ALAT PENGUAP PADA PROSES PEMBUATAN SUSU BUBUK PT. SARI HUSADA
ALAT PENGUAP PADA PROSES PEMBUATAN SUSU BUBUK PT.
SARI HUSADA
1.1 Pengertian Evaporasi
Evaporasi atau Penguapan adalah proses
perubahan molekul dalam kondisi cair (seperti air) dengan spontan menjadi gas
(uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi, sedangkan sebuah alat
yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah
larutan dari bentuk cair menjadi uap disebut Evaporator. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk
mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa
menyebabkan kehilangan zat-zat yang mengandung gizi. Pengurangan volume produk,
akan mengakibtakan turunnya biaya pengangkutan. Disamping itu, juga akan
meningkatkan efisiensi penyimpanan dan dapat membantu pengawetan, atas dasar
berkurangnya jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
kehidupannya. Salah satu contoh untuk pengawetan adalah susu kental manis.
Operasi penguapan yang mungkin
digunakan untuk suatu produk sangat bervariasi, hal ini tergantung pada
karakteristik bahan produk. Dalam banyak kasus, karakteristik bahan ini
berpengaruh pada desain evaporator. Adapun contoh dari karakteristik bahan
adalah kekentalan bahan dan kepekatan bahan terhadap suhu serta kemampuan bahan
untuk membuat alat mengalami korosi.
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Menaikkan konsentrasi dari fraksi
padatan didalam produk bahan makanan cair adalah dengan menguapkan air bebas
yang ada di dalam produk. Proses penguapan ini dilakukan dengan menaikkan
temperature produk sampai titik didih dan menjaganya untuk beberapa waktu
sampai konsentrasi yang diinginkan. Ada empat komponen dasar yang dibutuhkan
untuk melakukan penguapan. Keempat komponen tersebut terdiri dari :
1. Sebuah tabung penguapan.
2. Suatu alat pindah panas.
3. Sebuah kondensor.
4. Sebuah metode untuk menjaga takanan
vakum.
Keempat komponen ini harus
diperhatikan dalam merencanakan suatu evaporator. Sistem tekanan vakumnya harus
dapat mengalirkan gas yang tidak terkondensasi agar bisa menjaga tekanan vakum
yang diinginkan didalam tabung penguapan. Panas yang cukup harus
dialirkan/diberikan ke produk untuk penguapan sejumlah air yang diinginkan,
serta sebuah kondensor yang berguna untuk mengembangkan dan memindahkan uap air
yang diproduksi melalui penguapan.
Keseimbangan massa dapat digunakan
untuk menentukan laju penguapan untuk mendapatkan derajat konsentrasi yang
diinginkan. Hubungan ini akan membawa kita untuk dapat menentukan jumlah medium
pemanas yang dibutuhkan untuk mencapai penguapan yang diinginkan. Kunci penting
lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan adalah pindah panas
yang terjadi dari medium pemanas ke produk, dengan memperhatikan bahwa
kebutuhan luas permukaan pindah panas tidak akan dapat dihitung tanpa terlebih
dahulu menduga koefisien pindah panas keseluruhan bagi permukaan pemanas.
Perbedaan titik didih ini menjadi
lebih besar dengan bertambah tingginya konsentrasi bahan makanan cair.
Kerumitan ditambah lagi dengan tidak konstan nya koefisien pindah panas
konveksi, karna koefisien pindah panas ini merupakan fungsi dari kekentalan.
Padahal, telah diketahui bahwa selama proses penguapan, kekentalan produk selalu
berubah karena terjadinya penguapan. Keadaan ini mengakibatkan koefisien pindah
panas konveksi juga selalu berubah sesuai dengan kekentalan. Akhirnya,
persoalan menjadi lebih kompleks dengan
adanya sifat panas produk yang berubah menurut temperatur dan kadar air produk.
Tentunya hal ini semua akan memberikan pengaruh tersendiri terhadap desain
operator.
