Proses Pembuatan Semen di PT. Holcim Indonesia, Tbk
1. PROSES PEMBUATAN SEMEN PADA PT. HOLCIM
INDONESIA, TBK
Dalam produksinya PT. Holcim
Indonesia menggunakan proses kering dlam proses pembuatannya. Keuntungan proses
kering ini bila dibandingkan dengan proses basah adalah penggunaan bahan bakar
yang lebih sedikit, dan energi yang dikonsumsi lebih kecil. Ukuran tanur yang
lebih pendek seta perawatan yang lebih pendek.
Jenis-jenis bahan baku pembuatan
semen di PT. Holcim ndonesia:
a. Batu
kapur : 80-85%
b. Tanah
Liat : 6-10%
c. Pasir
Silika : 6-10%
d. Gypsum : 3-5%
Proses
pembuatan semen PT. Holcim Indonesia unit NG-IV, secara garis besar melalui
proses-proses sebagai berikut:
1. Penghancuran
( Crushing) bahan baku.
2. Penyimpanan
dan pengumpanan bahan baku.
3. Penggilingan
dan pengeringan bahan baku.
4. Pencampuran
(Blending) dan homogenisasi.
5. Pemanasan
awal ( Pre-heating)
6. Pembakaran
( Firring)
7. Pendinginan
( Colling)
8. Penggilingan
akhir.
Alat
utama untuk mengahancurkan bahan mentah adalah crusher, sedangkan alat-alat pendukung dalam proses ini adalah:
a. Dump Truck
b. Hopper
c. Feeder
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Bahan
baku hasil penambangan dari tempat penambangan, diangkut dengan menggunakan dump truk dan kemudian di curahkan ke
dalam hopper. Fungsi dari hopper ini
adalah sebagai alat penampungan awal untuk masukan ke dalam crucher.
Hopper
yang digunakan untuk menampung batu kapur tidak menggunakan kisi-kisi pada bagian atasnya, sedangkan yang
digunakan untuk menampung tanah liat, silica, dan pasir besi, dolengkapi dengan
kisi-kisi. Kisi-kisi ini berguna untuk menyaring bahan yang ukuran diameternya
lebih besar dan diperkirakan dapat mengganggu sistem kerja crusher. Crusher yang digunakan untuk menghncurkan batu kapur terdiri
dari dua bagian. Bagian yang pertama disebut vibrator, yang berfungsi untuk
megayak atau menyaring batu kapur sehinggabatu kapur yang ukurannya lebih kecil
akan langsung jatuh nuju belt conveyer.
Batu kapur yang tertinggal akan secara langsung menuju bagian kedua, yaitu
bagian yang memiki alat penghancur yang dinamakan hammer. Setelah mengalami
penghancuran, batu kapur tersebutakan jatuh menuju belt conveyer yang sama.
Crusher yang digunakan untuk
menghancurkan tanah liat, dan silica tidak dilengkapi dengan hammer, hal ini
dilakukan karena bahan-bahan tersebut
cukup lunak. Jadi proses penghancuran bahan-bahan tersebut hanya merupakan
proses penggilingan/ penghancuran menjadi bahan-bahan dengan ukuran lebih kecil.
Kapasitas
masing-masing hopper adalah:
a. Batu
kapur : 300 ton
b. Tanah
liat : 50 ton
c. Silika : 50 ton
Setelah mengalami proses
penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim menuju tempat penyimpanan yaitu Stock Pile dengan menggunakan belt conveyer.
1. Penyimpanan Bahan Baku
Tempat
penyimpanan bahan baku terdiri dari bagian utama yaitu:
a. Stock Pile
b. Bin
Sedangkan
alat-alat penunjang yang membantu dalam penyimpanan bahan baku adalah;
a. Tripper
b. Reclainer
Kapasitas
stock pile masing-masing bahan baku adalah:
a. Batu
kapur : 94.000 ton
b. Silika : 12.000 ton
c. Pasir
besi : 2.000 ton
d. Tanah
liat : 45.000 ton
e. Gypsum : 10.000 ton
Umumnya,
stock pile dibagi menjadi dua bagian yaitu sisi kanan dan sisi kiri hal ini
dilakukan untuk menunjang proses, jika stock pile bagian kanan sedang digunakan
sebagai masukan proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari
crusher. Begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur letak pemyimpanan bahan baku,
digunakan tripper selain itu stock pile juga dilengkapi dengan reclaimer. Reclaimer
ini berfungsi untuk memindahkan atau mngambil raw matrial dari stock pile ke
belt conveyer dengan kapasitas tertentu.
Selanjutnya
bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyer menuju tepat penyimpanan
kedua, yang biasa dikatakan merupakan awalan masukan proses pembuatan semen,
yaitu Bin.
