Makalah Kertas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pulp adalah bahan berupa serat berwarna putih yang
diperoleh melalui proses penyisihan lingnin dari biomasa. Di negara kita
banyak terdapat berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti
akasia, pinus, bambu, padi dan lain-lain
, yang dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan pulp, dimana bahan
baku yang sebagian besar digunakan adalah dari kayu-kayuan. Kekurangan
pemasokan bahan baku kayu untuk produksi pulp yang disebabkan oleh isu
lingkungan menyebabkan naiknya harga kertas. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
harus dicari bahan baku alternatif untuk menghasilakn pulp (Johanson, dkk,
1987).
Jerami Padi adalah salah satu bahan baku utama yang
digunakan untuk produksi pupl dan kertas. Dalam konteks masa depan, jerami padi
akan memainkan peranan yang penting dalam industri pupl, khususnya
negara-negara berkembang yang mempunyai suplemen batas kayu, sementara bahan
selain kayu banyak tersedia. Jerami padi merupakan salah satu bahan baku
potensial yang tersedia dibeberapa negara didunia. Penelitian tentang
pemanfaatan jerami padi sebagai bahan baku pulp dan kertas yang telah dilakukan
kebanyakan menggunakan proses organosolv.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pulp yang dihasilkan
jerami padi tidak kalah dengan pulp dari bahan lainnya. Selain itu juga
memiliki beberapa keuntungan , diantaranya ramah lingkungan (Mierly, dkk,
1981).
Selama ini proses konvensional banyak digunakan dalam
pembuatan pulp, dimana proses tersebut terdiri dari tiga metode, yaitu metode
mekanis, metode semi kimia, dan metode kimia. Diantara ketiga metode tersebut
paling sering digunakan adalah metode kimia dengan menggunakan proses kraft
tetapi karena rendeman pulp masih rendah
maka dikembangkanlah proses alternatif lain, proses tersebut adalah proses
organosolv, yaitu pemprosesan menggunakan pelarut organik. Prinsipnya adalah
melakukan fraksionasi biomasa menjadi komponen utama penyusunnya (selulosa,
hemiselulosa, dan lignin ) tanpa banyak merusak ataupun mengubahnya dan dapat diolah
lelbih lanjut menjadi produk yang dapat dipasarkan.
Kelebihan dari proses organosolv
dibandingkan dengan proses konvensional adalah :
1.
Berdampak
kecil bagi lingkungan yaitu tidak menimbulkan pencemaran seperti gas-gas yang
disebabkan oleh belerang.
2.
Cairan
pemasak (pelarut organik) bekas dapat digunakan kembali, setelah dimurnikan
terlebih dahulu.
3.
Produk
samping mempunyai daya jual seperti glukosa, heksosa, fulfural, adhesive, serta
bahan-bahan kimia ( Jiemenez, dkk, 1997)
Berbagai pelarut organik yang dapat
digunakan sebagai media delignifikasi
antara lain alkohol, asam amina, glikol, keton, ester, dan turunan penol
(Johannes, dkk, 1977).
Salah satu pelarut organik yang
dikembangkan pemakaiannya adalah etanol. Pembuatan pulp dari jerami padi dengan
proses etanol diharapkan dapat menghasilkan pulp dengan kandungan lignin rendah
dan kandungan selulosa tinggi.
1.2 Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencari kondisi optimum proses
delignifikasi, yaitu pengaruh temperatur pemasukan, pengaruh waktu pemasakan,
dan pengaruh konsentrasi katalis NaOH, untuk memperoleh pulp dengan kandungan
selulosa lebih besar dari 90% sehingga memenuhi syarat bahan baku pembuatan
selulosa asetat.