Pendinginan melalui evaporasi dapat
dijelaskan dengan mudah melalui kinetik molekul sebuah zat. Pada sembarang
suhu, molekul dari zat cair dalam keadaan bebas dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Kalor disekeliling diserap oleh zat cair dan biasanya prosesnya
dipercepat dengan tiupan angin. Oleh karena itu, molekul zat cair memiliki
energi untuk bergerak lebih cepat. Pada permukaan zat cair, molekul yang
energinya berlebih mampu untuk mengatasi gaya tarik dari molekul lain dan lepas
menuju atmosfer. Proses pelepasan molekul tersebut lambat dan mungkin molekul
tersebut tertarik kembali oleh molekul lain. Efek keseluruhan adalah terjadinya
pelepasan molekul dari molekul lainnya.
1.2 Prinsip
Kerja Evaporator
Prinsip kerja peralatan evaporator
vakum ini berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan
turunnya titik didih cairan. Pada Anhydro
Laboratory Vacum Evaporator, keadaan vakum tersebut terutama dihasilkan
dari pompa air yang memindahkan uap terkondensasi dan mendinginkan air dari
kondensor.
Kevakuman yang sebenarnya dalam
evaporator ditentukam oleh efisiensi pompa, yang mana hal itu tergantung pada
derajat kondensi uap dalam kondensor. Pada kondensi itu sendiri mengambil
tempat sesuai dengan banyaknya semprotan air yang didinginkan ke bagian puncak
dari kondensornya. Inilah apa yang dimaksud dengan kita bisa mengatur suhu
didih yang sebenarnya pada alat tersebut. Panas yang dibutuhkan untuk penguapan
cairan adalah berasal dari steam yang sudah jenuh. Steam tersebut mengalami
pengembunan pada tabung, dan bersamaan dengan itu memberikan panasnya untuk
penguapan. Steam yang telah diambil panasnya itu disebut juga kondensat,
kemudian dipindahkan dari dasar calandria dan ditarik melalui kondensor menuju
pompa. Calandria adalah tabung dimana terjadi pergerakan bahan pangan.
Bahan cair yang akan ditingkatkan
konsentrasinya itu bersirkulasi terus menerus pada alat dalam upaya untuk
memperoleh perpindahan/pergerakan yang maksimal didalam calandris. Sirkulasi
yang cepat akan mengurangi resiko terjadinya pengendapan pada permukaan tabung,
dan dengan cepat akan mengurangi resiko terjadinya pengendapan pada permukaan
tabung, dan dengan cepat membebaskan gelembung-gelembung uap dari bahan cair
selama dalam perjalanan melalui evaporator.
1.3 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Proses Evaporasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses evaporasi adalah sebagai berikut:
1. Suhu,
walaupun cairan bisa evaporasi dibawah suhu titik didihnya, namun prosesnya
akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini terjadi karena
evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan demikian, semakin
hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk
mempercepat evaporasi.
2. Kelembapan
udara, jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin
kering udara (sedikit kandungan uap air didalam udara) semakin cepat evaporasi
terjadi.
3. Tekanan,
semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi. Pada
tetesan air yang berada digelas botol yang udaranya telah dikosongkan (tekanan
udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan
udara, pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi
udara atau angin lancer karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini sama
saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat
cairan, cairan dengan titil didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada
cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357oC
lebih susah terevaporasi daripada eter yang titik didihnya 35oC.
1.4 Jeni
s-jenis Evaporator
Berikut ini merupakan jenis-jenis evaporator:
1. Forced
Circulation Evaporator With External Heater
Jenis evaporator ini merupakan hasil rangkaian untuk
keperluan tertentu, dimana heat exchanger, pompa dan unit pemisah cairan-uap
merupakan unit yang terpisah. Umumnya, untuk memperoleh jenis ini, biasanya
digunakan alat-alat yang kita rangkai
sendiri.
Jika diamati secara sekilas (baik itu dari segi sistem kerjanya),
tampak alat ini hampir mirip dengan vertical tube evaporator with forced
circulation, namun forced circulation evaporator with external heater memiliki
harga yang lebih murah karena dirakit sendiri. Hanya saja alat ini memerlukan
area/ruang yang luas karena memiliki unit-unit yang terpisah.
