-tahap dalam proses
spray-dryingdapat diperlihatkan pada gambar berikut:
Gambaran
proses pembuatan slurry adalah sebagai berikut :
a. Alat pengangkut ( conveyor )
mengumpulkan terus – menerus padatan yang telah ditimbang sebelum membawa
padatan tersebut ke crutcher slurry.
b.
Crutcher slurry juga menerima
komponen– komponen liquid yang mengalir secara tetap dari damper yang
mengumpulkan berbagai umpan.
c.
Ketika formula padat, meliputi
senyawa sulfon anionic dan sabun, asam lemak dan asam sulphonic
dinetralisasikan dengan alkali dalam mixer sebelum umpan dikirim/dimasukkan ke
dalam crutcher slurry. Dalam beberapa kasus, ketika tidak ada reaksi yang
diharapkan dari komponen lain, asam menjadi umpan dan dinetralisaikan secara
langsung didalam crutcher slurry yang dalam kasus ini bagian dalam dari
crutcher slurry harus terbuat dari bahan – bahan stainless steel agar bagian
dalamnya tidak rusak akibat asam.
d.
Crutcher slurry merupakan mixer
dengan kecepatan putaran yang tinggi yang didesain untuk penguraian fine dan
membuat campuran menjadi homogen. Pengoperasian crutcher juga mencegah
penumpukkan dan pembentukan gumpalan– gumpalan padat yang dapat menyumbat pipa
aliran umpan.
e.
Dari crutcher, slurry kemudian di
transfer menuju vessel aging, dimana campuran tersebut dihomogenasasi lebih
lanjut dan diatur berdasarkan derajat hidrosin yang dari garam anorgonik yang
diperlukan seperti soda ash, natrium sulfat, dan sodium tripolyphosphate yang
ada dalam formula.
f.
Selanjutnya setelah slurry
terbentuk barulah masuk ke spray drying tower. Produk yang dikeringkan dalam
bentuk hollow bead dikumpulkan pada bagian atas menara Sprayd rying dan
didinginkan serta dikristalisasikan melalui sistim pembawa airlift dengan
aliran udara dingin.
g.
Setelah pengankutan udara bubuk
dasar disaring dan diberikan pengharum dan akhirnya dicampur dengan
komponen-komponen yang sensitive terhadap suhu atau zat adiktif yang kemudian
di simpan dalam silos dan akhirnya dibawa ke mesin pengepak poduk.
5.
Mekanisme
kerja spray drying
Prinsip dasar Spray drying adalah
memperluas permukaan cairan yang akan dikeringkan dengan cara pembentukan
droplet yang selanjutnya dikontakkan dengan udara pengering yang panas. Udara
panas akan memberikan energi untuk proses penguapan dan menyerap uap air yang
keluar dari bahan.
Bahan (cairan) yang akan dikeringkan
dilewatkan pada suatu nozzle (saringan bertekanan) sehingga keluar dalam
bentuk butiran (droplet) yang sangat halus. Butiran iniselanjutnya masuk kedalam ruang pengering yang
dilewati oleh aliran udara
panas. Hasil pengeringan berupa bubuk akan berkumpul dibagian bawah ruang
pengering yang selanjutnya dialirkan ke bak penampung.
Secara umum proses pengeringan
dengan metode spray drying melalui 5 tahap :
a.
Penentuan
konsentrasi : konsentrasi bahan yang akan dikeringkan harus tepat, kandungan
bahan terlarut 30% hingga 50%. Jika bahan yang digunakan sangat encer
dengan total padatan terlarut yang sangat rendah maka harus dilakukan pemekatan
terlebih dahulu melalui proses evaporasi. Jika kadar air bahan yang akan
dikeringkan terlalu tinggi maka proses spray drying kurang maksimal dimana
bubuk yang dihasilkan masih mengandung kadar air yang tinggi. Selin itu juga
menyebabkan kebutuhn energi yang tinggi dalam proses pengeringan.
Perbandingan
konsumsi energy yang akan dibutuhkan sesuai dengan Total Solid (konsentrasi)
feed (bahan) yang masuk ke dalam spray drying:
- 10
% = 23.650 kJ/kg powder
- 40% = 3.970 kJ/kg Powder
- 20%
= 10.460 kJ/kg
powder
- 50% = 2.680 kJ/kg powder
- 30%
= 6.170 kJ/kg powder
b.
Atomization : Bahan
yang akan dimasukkan dalam alat spray drier harus dihomogenisasikan terlebih
dahulu agar ukuran droplet yang dihasilkan seragam dan tidak terjadi
penyumbatan atomizer. Homogenisasi dilakukan dengan cara pengadukan.
selanjutnya bahan dialirkan kedalam atomizer berupa ring/wheel
dengan lubang-lubang kecil yang berputar. Atomization merupakan
proses pembentukan droplet, dimana bahan cair yang akan dikeringkan dirubah
ukurannya menjadi partikel (droplet) yang lebih halus. Tujuan dari atomizer ini
adalah untuk memperluas permukaan sehingga pengeringan dapat terjadi lebih
cepat. Pada Industri makanan, luas permukaan droplet setelah melalui atomizer
adalah mencapai 1-400 mikrometer.
c.
