Makalah Industri PT. Pupuk Iskandar Muda (Persero)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Pupuk
Iskandar Muda (Persero) merupakan sebuah perusahaan industri yang menghasilkan
pupuk buatan PT. Pupuk Iskandar Muda (Persero) secara resmi didirikan pada
tanggal 24 Februari 1982 yang di rintis oleh PT. PUSRI Palembang. PT. Pupuk Iskandar
Muda (Persero) adalah sebuah pabrik yang menghasilkan butiran pupuk urea
sebagai produk utama di samping produk samping lainnya berupa ammonia cair, gas
O2, CO2 cair, CO2 padat. Untuk memenuhi permintaan pasar, baik di luar negeri
dan sebagian besar dipasarkan di dalam negeri yang pemasarannya di bantu oleh
PT. PUSRI. Pada proses pembuatan pabrik ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
1. Proses
Pengolahan Utilitas
2. Proses
Pengolahan Ammonia
3. Proses
Pembuatan Urea
Dengan adanya
kandungan gas alam yang melimpah di Kabupaten Aceh Utara dan tersedianya lokasi
yang baik di daerah pantai serta adanya jalan raya yang melintas daerah ini,
maka daerah ini sangat menunjang bagi pertumbuhan industri besar dan kecil
terutama yang menggunakan sumber daya alam yang berupa gas alam dan hasil hutan
sebagai bahan baku industri kecil, maupun industri – industri yang berkaitan
serta industri hilir. Pupuk urea merupakan salah satu produk strategis yang
sangat penting peranannya dalam menunjang produksi pertaniaan. Pupuk urea yang
baik adalahjika komposisi kimia yang terkandung di dalamnya telah di tentukan
menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) dan Internasional Standart
Organization (ISO). Berdasarkan analisa yang dilakukan untuk mengetahui mutu
dari pupuk urea yang diproduksi oleh PT. PIM berupa Total Nitrogen, kadar
biuret, moisture dan ukuran butiran, terbukti bahwa pupuk urea prill yang
diproduksi oleh PT. Pupuk Iskandar Muda sesuai dengan syarat mutu pupuk urea
(SNI-2801-1992) sehingga pupuk urea tersebut sangat baik dan aman untuk
digunakan sebagai pupuk penyubur tanaman.
1.2 Manfaat
Nitrogen dalam
bentuk nitrat sangat cepat diserap tanaman, Keuntungan menggunakan pupuk urea
yang mengandung nitrogen adalah mudah diserap tanaman. Selain itu, kandungan N
yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Nitrogen
(N), yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan daun dan batang),
meningkatkan kadar protein tanaman, juga untuk berkembangnya mikroorganisme
dalam tanah. Nitrogen diserap akar tanaman dalam bentuk nitrat atau amonium,
yang berpengaruh mempercepat sintesis karbohidrat diubah menjadi protein. Di
samping itu dalam pembuatan pupuk urea banyak hal – hal yang perlu di
perhatikan untuk meningkatkan mutu \ pupuk urea tersebut, salah satu hal yang
harus diperhatikan adalah kadar nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea.
Kadar nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea adalah 45 – 46% ini merupakan
standar nasional Indonesia yang di produksi di PT. Pupuk Iskandar Muda.