2. Falling
Film Evaporator
Cara kerja falling film evaporator yakni cairan akan
mengalir ke bawah kemudian membentuk film pada sekeliling dinding dalam pipa.
Aliran yang terjadi disebabkan oleh adanya gaya berat serta gesekan uap. Uap
yang telah terbentuk akan turun ke bawah, walaupun ΔT kecil tapi siklus aliran
tetap berjalan baik karena adanya gaya gravitasi. Luas permanasan jauh lebih
besar dari volume cairan di dalamnya. Besarnya luas pemanasan tersebut
memungkinkan terjadi proses pemanasan yang ideal dan perubahan bahan belum
terjadi secara signifika karena volumenya kecil. Kapasitas alat ini umumnya
tidak telalu besar.
3. Climbing
Film, Long Tube Vertical Evaporator With External Heater
Prinsip kerja jenis evaporator ini sebenarnya hampir
mirip dengan Long Tube Vertical Evaporator. hanya dibedakan dari alat pemanas
dan pemisah uap yang letaknya terpisah. Seperti halnya forced circulation
evaporator with external heater yang dapat dirakit sendiri, namun kurang kompak
karena unitnya terpisah-pisah. Nama lain evaporator ini yakni Rising Film
Evaporator with external heater.
4. Agitated
Film Evaporator
Jenis evaporator ini berbentuk tabung vertikal dan
ada juga yang berbentuk horizontal, dengan sistem pemanas berada di luar
tabung. Pada sumbu tabung terdapat suatu alat berbentuk batangan yang dapat
diputar serta dilengkapi sirip-sirip. Fungsi dari batangan tadi yaitu untuk
mengalirkan cairan, dimana saat batangan tersebut berputar maka cairan akan
bergerak ke bawah dan kemudian terlempar ke bagian tepi tabung yang panas.
Selanjutnya cairan yang telah panas akan kembali terlempar ke bagian tengah
tabung. Perlu diketahui bahwa pada bagian atas tabung terdapat ruang pemisah
antara uap dengan cairan. Proses perindahan panas di dalam evaporator jenis ini
berlangsung secara efisien, dan minim terjadi penyumbatan akibat endapan.
Agiated film evaporator umumnya ditujukan untuk
larutan yang berviskositas tinggi (kental) atau dapat juga untuk memproduksi
padatan dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Dari segi harga, evaporator
ini dapat dikatakan cukup mahal, karena membutuhkan biaya pengoperasian yang
tinggi serta konstruksinya tergolong sulit. Nama lain dari agiated film
evaporator yakni turbulent film evaporator atau wioed-film evaporator (untuk
bentuk horizontal).
5. Direct
Contact Evaporator
Pada jenis evaporator ini akan terjadi kontak
langsung antara cairan dengan gas pemanas sehingga koefisien perpindahan panas
sangat besar. Di dalam bagian tengah tabung terdapat ruang yang berfumgsi
sebagai ruang pembakaran (lihat gambar di atas). Secara umum, penggunaan
evaporator ini ditujukan untuk larutan kental, atau bahkan sluriy.
Kekurangannya terletak pada pengematan energi, karena panas yang terbuang sudah
tidak dapat lagi dimanfaatkan
6. Stirred,
Discontinuous Evaporator
Jenis dari evaporator ini digunakan memadatkan
larutan atau dengan kata lain yakni untuk memperoleh produk bersifat padat.
pemanasannya terdiri dari dua jenis, yakni internal heating dan external
heating. Untuk pemanasan internal, pemanas akan dialirkan melalui koil,
sementara untuk pemanasan extenal,
pemanas akan melalui jaket pada shell.
