Analisa Oksidometri/Reduktrometri
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Judul Pratikum
Analisa
Oksidimetri / Reduktometri
1.2 Tanggal
Pratikum
7 Desember 2014
1.3 Tujuan
Pratikum
a.
Penentuan
suatu zat kimia itu yang terjadi reaksi oksidasi dan pereduksi
b.
Untuk
menentukan kadar Fe dalam garam-garam
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Setengah reaksi dalam elektron dibuang
disebut oksidasi dan setengah reaksi dalam mana elektron diikat disebut
reduksi.
Himpunan bilangan bulat kaecil yang
disebut bilangan oksidasi atau keadaan oksidasi, yang ada hubungan dengan angka
banding-senyawa (dari) unsur-unsur, membantu untuk mengingat-ingat rumus untuk
senyawa.
Dalam senyawa ion, bilangan oksidasi
suatu ion sama dengan muatan ion itu. Dalam senyawa Litium Oksida dan Aluminium
Florida bilangan oksidasi litium, oksigen, aluminium dan fluor masing-masing
adalah +1, -2, +3 dan -1. Bila bilangan oksidasi dicantum dengan rumus senyawa,
maka bilangan ini ditulis diatas bilangan lambangnya, dengan tanda plus (+)
atau minus (-) didepan angka.
Bila terdapat lebih dari satu atom dalam
rumus itu, bilangan oksidasi ditaruh dalam tanda kurung dan banyaknya atom
ditulis sebagai subsrib kana (dari) tanda kurung itu.
Contoh:
NaCl H2O AlF3 Ba3N2
Oksidasi ialah peristiwa pelepasan
elektron, mengalami oksidasi berarti melepaskan elektron, pengertian reduksi
ialah peristiwa penangkapan elektron mengalami reduksi berarti menangkap
elektron, semua reduksi pelepasan elektron disebut reduksi oksidasi dan semua
reaksi penangkapan elektron disebut reduksi.
Contoh reaksi-reaksi Oksidasi
Contoh
reaksi-reaksi Reduksi
Persitiwa pelepasan elektron leh
suatu atom selalu disertai dengan peristiwa penangkapan elektron eleh atom
lain, jadi peristiwa oksidasi selalu disertai oleh peristiwa reduksi.
Contoh Reaksi Redoks
(Brady
E. James. 1995 )
2.1 Reagensia
yang Lazim pada Penerapan Titrasi Oksidasi-Reduksi
ð Zat
Pengoksidasi
a) Natrium
dan Hidrogen
Hidrogen
peroksida merupakan zat pengoksida dengan potensial standar positif yang besar.
b) Kalium
dan Ammonium Peroksida Sulfat
Ion
perosida sulfat merupakan zat pengoksida yang ampuh dalam larutan asam:
c) Natrium
Bismulat
Senyawa
ini merupakan zat pengoksida yang ampuh, yang mengoksidasikan
Mn (II) MnO4-
Cr (III) Cr2O72-
Ce (III) Ce
(IV)
Transformasi yang mengubah atom netral menjadi
ion-ion positif berlangsung dengan melepaskan elektron dan karena itu, proses
itu merupakan suatu proses oksidasi, perhatikan contoh:
Elektron
(lambang e-) ditulis secara eksplisit pada bagian kanan persamaan reaksi
dan menjaga kesamaan muatan total pada kedua belah persamaan itu, demikian pula
transformasi unsur netral menjadi anion harus diikuti oleh pertambahan elektron
dan oleh karena reaksi tersebut itu termasuk proses reduksi, contohnya:
Oksidasi dam reduksi selalu berlangsung
secara serentak dan jumlah yang dilepaskan pada oksidasi harus sama dengan
jumlah elektron yang dilepaskan pada reduksi.
(Mahan . 1975 )
ð Zat
Pereduksi
Larutan standard zat-zat pereduksi
tidaklah begitu meluas pemakaiannya seperti larutan standard zat pengoksida
karena kebanyakan zat pereduksi dioksidasi perlahan-lahan oleh oksigen dan
udara. Natrium Tiosulfat adalah senyawaan satu-satunya pereduksi biasa yang
dapat disimpan dalam waktu lama tanpa mengalami oksidasi dan tidak terganggu
oleh udara, reagensia ini digunakan secara ekslusif untuk titrasi ion-ion.