Kontak droplet dengan udara pengering :
Pada sebagian besar spray dryer, nozzle(atomizer) tersusun
melingkar seperti pada gambar 2. Dan pada tengahnya disemprotkan udara panas bertekanan
tinggi dengan suhu mencapai 300 0C. Udara panas dan droplet
hasil atomisasi disemprotkan ke bawah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
kontak antara droplet dengan udara panas sehingga terjadi pengeringan secara
simultan.
d.
Pengeringan
droplet : adanya kontak broplet dengan udara panas menyebabkan evaporasi
kadungan air pada droplet hingga 95% sehingga dihasilkan bubuk. Bubuk yang
telah kering jatuh ke bawah drying chamber (ruang pengering) yang berukuran
tinggi sekitar 25 m dan diameter 5 m. dari atas chamber hingga mencapai dasar
hanya memerlukan waktu selama beberapa detik.
e.
Separasi
: udara hasil pengeringan dipisahkan dengan pengambilan udara yang
mengandung serpihan serbuk dalam chamber, selanjutnya udara akan memasuki
separator. Udara hasil pengeringan dan serpihan serbuk dipisahkan dengan
menggunakan gaya sentrifulgal. Selanjutnya udara dibuang, dan
serpihan bahan dikembalikan dengan cara di blow sehingga bergabung lagi
dengan produk dalam line proses.
6.
Desain
Spray Dryer
a.
Atomizer merupakan bagian terpenting pada
spray drier dimana memiliki fungsi untuk menghasilkan droplet dari cairan yang
akan dikeringkan. Droplet yang terbentuk akan didistribusikan (disemprotkan)
secara merata pada alat pengering agar terjadi kontak dengan udara panas.
Ukuran droplet yang dihasilkan tidak boleh terlalu besar karena proses
pengeringan tidak akan berjalan dengan baik. Disamping itu ukuran droplet juga tidak
boleh terlalu kecil karena menyebabkan terjadinyaover heating.
b.
Chamber merupakan ruang dimana terjadi
kontak antara droplet cairan yang dihasilkan oleh atomizer dengan
udara panas untuk pengeringan. Kontak udara panas dengan droplet akan
menghasilkan bahan kering dalam bentuk bubuk. Bubuk yang terbentuk akan turun
ke bagian bawah chamber dan akan dialirkan dalam bak
penampung.
c.
Heater
: Heater berfungsi
sebagai pemanas udara yang akan digunakan sebagai pengering. Panas yang
diberikan harus diatur sesuai dengan karakteristik bahan, ukuran droplet yang
dihasilkan dan jumlah droplet. Suhu udara pengering yang digunakan diatur agar
tidak terjadi over heating.
d.
Cyclone
: Cyclone berfungsi
sebagai bak penampung hasil proses pengeringan. Bubuk yang dihasilkan akan
dipompa menuju Cyclone.
e.
Bag
Filter ; Bag Filter berfungsi
untuk menyaring atau memisahkan udara setelah digunakan pengeringan dengan
bubuk yang terbawa setelah proses.
7.
Parameter
Kritis Spray Drying
a.
Suhu
pengering yang masuk : Semakin tinggi suhu udara yang digunakan untuk
pengeringan maka proses penguapan air pada bahan akan semakin cepat, namun suhu
yang tinggi memungkinkan terjadinya kerusakan secara fisik maupun kimia pada
bahan yang tidak tahan panas.
b.
Suhu
pengering yang keluar : Suhu pengering yang keluar mengontrol kadar air bahan
hasil pengeringan (bubuk) yang terbentuk.
c.
Viskositas
bahan (larutan) yang masuk : Viskositas bahan yang akan dikeringkan
mempengaruhi partikel yang keluar melalui nozel. Viskositas yang rendah
menyebabkan kurangnya energi dan tekanan dalam menghasilkan partikel pada atomization.
d.
Jumlah
padatan terlarut : Jumlah padatan terlarut pada bahan yang masuk diatas 30%
agar ukuran partikel yang terbentuk tepat.
e.
Tegangan
permukaan : Tegangan permukaan yang tinggi dapat menghambat proses pengeringan,
umumnya untuk menurunkan tegangan permukaan dilakukan penambahan emulsifier.
Emulsifier juga dapat menyebabkan ukuran partikel yang keluar dari nozzle lebih
kecil sehingga mempercepat proses pengeringan.
f.
Suhu
bahan yang masuk : Peningkatan suhu bahan yang akan dikeringkan sebelum
memasuki alat akan membawa energi sehingga proses pengeringan akan lebih cepat.
g.
Tingkat
volatilitas bahan pelarut : bahan pelarut dengan tingkat volatilitas yang
tinggi dapat mempercepat proses pengeringan. Namun dalam prakteknya air menjadi
pelarrut utama dalam bahan pangan yang dikeringkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://wsetryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html
(Diakses pada tanggal 01 Oktober 2016).
Anonim.2009. Resep Dan Cara Membuat Detergen Bubuk (online).
http://yukkitalaundry.blogspot.com/2009/11/Resep-dan-cara-membuat-deterjen-bubuk.html
(Diakses pada tanggal 01 Oktober 2016)
http://hmitpub.blogspot.co.id/2012/01/metode-pengeringan-spray-drying.html
(Diakses pada tanggal 01 Oktober 2016).
0 Response to "Proses Pembuatan Detergen Bubuk di PT. KAO Indonesia"
Post a Comment