1.5 Operasi
Evaporator
1. Evaporator
Tunggal ( Single Effect)
Desain suatu unit evaporasi memerlukan aplikasi
praktis data perpindahan kalor pada cairan yang sedang
mendidih, bersama dengan realisasi apa yang terjadi terhadap
cairan selama pengentalan. Kebanyakan
evaporator dipanaskan menggunakan uap yang dikondensasikan di atas tabung
tabung logam. Bahan yang dievaporasikan biasanya mengalir di dalam tabung. Uap
yang digunakan biasanya adalah uap bertekanan rendah, dibawah 3 atm abs; zat
cair yang mendidih biasanya berada dalam vakum sedang yaitu sampai kira-kira
0,05 atm abs. Berkurangnya suhu didih zat cair menyebabkan beda suhu antara uap
dan zat cair yang mendidih itu meningkat, dengan demikian laju perpindahan
kalor didalam evaporator itu meningkat juga. Bila kita menggunakan satu
evaporator saja, uap dari zat cair yang mendidih dikondensasikan dan dibuang.
Metode ini disebut sebagai evaporasi efek tunggal (single effect evaporation).
Walaupun proses ini sederhana , namun pada prosesini kurang efektif dalam
penggunaan uap.
Evaporator
dengan evaporizer serupa tapi tak sama dalam menjalankan fungsinya yaitu
sebagai penambah konsentrasi suatu bahan ataupun senyawa. Evaporator berfungsi
sebagai penguap atau pengurangan kadar air yang ada pada suatu bahan ataupun
senyawa cair. Sedangkan evaporizer berfungsi sebagai penguap liquid selain
cair.
Pada
evaporator efek tunggal, kalor laten kondensasi uap pemanas berpindah melalui
permukaan pemanasan dan menguapkan air dari larutan yang mendidih. Ada dua
neraca entalpi yang diperlukan yaitu, satu untuk uap pemanas, dan satu lagi
untuk sisi cairan atau uap larutan
2. Evaporator
Bertahan Banyak (Multiple Effect Evaporatot)
Operasi bertahap satu memperlihatkan adanya
pemborosan energi karena panas laten yang dibawa keluar uap tidak dipergunakan
lagi. Operasi berefek banyak bertujuan memanfaatkan panas tersebut. Gambar 11.9
memperlihatkan bagan operasi evaporator berefek tiga (triple effect
evaporators) dengan umpan maju.
Dalam operasi bertahap banyak, uap
yang dihasilkan dalam evaporator pertama dipaakai sebagai pemanas dalam
evaporator kedua dan dari uap evaporator kedua dipakai untuk evaporator ketiga,
dan seterusnya. Disini panas laten yang dibawa uap dimanfaatkan berulang-ulang.
Apabila umpan yang masuk evaporator pertama berupa cairan pada titik didihnya,
maka 1 kg uap akan menguapkan 1kg air. Begitu juga dengan tahap-tahap
berikutnya. Ini berlaku juga untuk jumlah tahap yang lebih banyak.
Karena uap dari suatu evaporator digunakan untuk
memanaskan evaporator berikutnya, maka titik didih larutan dalam evaporator
berikutnya, maka titikdidih larutan dalam evaporator berikutnya harus lebih
rendah dari titik didih larutan dalam evaporator yang dimuka. Dalam operasi
dengan umpan maju, umpan untuk satu evaporator adalah larutan hasil dari
evaporator di mukanya, berarti larutan yang lebih pekat dari larutan umpan
evaporator dan titik didih normalnya lebih tinggi untuk mendapatkan titik didih
yang lebih rendah maka evaporator tersebut harus dioperasikan pada tekanan yang
lebih rendah.
1.4 Alat
Penguapan Pada Proses Pembuatan Susu Bubuk
1. Evaporasi
Evaporasi
merupakan proses penguapan sebagian air yang terdapat dalam susu untuk
memperoleh susu pekat dengan kadar padatan sesuai dengan yang dikehendaki. Total solid
bahan meningkat ± 10 % (dari 42 % menjadi
50 %) agar proses pengeringan selanjutnya lebih efisien.
Campuran
susu dari MST dievaporasi menggunakan Single Effect Evaporator
tipe falling film.