1.3 Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapt memberikan manfaat, antara
lain dapat diperoleh kondisi optimum proses delignifikasi sehingga memberikan
alternatif baru bagi pengolahan limbah jerami padi , menjadi bahan baku kimia,
salah satunya bahan baku pembuatan kertas, yaitu pulp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Padat Jerami Padi
Jerami Padi merupakan biomassa dengan
kandungan selulosa terbesar, disamping hemiselulosa dan lignin dalam jumlah
yang lebih kecil. Perbandingan komposisi kimia jerami padi dengan beberapa
biomassa lainnya dapat dilihat pada komposisi kimia jerami padi dengan beberapa
biomassa lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Komposisi Kimia beberapa Biomassa
Biomassa
lignoselulosa
|
Selulosa
(% Berat)
|
Hemiselulosa
(% Berat)
|
Lignin
(% Berat)
|
Abu
(% Berat)
|
Sekam Padi
|
58,852
|
18,03
|
20,9
|
0,6-1
|
Jerami
gandum
|
29-37
|
26-32
|
16-21
|
4-9
|
Jerami Padi
|
28-36
|
23-28
|
12-16
|
15-20
|
Tandan
Kosong Kelapa sawit
|
36-42
|
25-27
|
15-17
|
0,7-6
|
Ampas tebu
|
32-44
|
27-32
|
19-24
|
1,5-5
|
Bambu
|
26-43
|
15-26
|
21-31
|
1,7-5
|
Rumput
Esparto
|
33-38
|
27-32
|
17-19
|
6-8
|
Kayu Keras
|
40-45
|
7-14
|
26-43
|
1
|
Kayu lunak
|
38-49
|
19-20
|
23-30
|
1
|
Sumber :
Mierly, (1981)
2.2 Komponen-Komponen Lignoselulosa
Komponen-komponen yang terdapat dalam
jerami padi terdiri dari berbagai komponen penyusun, diantaranya adalah
komponen-komponen lignoselulosa yang terdiri dari komponen-komponen sebagai
berikut :
2.2.1 Seluosa
Selulosa merupakan komponen biomasa terbesar , berfungsi sebagai pembentuk
struktur utama dinding sel tumbuhan. Selulosa adalah polisakarida yang tersusun
atas β – D glukopiranosa yang terikat satu sama lainnya dengan ikatan-ikatan
glikosida (C-O-C). Molekul-molekul selulosa membentuk mikrofibril, yang
memiliki bagian yang sangat teratur (kristalin) dengan diselingi bagian yang
kurang teratur (amorft) . Rumus kimia untuk ikatan 1,4 – β – D – Glukopiranosa
masing-masing diperlihatkan pada gambar 2.1a dan 2.1b.
Gambar 2.1a . Ikatan 1,4 – β – D – Glukopiranosa
Gambar 2.1a . Ikatan 1,6
– β – D – Glukopiranosa
Gambar 2.2 Struktur Selulosa
Permukaan rantai-rantai selulosa
penuh dengan gugus-gusu OH. Gugus-gugus –OH
tersebut tidak hanya menentukan struktur supra molekul tetapi juga
menentukan sifat fisika dan kimia selulosa. Sifat-sifat mekanik lembaran pulp
atau kertas ditentukan oleh ikatan antar serat yang dihasilkan oleh ikatan
–H antara permukaan –permukaan serat (
Fengel D, 1983). Sifat-sifat permukaan serat, terutama jumlah gugus-gugus OH
yang dapat membentuk ikatan antar serat menentukan kekuatan suatu lembaran dan
tergantung pada proses isolasi ( Fengel D, 1983).
Rumus kimia dari selulosa adalah (C6H10O5)n
, dengan n sebagai jumlah pengulangan unit-unit gula atau ukuran rantai polimer
yang dinyatakan dengan derajat polimerisasi (DP) . Besarnya derajat polimerisasi
selulosa bervariasi menurut asal selulosa dan pengolahan yang dilakukan. Pulp
komersial biasanya diperoleh dari bahan kayu dengan selulosa yang memiliki DP
berat rat-rat 600- 1500. Struktur selulosa secara umum diperhatikan pada Gambar
2.2.
Selulosa tidak larut dalam
kebanyakan pelarut, tetapi dapat dilarutkan oleh beberapa asam pekat,
seperti : asam sulfat (72%) , asam
klorida( 41%), dan asam trifluoro asetat (100%). Asam maupun enzim dapat
menghidrolisis selulosa menjadi monosakarida. Umumnya kenaikan temperatur dan
tekanan dapat meningkatkan laju hidrolisis oleh asam. Adanya lignin dan
hemiselulosa di selulosa merupakan penghambat terhidrolisisnya selulosa (
Fengel. D, 1983).