BAB
II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Sejarah Pupuk Urea
Hillaire Rouelle,
itulah nama orang yang pertama kali menemukan Pupuk urea. Ahli kimia asal
perancis ini menemukannya pada tahun 1773. Senyawa ini merupakan senyawa
organik pertama yang berhasil disintesis dari senyawa anorganik. Pembuatan urea
dari amonia dan asam sianida untuk pertama kalinya ditemukan oleh F.Wohler pada
tahun 1828. Namun pada saat ini pembuatan urea pada umumnya menggunakan proses
dehidrasi yang ditemukan oleh Bassarow pada tahun 1870. Proses ini
mensintesis urea dari pemanasan amonium karbamat. Prinsip pembuatan urea pada
umumnya yaitu dengan mereaksikan antara amonia dan karbondioksida pada tekanan
dan temperatur tinggi didalam reaktor kontinu untuk membentuk amonium karbamat
(reaksi1) selanjutnya amonium karbamat yang terbentuk didehidrasi menjadi urea
(reaksi 2). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Reaksi
1 : 2 NH3(g) + CO2(g) NH4COONH2(g)
Reaksi
2 : NH4COONH2(g) CO(NH2)2(g) + H2O(l)
Akan tetapi sintesis urea secara masal baru
dilakukan 55 tahun setelahnya. saat ini pupuk urea banyak diproduksi industri
dengan dehidrasi amonium karbamat pada tekanan tinggi. Urea merupakan pupuk
yang mengandung nitrogen paling tinggi (46%) diantara semua pupuk padat. Urea
mudah dibuat menjadi prill atau granul (butiran) dan mudah diangkut dalam
bentuk curah maupun dalam kantong dan tidak mengandung bahaya ledakan. Zat ini
mudah larut didalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk
tanaman. Kadang-kadang zat ini juga digunakan untuk pemberian makanan daun.
Disamping penggunaannya sebagai pupuk, urea juga digunakan sebagai tambahan
makanan protein untuk hewan pemamah biak dalam produksi melamin, sebagai
perawis dalam pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan pelapis, bahan anti ciut
untuk tekstil, dan resin perpindahan ion. Bahan ini merupakan bahan antara
dalam amonium sulfamat, asam sulfanat dan ftalosianina.
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pembuatan
urea yaitu:
a. Temperatur
Reaksi sintesis urea berjalan pada temperatur
optimal adalah 190°C dengan waktu tinggal sekitar 60 menit. Jika temperatur
turun akan menyebabkan konversi amonium karbamat menjadi urea akan turun
b. Tekanan
Untuk menghasilkan urea yang optimal, maka diperlukan
tekanan tinggi yaitu 173 atm karena konversi amonium karbamat menjadi urea
hanya berlangsung pada fasa cair sehingga tekanan harus dipertahankan pada
keadaan tinggi.
c. Perbandingan NH3 dan CO2
Industri urea di Indonesia pada umumnya
mensintesis urea dengan perbandingan NH3 dan CO2 adalah
3,5-4 mol. Hal ini dikarenakan perbandingan mol dapat mempengaruhi suhu,
tekanan operasi dan jumlah amonia yang terbentuk.
d. Jumlah air
Jumlah
air dalam reaktor dapat berpengaruh terhadap reaksi yang kedua yaitu penguraian
amonium karbamat menjadi urea dan air. Jika terdapat air dalam jumlah yang
cukup banyak, maka akan memperkecil konversi terbentuknya urea dari larutan
karbama
2.2
Tahapan atau Proses Pembuatan
Pupuk
urea dapat dibuat dengan reakasi antara karbon dioksida (CO2) dengan ammonia
(NH3) . Semua bahan tersebut bersumber dari bahan gas bumi, udara,
dan air.
Pada pembuatan pupuk urea ada
beberapa tahapan proses yaitu dimulai dari pembentukan amonia dari gas alam
sehingga membentuk urea. Dan tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut.
2.2.1
Proses
Pembutan Amonia
Proses sintesis amoniak pada Amoniak-2 menggunakan lisensi proses
Kellog Brown & Root dengan kapasitas terpasang 1000 metrik ton/hari (MTPD)
dan kebutuhan gas alam sebesar 50 MMBTU. Sintesis amoniak dilakukan dengan
bahan baku utama gas alam, udara, dan air.
·
Tahap Penyiapan Gas Umpan
Gas alam yang digunakan oleh PT PIM merupakan treated gas yang telah
diolah di PT Arun NGL. Sehingga gas ini sudah bersih dari pengotor sulfur,
merkuri, fraksi berat hidrokarbon serta air dan pengotor lain yang dapat
mengganggu kinerja proses. Pada kondisi desain di Ammonia-2, gas alam yang
memasuki pretreatment akan terlebih dahulu dimurnikan dari kandungan
hidrokarbon fraksi berat melalui Natural Gas Knock Out Drum (61-200-F).