Susu mengalir dari atas ke bawah pada bagian dalam tabung evaporator dan
membentuk lapisan tipis yang mudah menguap oleh panas dari uap yang berada di
sekeliling luar tabung. Evaporasi dilakukan
dalam satu tahap yang terdiri dari tiga fase sehingga prosesnya lebih efisien. Campuran dari MST bersuhu 8oC
masuk ke balance tank
yang berfungsi untuk menjaga umpan masuk cairan pada proses evaporasi tetap
konstan. Cairan lalu dipompa ke preheater
pertama untuk dinaikkan suhunya menjadi 30oC lalu masuk preheater
kedua dan suhunya naik lagi mencapai 60oC. Kedua preheater
tersebut berbentuk tubuler dengan masing-masing berisi 10 tabung. Preheater
pertama menggunakan panas dari uap yang diperoleh dari vapour separator,
sedangkan preheater
kedua menggunakan panas dari uap yang keluar dari bagian atas calandria.
Kondensat yang keluar dari preheater
ditampung di tabung kondensat. Dari preheater
kedua campuran lalu dibawa masuk ke calandria evaporator
dimana campuran dilewatkan dalam tabung panas pada suhu 60-70oC.
Untuk
menghemat penggunaan steam pada proses evaporasi, steam dicampur
dengan uap panas yang berasal dari TVR (Thermo Vapour Recompression).
Campuran steam
masuk kebagian luar tabung, sementara cairan susu berada di bagian dalam
tabung. Karena suhu steam
lebih tinggi daripada suhu cairan maka steam
akan mengembun di bagian luar tabung dan melepaskan energi. Energi ini yang
dipakai untuk menguapkan cairan susu di bagian dalam.
Uap
air yang dihasilkan akan masuk ke vapour separator
dan dipisahkan dari droplet susu yang terbawa bersamanya dengan gaya
sentrifugal. Sebagian uap air masuk ke TVR dan sebagian lagi masuk ke
kondenser. Di kondenser uap akan terkondensasi menjadi cairan yang akan
ditampung di tabung kondensat. Kondenser ini juga berfungsi untuk menghasilkan
kondisi vakum dengan cara membuang uap air hasil penguapan di calandria.
Kondisi operasi dibuat vakum untuk memperoleh suhu penguapan air yang cukup
rendah (± 60oC) sehingga kerusakan nutrisi dapat dikurangi.
Evaporator
dilengkapi dengan densitymeter
untuk mengukur densitas susu yang dikentalkan sehingga apabila kadar total solid
yang dikehendaki tidak terpenuhi, maka secara otomatis cairan akan disirkulasi
ke balance tank untuk
diproses kembali. Bila kadar total solid
telah memenuhi persyaratan, maka cairan dipompa menuju concentrate tank
melalui duplex filter
untuk disaring terlebih dahulu. Concentrate tank
berjumlah 2 buah dengan volume masing-masing 10.000 liter. Penyimpanan pada concentrate tank
disertai dengan proses pengadukan pada kecepatan 400 rpm untuk mencegah
pengendapan dan pemisahan partikel susu.
Berikut
ini adalah kelebihan dari penggunaan film falling evaporator :
1. Aplikasi waktu
tinggalnya singkat dan digunakan
untuk fluida sensitif terhadap panas.
2. Hanya dibutuhkan
ruang yang kecil untuk penempatannya.
3. Digunakan untuk
cairan dengan kandungan padatan
rendah.
4. Koefisien
perpindahan panas tinggi.
5. Tidak ada
kenaikan titik didih
yang disebabkan perbedaan tekanan.
2. Pengeringan (Spray
Drying)
Susu
kental (konsentrat) dari concentrate tank
dialirkan ke preheater berbentuk
shell and tube
untuk dipanaskan sampai mencapai suhu 70oC. Pemanasan di sini
berfungsi sebagai pemanasan pendahuluan sebelum susu dikeringkan dalam spray dryer
agar perubahan panas campuran tidak terjadi secara mendadak yang dapat
menyebabkan kegosongan dan kerusakan komponen. Dari preheater
konsentrat disaring melalui duplex filter,
susu kemudian dilewatkan dalam High Pressure Pump
(HPP) bertekanan 1.0002.000 psia. Tekanan tinggi yang dihasilkan dari HPP akan
membantu proses pengkabutan dan mengoptimalkan penguapan air dalam Stork Wide Body spray Dryer.