Kapasitas
masing-masing bin adalah sebagai berikut:
a. Batu
kapur : 250 ton
b. Silika : 150 ton
c. Pasir
besi : 150 ton
d. Tanah
liat : 70 ton
e. Gypsum : 175 ton
2. Pengumpanan Bahan Baku
Pengimpanan
bahan baku ke dalam sistem proses selanjutnya di atur oleh weight feeder, yang diletakkan dibawah bin. Prinsip kerja weight feeder ini adlah mengatur
kecepatan scavenger conveyer, yaitu
alat untuk mengangkut material dengan panjang tertentu dan mengatur jumlah bahan
baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scavenger conveyer sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt
conveyer dan dikiri ke vertical roller mil untuk megalami peenggilingan dan
pengeringan. Pada belt conveyer terjadi pencampuran batu kapur, silica pasir,
dan tanah liat.
3. Penggilingan dan Pengeringan Bahan Baku
Alat
utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan bahan baku
adalah vertical roller mill. Media
pengeringnya adalah udara panas yang berasal dari coller dan pre-heater.
Udara panas juga berfungsi sebagai media pembawa bahan-bahan yang telah halus
menuju alat proses selanjutnya.
Alat-alat
yang mendukung proses ini:
1. Cyclon
2. Electrostanic Precipitator
3. Stack
4. Dust Bin
Bahan
baku masuk kedalam vertical roller mill
pada bagian tengah (tempat penggilingan) sementara itu udara panas masuk
kedalam bagian bawahnya. Material yang sudah tergiling halus akan terbawa udara
panas keluar raw mill melalui bagian
atas alas tersebut.
vertical roller mill memiliki bagian
yang dinamakan classifier yang
berfungsi untuk mengendalikan ukuran partikel kecil yang boleh keluar dari raw mill, parteikel dengan ukuran besar
akan dikembalikan dalam raw mill untuk
mengalami penghalusan selanjutnya sampai ukurannya mencapai ukuran yang
diharapkan.
Sementara itu partikel yang
partikel yang ukurannya telah memenuhi kebutuhan akan terbawa udara panas
menuju cyclon. Cyclon berfungsi untuk memisahkan antara partikel yang cukup halus
dan partikel yang terlalu halus (debu) partikel yang cukup halus akan turun
keagian bawah cyclon dan dikirim ke blending silo untuk mengalami pengadukan dan homogenisasi. Partikel
yang terlalu halus (debu) akan terbawa udara panas menuju electrostatic precipitator. Alat ini berfungsi untuk menangkap
debu-debu tersebut sehingga tidak lepas ke udara. Efisiensi alat ini adalah 95-98. Debu-debu yang tertangkap, di
kumpulkan di dalam dust bin ,
sementara itu udara akan keluar melalui stack.
4. Pencampuran
(blending) dan Homogenisasi
Alat utama yang digunakan untuk
proses pemanassan awal bahan baku adalah suspension pre-heater , sedangl\kan alat bantunya adalah kiln feed bin.
Seta\elah mengalami homogenisasi di blending silo, material terlebih dahulu ditampung di dalam kiln feed bin, bin ini merupakan tempat umpan yang akan masuk
kedalam pre-heater. Suspension- pre
heater merupakan suatu susunan empat buah cyclone dan satu buah calsiner
yang tersusun menjadi sati string .
Suspension pre-heater yang digunakan
dalam terdiri dari dua bagian yaitu: in-line
calsiner (ILC), dan separate line calsiner ( SLC). Jadi, pre-heater yang digunakan
adalah suspension pre-heater dengan
dua string dan masing-masing string terdiri dari empat tahap pemanasan dan satu
caalsinasi.
Masing-masing
string mempunyai inlet
sendiri-sendiri, dan material yang
masuk melalui ILC akan mengalami calsinasi , karena setelah sampai calsiner ILC material tersebut ditransfer ke SLC ,
sedangkan material yang masuk melalui SLC hanya akan mengalami satu kali
kalsinasi, karena setelah sampai ke calsiner SLC material akan langsung me]asuk
ke dalam rotary kiln. Proses yang terjadi dengan menggunakan calsiner dapat mencapai 93 %. Kapasitas desain preheater adalah 7800 ton/hari pemanasan material
dilakukan dengan menggunakan uap panas yang diperoleh dari rotary kiln.
Tabel profil
temperature aliran gas panas dan material padat di pre-heater
Aliran
Material
|
Temperature
(°C)
|
Aliran
Gas
|
Temperature
(°C)
|
Masuk
Tahap I
|
50-
80
|
Masuk
Tahap IV
|
1050-1100
|
Keluar
Tahap I
|
330-
350
|
Keluar
Tahap IV
|
800-
850
|
Keluar
Tahap II
|
500-
550
|
Keluar
Tahap III
|
650-
700
|
Keluar
Tahap III
|
640
– 680
|
Keluar
Tahap II
|
525-575
|
Keluar
Tahap IV
|
750
- 850
|
Keluar
Tahap I
|
350-
400
|
6. Pembakaran (Firring)
Alat utama yang digunakan adalah
tanur putar atau rotary kiln. Ritary kiln adalah alat berbetuk
silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu.