2.2.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida tetapi berbeda dengan
selulosa, karena memiliki berbagai unit gula, rantai molekul yang lebih pendek,
dan adanya percabangan rantai molekul. Komposisi dan jenis monomer hemiselulosa
berbeda-beda untuk berbagai jenis tanaman. Manosa merupakan monomer terbanyak
dalam hemiselulosa kayu lunak, diikuti oleh selulosa, glukosa, galaktosa, dan
arabinosa. Pada kayu keras, selilosa merupakan monomer utama hemiselulosa,
diikuti dengan manosa, glukosa, galaktosa, serta sejumlah kecil arabinosa. Gula
penyusun hemiselulosa sama seperti gula penyusun selulosa yaitu glukosa,
manosa, galaktosa, arabinosa, dan asam glukonat. Beberapa sifat hemiselulosa
antara lain sedikit larut dalam air, larut dalam mineral encer, alkali encer,
dan pelarut organik. (Susanto, 1998).
2.2.3
Lignin
Lignin merupakan komponen makromolekul ketiga yang
terdapat dalam biomassa, berfungsi sebagai pengikat antar serat. Kandungan
lignin dalam biomassa bervariasi menurut spesies dan bagian tanaman. Kebanyakan
biomassa kayu mempunyai kandungan lignin antara 20-40%.
Struktur molekul lignin terdiri dari sistem aromatik yang
tersusun atas unit-unit fenilpropan. Rumus sturktur lignin dapat digambarkan
dengan 16 unit fenilpropan yang menunjukkan sebagian makromolekul lignin. Berat
molekul lignin bisa mencapai 11.000 dengan kandungan unit fenilpropan sekitar
60.
Pengisolasian lignin dapat dilakukan dengan hidrolisis
dan ekstraksi atau dengan mengubahnya menjadi turunan lignin yang dapat larut.
Beberapa sifat lignin antara lignin antara lain tidak larut dalam air, asam
mineral, dan larut parsial dalam asam organik pekat, dan larutan alkali encer.
( Susanto, 1998),
2.3 Proses Pembuatan Pulp
Secara Konvensional
Sebagian besar pulp
yang diproduksi didunia pada saat ini (80%) menggunakan proses kraft, hanya
sebagian kecil yang menggunakan proses kraft. Cairan pemasak yang digunakan
pada proses kraft adalah NaOH ditambah dengan pemasak aliran bawah vertikal,
pada temperatur 160- 180oC , tekanan 7-11 bar dan waktu pemasakan
4-6 jam.
Setelah pemasakan , pulp dan lindi pemasak (lindi hitam)
dikeluarkan dari bagian bawah bejana pada tekanan yang diturunkan masuk kedalam
tangki penghembus. Kotoran ukuran besar yang tidak cukup masak (mata kayu)
disaring pada penyaring mata kayu dan dikembalikan kedalam bejana untuk
pemasakan ulang, lalu lindi pamasak bekas dikeluarkan . Setelah pencucian pulp
dengan arus yang berlawanan diproses lebih lanjut sedikit dan akhirnya dikentalkan
dan disimpan untuk diproses lebih lanjut.
Keuntungan –keuntungan proses kraft adalah :
·
Selektivitas
delignifikasi lebih tinggi
·
Sifat-sifat
pulp lebih baik
·
Pemulihan
bahan kimia lebih sederhana
Selain itu, kerugian –kerugian dari penggunaan proses kraft adalah :
·
Rendemen
pulp rendah
·
Warna
pulp yang gelap
·
Memerlukan
proses belaching yang sangat efisiensi
Bahan baku
|
Mata Kayu
|
Pemutihan Bahan Kimia
|
Bejana Pemasak
|
Bejana Pemasuk
|
Tangki Penghembus
|
Pembersih Mata Kayu
|
Pencuci
|
Air Pencuci
|
Penyaring Pembersih
|
Kotoran
|
Pengentalan
|
Wadan Pulp Lebih Lanjut
|
Gambar 2.5 Proses Kraft
(Sjostrom Eoro, 1995)
2.4 Pembuatan Pulp dengan Pelarut Organik
Pembuatan pulp dengan menggunakan
pelarut organik telah menjadi metode alternatif : bagi proses –proses pembuatan
pulp konvensional. Proses pembuatan pulp dengan pelarut organik dapat dilihat
pada gambar 2.6.