Zat-zat pereduksi yang kadang-kadang
digunakan di laboratorium:
-
Besi
Larutan ion besi (III) dalam asam sulfat
0.5 – 1N dioksidasi oleh udara lambat-lambat saja dapat digunakan sebagai
larutan standard. Akan tetapi normalitasnya harus dicek setidaknya tiap hari,
larutan pemangat serium (IV) ataupun dikromat cocok untuk mentitrasi larutan
besi (II).
-
Kromium (II)
Kromium (II) merupakan zat pereduksi
yang ampuh dengan potensial reaksi, reaksinya adalah :
Sebesar -0.41 V, larutan dioksidasi
dengan sepat oleh udara dan dalam penggunaan haruslah dijaga dengan luar biasa
hati-hati, banyak zat telah ditetapkan dengan titrasi kromium (II) atau sulfat
termasuk besi, perak, emas, bismut, uranium dan wolfram.
b. Keadaan
Oksidasi
Keadaan oksidasi adalah suatu konsep yang sangat berguna untuk dapat
mendiagnosa dengan cepat keadaan oksidasi atau reduksi suatu atom, dlam suatu
senyawa seperti MnO2, H2ASO3, dan HASO42-
keadaan oksidasi sutu atom dalam suatu gabungan kimia adalah muatan listrik
atom itu, yang di hitung menurut suatu kaidah tertentu, istilah lain yang biasa
di gunakan untuk menyatakan keadan oksidasi ialah bilangan oksidasi atau
keadaan valensi. Dua kaidah dasar untuk menentukan keadaan oksidasi:
1. Dalam
senyawa ion biner, keadaan oksidasi ialah muatan per atom.
2. Dalam
senyawa kovalen atau non-ion, elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan
tidak sepenuhnya di alihkan dari unsur yang satu ke unsur yang lain tetapi di
miliki bersama oleh atom – atom yang saling berikatan.
Kaidah (1) dan (2) mempunyai beberapa
konsekuensi:
a.
Keadaan oksidasi unsur bebas dan yang
tidak bergabung ialah nol.
b.
Keadaan oksidasi hidrogen dalam senyawa
biasanya +1, kecuali dalam hal hibrida logam, di manan nilainya ialah -1.
c.
Keadaan oksidasi oksigen dalam senyawa
biasanya –Hm, kecualidalam peroksida, di mana nilainya adalah -1, atau di dalam
senyawa fluor, dimana nilai itu bisa positif.
d.
Hasil penjumlahan aljabar keadaan
oksidasi yang positif dalam seluruh atom dalam setiap molekul netral ialah nol.
e.
Hasil penjumlahan aljabar keadaan
oksidasi yang positif yang negatif dalam seluruh atom yang setiap ion sama
dengan muatan ion itu.
Jadi, oksidasi adalah pertambahan keadan
oksidasi, sedang reduksi ialah berkurangnya keadaan oksidasi.
2.2 Menyeimbangkan
Persamaan Oksidasi – Reduksi.
Prinsip oksidasi – reduksi merupakan
dasar dari pada dua metode sistematik untuk menyeimbangkan itu dapat di
laksanakan dengan metode ion – elektron atau dengan metode keadaan oksidasi.
Hasil – hasil utama suatu reduksi :
a.
Jika suatu logam yang mempunyai valensi
positif atau di oksidasi, keadaan oksidasi hasilnya sudah jelas.
b.
Jika hologen bebas di reduksi, hasil
reduksinya adalah ion hologenida (muatan = -1).
c.
Reduksi asam nitrat pekat menghasilkan
NO2, sedangkan reduksi asam
nitrat encer mungkin menghasilkan NO, N2, NH4+,
dan bergantung pada zat pereduksi dan tingkat keenceran asam itu.
d.
Ion pemanggonat, MnO4-
direduksi menjadi Mn2+ dalam yang nyata – nyat asam,
sebagaimana juga MnO2, hasil reduksi permanganat di dalam larutan
netral atau alkali mungkin MnO(OH), MnO2.
e.
Jika peroksida di reduksi, hasil reduksi
harus mengandung oksigen dalam keadaan oksidasi, -11, seperti dalam H2O
atau OH-, jika peroksida di oksidasi, akan terbentuk olsigen
molekul.
f.
Dikromat, Cr2O72-,
direduksi dalam larutan-larutan menjadi Cr3+.