Kemiringan Rotary kiln yang digunakan di unit NG-IV adlah sekitar 4°
dengan arah menurun (declinasi). Dari
ujung tempat material masuk ( inlet) ,
sedangkan diujung lan adalah tempat terjadinya pembakaran bahan bakar (burning zone). Jadi material akan
mengalami pembakaran dari temperature yang rendah menuju temperature yang lebih
tinggi.
Untuk mengetahui sistem kerja
tanur putar, proses pembakaran n bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan gas analyzer. Gas analyzer ini berfungsi untuk mengendalikan kadar O2,
CO, dan, NOx pada gas buang jika terjadi
kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara akan disesuaikan.
Daerah proses yang terjadi didalam
tanur putar dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:hingga
1. Daerah transisi
2. Daerah pembakaran
3. Daerah pelelehan
4. Daerah pendinginan.
Didalam tanur putar terjadi proses
kalsinasi (100%), sintering, dan clinkering. Temperature material yang masuk ke
dalam tanur putar adalah 1300-1450 °C.
7. Pendinginan
(cooling)
Alat utama yang digunakan untuk
proses pendinginan clinker ada;ah cooler. Cooler ini dilengkapi dengan alat
penggerak material, sekaligus sebagai saluran udara pendingin yang disebut
grate dan alat pemecah clinker.
Setelah proses pembakaran clinker
selesai dilakukan didalam tanur putar, clinker tersebut terlebih dahulu
didinginkan di dalam cooler sebelum disimpan didalam clinker silo. Cooler yang
digunakan terdiri dari Sembilan compartemen yang menggunakan udara luar sebagai
pendingin. Udara yang keluar dari cooler dimanfaatkan
sebagai media pemanas pada vertical
roller mill, sebagai pemasok udara panas pada pre-heater , dan sebagian lain di buang ke udara bebas.
Clinker yang keluar dari tanur
putar masuk kedalam compartemen, dan
akan terletak diatas grade. Dasar grade ini mempunyai lubang-lubang dengan
ukuran yang kecil untuk saluran udara pendinginan. Clinker akan terus bergerak
menuju compartemen terdapat clinker breaker yang berguna untuk
mengurangi ukuran clinker yang terlalu besar.
Selanjutnya clinker dikirim menuju
tempat penampungak klinker dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep drawn
pan
conveyer. Sebelum sampai di clinker
silo, clinker akan melalui sebuah alat penditeksi kandungan kapur bebas
clinker melebihi batas yang diharapkan.
8. Penggilingan
Akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan
akhir, dimana terjadinya pula penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball
mill. Peralatan yang menunjang proses penggilingan akhir adalah:
1.
Vertical Roller Mill
2.
Separator
3. Bag filter
a. Gypsum adalah bahan tambahan dalam
pembuatan semen, adalah bahan yang akan dicampur dengan clinker pada
penggilingan akhir gypsum yang dapat digunakan adalah gypsum alami dan gypsum
sintetik. GGypsum tersebut dikirim kedalam bin gypsum untuk siap diumpankan ke dalam penggilingan akhir dan dicampur
dengan clinker.
b. Clinker
Clinker yang akan digiling dan
dicampur dengan gypsum, terlebih dahulu ditransfer dari clincer silo menuju
clinker bin. Dengan menggunakan bi maka jumlah clinker yang akan dugling dapat
diatur dengan baik. Sebelum masuk ke dalam alat penggilingan akhir, clinker
terlebih dahulu mengalami penggilingan awalan dalam alat vertical roller mill.
c. Ball mill
Alat yang digunakan untuk melakukan
penggilingan clinker dan gypsum disebut ball mii. Alat ini berbentuk silinder
horizontal dengan panjang 13 m dan berdiameter 4.8 m. Kapasitas ball mill
adalah 210 ton/jam dengan tingkat kehalisan 3200 blaine. Bagian dalam ball mill
terbagi menjadi dua bagian untuk memisahkan bola-bola baja yang berukuran besar
dan pada bola-bola yang ada pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola-bola
baja dari ukuran yang besar keukurang yang kebih kecil adalah bahwa ukuran
bola-bola baja yang lebih kecil menyebabkan luas kontak tumbukan antara
bola-bola baja dengan material yang akan digiling akan lebig besar sehingga
diharapkan ukran partikelnya akan lebih halus.
Material yang telah mengalami
penggilingan kemudian diangkut oleh bucket
elevator menuju separator. Seperator berfungsi untuk memisahkan semen yang
ukurannya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup
halus dibawa udara melalui cyclone. Kemudian disimpan didalam silo cement, dari
silo cement ini semen kemudian dikantongi dan dimasukkan kedalam truck semen
curah dan siap dipasarkan. Proses tersebut dilakukan ileh bagian khusus yanitu
unit pengantongan semen.
0 Response to "Proses Pembuatan Semen di PT. Holcim Indonesia, Tbk"
Post a Comment