Contoh Pendahuluan dalam Membuat Proposal PKM-K Ristekdikti dengan contoh judul terasi Udang rebon
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu komoditas yang cukup
besar di perairan Indonesia
atara lain udang
rebon (Mysis relicta). Kandungan gizi
dalam 100 gram udang rebon segar adalah protein
16,2 gram dan mengandung kalsium 757 mg
(Direktorat
Gizi Depkes,
1992).
Udang rebon (Mysis relicta) tergolong dalam perishable product, memiliki masa simpan pendek
dan
sifat yang mudah
busuk jika tidak diberikan perlakuan
untuk mengawetkan yaitu dengan cara fermentasi. Hasil studi pada
produk fermentasi udang
asin, ikan asin, gatot, growol,
tape, tempe, asinan buah
dan asinan sayuran mengandung bakteri asam laktat Lactobacillus
plantarum, Streptococcus
thermophilus dan Pediococcus pentosaleus yang mampu mengawetkan produk
(Rahayu,
2000). Produk fermentasi udang rebon yang banyak beredar dipasaran yaitu terasi. Salah satu produsen terasi yang cukup besar di Provinsi Lampung yaitu Kecamatan Labuhan
Maringgai
kabupaten Lampung Timur.
Berdasarkan
SNI (1992), terasi adalah
jenis penyedap
makanan yang memiliki
bentuk padat dengan bau yang khas hasil fermentasi udang/ikan
atau campuran
keduanya dengan garam atau bahan tambahan
lainnya. Bahan baku
pembuatan terasi digunakan udang rebon karena
memiliki kulit dan cangkang yang lunak
sehingga memungkinkan untuk dihancurkan
secara sempurna (Suprapti,
2002). Selama proses
fermentasi umumnya menggunakan kadar garam yang
cukup tinggi (20%
sampai 30%), untuk menyeleksi mikroba yang dapat menghasilkan
racun
(Reed, 1982). Selain
penambahan garam, pada proses
fermentasi juga diperlukan sumber
karbohidrat yang
merupakan sumber energi
bagi
mikroba yang berperan dalam
fermentasi tersebut.
Bahan yang ditambahkan
dalam pembuatan
terasi
adalah
tepung tapioka, tepung beras, atau tepung lainnya. Bahan-bahan inilah
yang selanjutnya menentukan
mutu dan cita rasa terasi yang dihasilkan.
Fungsi
tapioka pada produksi terasi adalah
sebagai substrat
bagi
pertumbuhan mikroorganisme dan
penambah
volume terasi (Astawan
dan Astawan, 1989).
Pembuatan produk-produk fermentasi ikan/udang lainnya juga ditambahkan
garam dalam jumlah yang optimum untuk
merangsang pertumbuhan
bakteri
asam laktat misal pada
rusip dengan
penambahan garam dan
beras
sangrai terdapat bakteri asam
laktat yaitu Streptococcus
dan Lactobacillus, sedangkan pada rusip dengan penambahan garam dan gula
merah yaitu Streptococcus dan Leuconostoc (Dessi, 1999). Lactobacillus sp
dan Streptococcus sp merupakan
isolat BAL yang berhasil diisolasi dari
cincalok
alamiah (Widhyastuti, 2011).
Proses
fementasi selama produksi
terasi berlangsung karena ada aktivitas enzim yang berasal dari tubuh udang itu sendiri atau
berasal
dari mikroorganisme dan
berlangsung dalam
kondisi lingkungan terkontrol. Proses penguraian ini dapat berlangsung dengan atau tanpa
aktivitas mikroorganisme,
terutama dari
golongan
jamur dan ragi (Alfianto
dan Livianawaty, 2005).
Pada fermentasi
pembuatan terasi udang
rebon (Mysis relicta) terjadi proses
autolisis atau enzimatis
dengan adanya aktivitas
bakteri,
dalam hal ini halofilik atau
halotoleran. Proses fermentasi berlangsung secara anaerobik oleh mikrobia anaerob atau obligat
anaerob. Fermentasi
ini dapat menghasilkan
bakteri/metabolit bakteri asam
laktat yang dapat
membunuh
bakteri patogen
(bersifat probiotik). Bakteri
probiotik merupakan mikroorganisme yang bukan golongan patogen, jika dikonsumsi memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya (Schrezenmeir dan de Vrese, 2001).
Manfaat bakteri probiotik sangat baik sehingga perlu dilakukan isolasi dan identifikasi dari
produk hasil pertanian yang banyak
ditemukan
di pasaran
salah
satunya yaitu
produk terasi
udang.
Mengingat
informasi mengenai identifikasi dari
bakteri yang
berpotensi sebagai probiotik dari
produk terasi udang masih
sangat terbatas,
maka perlu dilakukan
isolasi
kandidat bakteri probiotik yang terdapat pada
terasi udang.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
sebagai
berikut:
1. Mengisolasi kandidat bakteri probiotik dari
terasi udang rebon
asal Lampung
Timur.
2. Mengidentifikasi kandidat
bakteri probiotik dari terasi
udang
rebon asal
Lampung Timur.