Pengoperasian unit Natural Gas KOD pada tekanan 33 kg/cm2 memungkinkan terjadinya
pengembunan dari hidrokarbon fraksi berat sedangkan fraksi ringan masih
berwujud gas sehingga dapat terpisah dengan sendirinya.
·
Tahap Pembuatan Gas Sintesis
Gas sintesis yang merupakan campuran dari H2, CO, dan CO2 dibuat dengan
mereaksikan gas alam yang telah bersih dari pengotor pada tahap pretreatment.
Gas sintesis dibuat melalui dua tahapan, yaitu reforming dan shift conversion.
Reforming dilakukan pada unit Primary dan Secondary Reformer, sedangkan shift
conversion terjadi pada unit HTSC dan LTSC. Berikut diuraikan proses yang
terjadi di dalam unit tersebut.
·
Primary Reformer
Gas alam bebas pengotor masuk ke dalam Primary Reformer (61-101-B).
Pada primary reformer terjadi reaksi reformasi kukus-gas alam membentuk gas
sintesis, yaitu CO, CO2, dan H2 dengan katalis berbasis nikel (nikel oksida).
Selain itu dilakukan pula konversi hidrokarbon fraksi berat yang masih tersisa
menjadi metana. Reaksi keseluruhan dari reformasi gas sintesis bersifat
endotermis dan berlangsung pada rentang temperatur 780-820oC dan tekanan 37,19
kg/cm2G. Perbandingan steam to carbon ratio dipilih berkisar pada 3,2 mol/mol.
·
Secondary Reformer
Reaksi yang dilangsungkan pada Secondary Reformer (61-103-D) bertujuan
untuk menyempurnakan reaksi yang sudah dilangsungkan pada Primary Reformer. Hal
ini dilangsungkan karena keterbatasan konversi yang bisa dilakukan di primary
reformer yang masih menyisakan kandungan metana sebesar 12,5%. Seperti yang
terdapat dalam primary reformer, reaksi di unit ini dibantu dengan menggunakan
katalis berbasis nikel (nikel oksida) serta dibantu oleh pembakaran udara yang
dipanaskan terlebih dahulu hingga 670̊C.
·
High Temperature Shift Converter
(61-104-D1)
Proses yang berlangsung pada unit ini adalah reaksi pergeseran CO
menjadi CO2 dan H2 dengan katalis berbasis besi. Melalui
proses ini, kandungan CO pada HTSC diturunkan menjadi 3,53%. Reaksi yang
terjadi di dalam unit HTSC adalah sebagai berikut. Reaksi WGS adalah reaksi
kesetimbangan yang bersifat eksotermik, sehingga kenaikan temperatur akan menyebabkan
pergeseran kesetimbangan dan penurunan konversi.
·
Low Temperature Shift Converter
(61-104-D2)
Perbedaan unit LTSC dan HTSC adalah temperatur operasi yang digunakan.
Proses yang terjadi dalam unit LTSC sama dengan proses yang terjadi pada HTSC,
yang berbeda pada LTSC reaksi dilangsungkan pada temperatur reaksi yang lebih
rendah agar konversi kesetimbangan yang dicapai lebih tinggi. Reaksi
berlangsung pada tekanan 30 kg/cm2G dan temperatur 246̊C dengan
bantuan katalis Cu/Zn. Kandungan CO keluaran Low Temperature Shift Converter
dikontrol agar memiliki nilai maksimal 0,5%.
·
Tahap Pemurnian Gas Sintesis
Gas sintesis yang telah terbentuk di tahap sebelumnya dimurnikan dari
sisa reaktan melalui rangkaian unit operasi. Tahap ini terdiri dari Main CO2
Removal untuk menghilangkan sisa CO2 dan Methanation untuk
menghilangkan sisa CO dan CO2 yang masih tersisa dengan
mengkonversikannya menjadi CH4.
·
Tahap Pembuatan Amoniak
Unit Amoniak-2 PT PIM menggunakan jalur sintesis amoniak menggunakan
reaksi dari H2 dan N2. Sehingga sintesis amoniak
dilakukan dengan mengkompresikan gas keluaran Methanator dan mengumpankannya ke
dalam Ammonia Converter (61-105-D) dengan rasio H2/N2 :
3/1. Reaksi yang terjadi pada reaktor sintesis amoniak adalah sebagai berikut.