Konsentrat lalu dimasukkan ke dalam ruang
pengering utama (chamber) melalui
pressure nozzle
sepanjang 6 m dan berjumlah 6 buah. Nozzle berfungsi
memperluas bidang kontak antara konsentrat dengan udara pengering. Caranya
dengan melewatkan konsentrat melalui lubang yang sangat kecil disertai tekanan
tinggi sehingga terbentuk butiran halus seperti kabut. Kabut ini akan kontak
dengan udara pengering bersuhu 170-180oC dan terbentuklah
butiran-butiran powder
dengan kadar air ± 3 % di chamber.
Untuk mengimbangi laju aliran udara yang
masuk, dilakukan pengisapan dan pembuangan udara yang digunakan untuk proses
pengeringan. Pengisapan dilakukan oleh exhaust fan
dengan daya yang lebih kuat dari pemasukan untuk menciptakan kondisi vakum
dalam chamber. Dalam
kondisi vakum pengeringan akan terjadi pada suhu yang lebih rendah untuk
mencegah overheating.
Dalam udara yang dihisap keluar kemungkinan adapowder
yang terbawa. Karena itu, udara keluar yang terserap oleh exhaust fan
dilewatkan dalam bag house
sebelum dikeluarkan ke udara bebas. Di dalam bag house
terjadi pemisahan antara udara dengan powder. Powder akan
turun ke bawah sedangkan udara yang mengandung uap air akan keluar melalui cerobong.
Powder
yang berat jenisnya memenuhi standar akan jatuh karena gaya gravitasi dan masuk
ke dalam shaking bed,
sedangkan powder
yang memiliki berat jenis terlalu besar akan dibawa kembali ke chamber
dengan pneumatic transpor.
Dalam shaking bed terjadi proses aglomerasi
dan penurunan kadar air powder hingga mencapai 2,5 %. Dengan adanya proses aglomerasi, powder
akan mengandung banyak rongga sehingga berat jenisnya turun dan bersifat lebih
mudah larut dalam air.
Shaking bed
berupa plat-plat horizontal berlubang-lubang
yang dihubungkan dengan inlet
udara dari luar. Udara dihembuskan dari bagian bawah kemudian keluar melalui
cerobong di atasnya. Sementara itu powder bergerak
di sepanjang plat berlubang dan keluar melalui ujung plat. Semburan udara panas
dari bagian bawah mengakibatkan susu mengalami pengeringan sehingga kadar
airnya turun. Jumlah udara panas minimal harus cukup untuk mencegah powder
jatuh ke bawah melalui plat berlubang namun juga dibatasi agar tidak meniup powder
keluar. Setelah kadar air yang diinginkan tercapai dilakukan proses pendinginan
bertahap dengan mengalirkan udara yang bersuhu lebih rendah. Pada tahap pertama
suhu diturunkan dari 85oC ke 70oC, tahap kedua diturunkan
sampai suhu 60oC, kemudian dilanjutkan dengan conditioning
(udara kering dingin) pada tahap ketiga sampai mencapai suhu ± 25oC.
Pendinginan bertujuan untuk mencegah powder
menggumpal selama disimpan di silo.
Penggumpalan akan terjadi pada suhu tinggi karena powder bersifat
menyerap air (higroskopis).
Dari
shaking bed powder diayak dengan shifter berukuran 1,2 ml (14 mesh), untuk menahan
butiran yang terlalu besar dan material asing yang mungkin terdapat dalam powder. Shifter ini berupa ayakan yang bergoyang secara
otomatis. Powder yang tidak lolos ayakan akan diproses ulang
(rework) di compounding tank, sedangkan yang lolos ayakan ditampung
dalam start stop silo lalu diperiksa oleh Departemen Quality Control (QC). Powder yang tidak lolos pemeriksaan QC juga
dikembalikan ke compounding tank, sementara powder yang memenuhi standar (base powder) diangkut ke silo base powder melalui pneumatic conveyor. Silo base powder
ini berjumlah 2 buah dengan kapasitas masing-masing 75.000 kg.
0 Response to "ALAT PENGUAP PADA PROSES PEMBUATAN SUSU BUBUK PT. SARI HUSADA"
Post a Comment