1.3. Kerangka
Pemikiran
Terasi (Indonesian shrimp paste) merupakan
produk
awetan
ikan–ikan
kecil
atau rebon yang telah diolah melalui proses pemeraman atau
fermentasi,
penggilingan
atau penumbukan, dan penjemuran (Sharif et
al,
2008). Pembuatan
terasi di Desa
Margasari,
Kecamatan Labuan Maringgai
Kabupaten Lampung
Timur masih dilakukan secara tradisional yaitu
bahan mentah
berupa rebon atau udang dicuci terlebih
dahulu dengan
menggunakan air
laut hingga bersih dengan
menyeleksi ikan dan kotoran yang
ada. Penggunaan air laut
pada saat
pencucian
agar rebon tidak rusak
karena jika diberi
air tawar maka akan berbau busuk saat dilakukan pengolahan. Setelah
bersih rebon
diberikan garam dengan perbandingan udang rebon
dan
garam sebesar ±
10:1. Selanjutnya dilakukan
penyimpanan
selama
semalam dalam keadaan tertutup
rapat
sehingga tidak
terkontaminasi. Rebon yang sudah
difermentasi dilakukan
penjemuran di atas para-para hingga
kering dan
ditumbuk halus dengan
menggunakan
lesung. Setelah halus
dibuat
menjadi bongkahan–bongkahan dan dilakukan
penjemuran hingga kering.
Rahayu et
al (1992) menduga bahwa pada terasi terdapat mikroba jenis
Micrococcus, Corynebachterium,
Cytophaga, Bacillus, HaloBacterium, dan Acinobacter. Saisthi
(1967), menemukan bahwa bakteri Gram positif
batang yang
menghasilkan
aroma asam organik yang khas, Gram
negatif
oval batang nonmotil
yang memproduksi
bau khas daging yang merangsang,
dan
Gram positif
berbentuk
batang panjang,
memproduksi aroma yang berasal
dari degradasi
asam amino. Pada awal proses fermentasi
setiap mikroorganisme dapat
tumbuh karena tersedianya sumber nutrisi.
Setelah terjadinya perombakan
sumber nutrisi akan
terjadi penurunan
pH akibat penambahan garam
dan perombakan karbohidrat
oleh
bakteri asam laktat. Semakin lama waktu
fermentasi akan
menyebabkan pH
semakin turun yang disebabkan
perombakan karbohidrat
oleh
bakteri asam laktat
menjadi asam laktat.
Setiap mikroorganisme
memiliki kisaran pH yang masing–masing mempunyai
pH optimum. Pada produk
fermentasi yang ditambahkan garam terdapat
dua jenis mikroba yaitu bakteri
obligat halofilik dan bakteri halofilik. Bakteri
obligat
halofilik tumbuh pada suhu
5-50oC dan tumbuh optimum pada suhu
35-40oC, pH antara 6-10.
Pada konsentrasi
garam yang tinggi menghasilkan
gas H2S dan indol dengan warna koloni merah
muda (Sjafi, 1988). Selain itu
dilaporkan bahwa beberapa produk fermentasi
juga
menghasilkan
bakteri asam laktat yang berfungsi
sebagai
probiotik karena sifat biokimia dari
senyawa-senyawa sederhana yang terbentuk akibat fermentasi.
Pada produk bekasang (makanan
fermentasi ikan dari
wilayah timur Indonesia)
adalah
Staphylococcus dan Lactobacillus sp (Ijong dan Otha, 1996), sedangkan
pada fermentasi saus ikan dengan penambahan 25% garam dan disimpan
suhu
500C, bakteri asam
laktat yang berkembang yaitu Staphylococcus, Micrococcus
dan
Bacillus (Lopetcharat dan Park, 2002) dan saus
ikan dari Thailand yang ditambahkan garam sebanyak 30%, dengan
penambahan nasi
panggang, padi atau
kulit padi panggang dengan ikan air
tawar
dilaporkan berkembang bakteri
Streptococcus, Staphylococcus,
Micrococcus dan Bacillus sp
(Adams et
al,1985). Produk Tempoyak terdapat bakteri asam laktat yang berkembang yaitu genus
Lactobacillus dan Leuconostoc (Nurainy,
1991). BAL dari Boza (minuman
fermentasi tradisional
dari Turki) merupakan genus Lactobacillus,
Lactococcus
dan Leuconoctoc (Sahingil et al,
2009). Selain itu, BAL Lactobacillus casei juga berhasil diisolasi dari
Filzetta (makanan
fermentasi
tradisional
dari Itali) (Conter
et
al, 2005). Setiap
BAL
tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda. Studi
formulasi cincalok skala laboratorium telah dilakukan
oleh Dyastuti (2012) melaporkan BAL dari cincalok
formulasi merupakan
genus Lactobacillus, Lactococcus,
Streptococcus dan
Enterococcus.
Bakteri probiotik merupakan
mikroorganisme non patogen, jika dikonsumsi
memberikan pengaruh
positif terhadap fisiologi dan kesehatan
inangnya (Schrezenmeir
dan de Vrese, 2001).
Syarat probiotik adalah tidak patogen,
toleran terhadap asam
dan garam
empedu, mempunyai kemampuan
bertahan pada
proses pengawetan dan
dapat bertahan
pada penyimpanannnya serta memiliki kemampuan memberi efek
kesehatan yang sudah terbukti (Shortt, 1999). Pada penelitian
ini akan dilakukan isolasi bakteri
probiotik yang termasuk dalam
golongan
bakteri asam laktat
pada produk fermentasi udang
yaitu terasi. Melihat
kurangnya informasi mengenai
identifikasi
bakteri yang berpotensi
sebagai
probiotik dalam produk terasi udang
asal Lampung, maka perlu
dilakukan penelitian
untuk pelaporan bakteri
probiotik golongan BAL yang terdapat
pada
terasi udang asal Lampung.
0 Response to "Contoh Pendahuluan dalam Membuat Proposal PKM-K Ristekdikti dengan contoh judul terasi Udang rebon"
Post a Comment