Reaksi sintesis amoniak merupakan reaksi eksotermis, sehingga panas yang dihasilkan oleh reaksi dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan steam pada unit 123-C1/C2.
Reaksi sintesis amoniak merupakan reaksi eksotermis, sehingga panas yang dihasilkan oleh reaksi dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan steam pada unit 123-C1/C2.
·
Tahap Pemurnian Amoniak
Pemurnian amoniak dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi amoniak yang
berada di dalam aliran keluaran Ammonia Synthesis Loop dengan cara
menghilangkan kandungan gas lain. Pemisahan tersebut dilakukan melalui
pendinginan dan ekspansi aliran keluaran dari Ammonia Converter.
Pendinginan amoniak keluaran dari synthesis loop dilakukan secara bertahap dengan menggunakan tiga jenis media pendingin sebelum memasuki Unitized Chiller yaitu BFW, umpan Ammonia Converter, dan cooling water. Setelah melalui pendinginan tiga tahap ini, temperatur aliran turun dan berada pada rentang 52-65̊C. Amonia cair keluaran Unitized Chiller disebut sebagai cold product dan dialirkan ke dalam tangki penyimpan amonia. Uap amonia yang terbentuk dari ekspansi bertahap dikompresi ulang dan dialirkan menuju refrigerant receiver dan didinginkan kembali di dalam proses. Skema Ammonia Refrigerant System dalam tampilan DCS diberikan pada gambar berikut.
Pendinginan amoniak keluaran dari synthesis loop dilakukan secara bertahap dengan menggunakan tiga jenis media pendingin sebelum memasuki Unitized Chiller yaitu BFW, umpan Ammonia Converter, dan cooling water. Setelah melalui pendinginan tiga tahap ini, temperatur aliran turun dan berada pada rentang 52-65̊C. Amonia cair keluaran Unitized Chiller disebut sebagai cold product dan dialirkan ke dalam tangki penyimpan amonia. Uap amonia yang terbentuk dari ekspansi bertahap dikompresi ulang dan dialirkan menuju refrigerant receiver dan didinginkan kembali di dalam proses. Skema Ammonia Refrigerant System dalam tampilan DCS diberikan pada gambar berikut.
·
Tahap Recovery
Pada pabrik Amoniak-2, terdapat dua buah unit recovery, yaitu Ammonia
Recovery Unit (ARU) dan Hydrogen Recovery Unit (HRU). ARU berfungsi untuk
mengambil NH3 yang berada dalam purge gas, sedangkan HRU berfungsi
untuk melakukan recovery H2 yang berada dalam purge gas dan untuk
mengambil tail gas yang mengandung CH4 dan H2. Proses
recovery yang dilakukan dalam ARU dimulaidengan penyerapan NH3 dengan
air pada Scrubber.
2.2.2
Proses pembuatan Urea
Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan
liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amoniak. Proses pembuatan Urea
tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :
(1)
Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa
Urea dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor
dan ke dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal
dari bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2
G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan ammonium
karbamat dan kelebihan ammonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.
(2) Purifikasi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit
Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua
step penurunan tekanan, yaitu pada 17kg/cm2 G dan 22,2 kg/cm2
G. Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke
bagian Recovery, sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian kristaliser.
(3) Kristaliser Unit
Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vacuum.
Kemudian kristal ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk
menguapkan air diambil dari panas Sensibel larutan urea, maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP
Absorber dari Recovery.
(4) Prilling Unit
Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prillign Tower untuk
dilelehkan dan didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari
distributor dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan
menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage
dengan belt conveyor.
(5) Recovery Unit
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi
diambil kembali dengan 2 step absorbsi dengan menggunakan mother liquor
sebagian absorbent kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.
(6) Proses Kondensat Treatment Unit
Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut
kondensat kemudian diolah dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2
dan gas NH3nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover.
Sedang air kondensatnya dikirim ke
utilitas.
0 Response to "Makalah Industri PT. Pupuk Iskandar Muda (Persero)"
Post a Comment