(Ewing.1985 )
BAB III
METODELOGI PRATIKUM
3.1 Alat alat
1. Neraca digital
2. Labu ukur
3. Pipet tetes
4. Erlenmeyer
5. Spatula
6. Gelas kimia
7. Gelas Ukur
8. Buret
Bahan bahan
1. FeCL
2. H2SO4
3. KI 20%
4. TIO 1N
5. Kanji 1 gram
6. NaHCO3
3.2 Cara kerja
1. Di
timbang 2 gram FeCl dan di masukkan ke dalam labu ukur, di isi dengan aquadest
hingga mencapai batas 100 ml.
2. Di
ambil 2 ml larutan FeCl di masukkan kedalam erlenmeyar .
3. Ke
dalam Erlenmeyer di tambahkan 3 ml H2SO4 30% 5 ml, KI 2%
dan 1 gra NaHCO3 di biarkan 10 menit.
4. Di
tambahkan 10 ml aquadest kemudian di titrasi dari warna coklat menjadi kuning.
5. Larutan
hasil titrasi pertama di tambahkan 1 ml amilum dengan suhu 550C air
di panaskan dan di tambahkan 1 gram kanji dan di aduk hingga homogen, sampai
berubah menjadi hijau.
6. Kemudian
di titrasi sampai warna larutan menjadi bening di hitung % Fe dalam FeCl.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Cara Kerja
|
Volume Titrasi
|
Keterangan
|
1
|
FeCl + H2SO4 +
KI 20% + NaHCO3 + thio 0,1 N
|
0,8 ml
|
Larutan coklat kemerahan menjadi
kuning
|
2.
|
Hasil + larutan kanji
|
1,25 ml
|
Larutan kuning menjadi larutan bening.
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan FeCl2 di
tambahkan H2SO4 dan KI dan NaHCO3 dan di
titrasi dengan thio hasilnya larutan menjadi coklat kemerahan. Karena, pada
percampuran dengan larutan di atas di hasilkan perubahan dan volume titrasi
yang di hasilkan 0,8 ml.
Pada percobaan kedua hasil pada
percobaan pertama di tambahkan kanji dengan suhu yang teleh di atur yaitu 550C.
Kemudian di lakukan pentitrasian dengan hasil yang di peroleh larutan kuning
menjadi bening, karena terjadi perubhan dan titrasi yang di hasilkn 1,25 ml.
Fe2+
Fe3+ + e-
Mn4+ + 8H + +
5e-
Mn2+ +
4 H2O
Maka
oksidasi = Fe2+
Fe3+ + e-
Reduksi=
Mn4+ + 8H + + 5e-
Mn2+ +
4 H2O
= 5 Fe2+ + MnO-4 + 8 H+
Mn2+
+ 4H2O + 5Fe2+.
Pada
data dapat kadar % FeCl2 sebanyak 1,64 % dan setelah dicari berat
ekivalen ( BE ) maka dapat juga % Fe sebesar 0,7233 %.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Pada
percobaan menggunkan analisa reduksimeri dimana larutan baku atau titrannya
bersifat sebagai reduktor.
2. Yang
termasuk dalam analisa reduksimetri yaitu iodometri yang larutan bakunya
menggunakan larutan KO.
3. Dari
percobaan di peroleh % Fe yang terkandung dalam garam yaitu 0,7714 % dan FeCl
3,30 %.
4. Tujuan
penambahan amilum yaitu sebagai indikator Fe rubah warna.
DAFTAR PUSTAKA
-
Brady E. James. 1995. Kimia Universitas,
Jilid I. Bina Aksara : Jakarta.
-
Ewing.1985. Anlisa Jilid I. Erlangga :
Jakarta.
-
Mahan . 1975, Universitas Chermistry,
Edisi ketiga : Addision Wesley
LAPIRAN B
TUGAS
Soal
:
1. Sebutkan
pengertian kesetimbangan ?
2. Tuliskan
contoh reaksi kesetimbangan?
3. Sebutkan
factor factor yang mempengaruhi kesetimbangn reaksi?
4. Jelaskan
pengertian iodometri?
Jawab
:
1. Kesetimbanga
adalah reaksi bolak balik diman produk dapat di reaksi kembali menjadi bahan
begitu jga sebaliknya.
2. 2H2O
2H2O2
3. Suhu , tekanan, konsentrasi.
4. Idiometri
adalah analisa titrmetri secara tidak langsung untuk zat yang bersifat sebagai
oksidator seperti besi (III ) diman zat lain mengoksida yang di tambahkan bentuk
iodin.
0 Response to "Analisa Oksidometri/Reduktrometri"
Post a Comment