Proses Organoslov
|
Selulosa
|
Hemiselulosa
|
Lignin
|
Pemisahan Produk dan Pemulihan Pelarut
|
Gambar
2.6 Skema pembuatan Pulp dengan pelarut organik (Johannes, dkk, 1987)
Pelestarian
terhadap pelestarian lingkungan dan konservasi sumber daya alam turut mendorong
berkembangnya penggunaan pelarut organik sebagai media delignifikasi. Pembuatan
pulp dengan pelarut organik dikembangkan berdasarkan pemisahan selektif dari
komponen utama biomassa (selulosa, hemiselulosa, dan lignin), melalui perbedaan
sifat kimia komponen penyusunnya.
Berbagai pelarut organik
yang dapat digunakan sebagai delignifikasi anatara lain : Alkohol, asam amina,
glikol, ester, fenol, dan turunan fenol (Johannson, dkk, 1987). Pelarut organik
yang pertama kali digunakan untuk proses pembuatan pulp ialah Etanol-HCl yang
digunakan oleh klason pada tahun 1893, kemudian pulp dengan menggunakan
campuran etanol-air dan metanol-air tanpa penambahan katalis, tetapi dield pulp
sangat rendah dan merendukan temperatur yang tinggi (Jimenez, dkk.1997).
Kemudian sarkanen (1990),
mengembangkan proses tersebut dengan penambahan sedikit katalis NaOH (7-12%),
dengan menambahkan katalis tersebut dapat menurunkan temperatur reaksi sampai
30oC.
Keuntungan proses etanol adalah :
1. Menghasilkan
produk samping yang mempunyai daya jaul
2. Ramah
lingkungan ( tidak menimbulkan bau;)
3. Cairan pemasak mudah unutk dipulihkan kembali
Disamping proses etanol terdapat juga proses lain yaitu
proses asam asetat, dimana keuntungan dari proses asam asetat itu adalah :
1.
Keluwesan
dalam pengoperasian , dapat dilakukan pada tekanan dan temperatur rendah atau
tinggi dan dapat dilakukan dengan atau tanpa katalis
2.
Selektivitas
delignifikasi yang baik untuk mempertahankan selulosa.
Dibandingkan dengan proses etanol, proses aam asetat ini
tidak jauh berbeda dalam hal keuntungan dibidang lingkungan. Namun saat ini
para peneliti mencoba mengembangkan proses etanol. Seperti yang dilakukan oleh El-Shakawy, dkk,
(1995), konsentrasi etanol yang digunakan untuk proses pembuatan pulp adalah
50%, dengan temperatur operasi 175oC. Adanya sejumlah kecil etanol ternyata mampu
memberikan pemisahan yang selektif dan tercapai derajat delignifikasi dengan
baik. Katalis yang banyak digunakan adalah NaOH .
Pengkajian penggunaan etanol berkatalis NaOH sebagai
media delignifikasi biomassa telah dilakukan oleh para peneliti. Hasil –hasil
penelitian menunjukkan bahwa etanol berkatalis NaOH mampu memberikan pemisahan
yang efisien bagi komponen bimoassa dalam satuan proses tahap tunggal.
Delignifikasi dan hidrolisis hemiselulosa terjadi secara serempak , tetapi
masih memebrikan seletifitas yang baik dalam menjaga selulosa.
Perolehan dan komposisi kimia pulp dipengaruhi proses
delignifikasi dan degradasi polisakarida. Upaya-upaya memaksimalkan
delignifikasi dan menghindari terdegradasinya selulosa akan menghasilkan pulp
yang kaya akan selulosa , dan kandungan lignin yang rendah.
2.4.1
Delignifikasi
Berkurangnya
kandungan lignin dalam bimoassa setelah pemasakan dalam pembuatan pulp ,
menunjukkan terjadinya proses delignifikasi selama proses dilakukan . Kandungan
lignin dalam pulp untuk proses-proses komersial secara sederhana dan cepat
diperkirakan dengan kandungan lignin dalam pulp bervariasi menurut biomassa dan
proses yang digunakan.
Keberhasilan proses
delignifikasi biomassa dapat diukur dengan derajat delignifikasi dan
selektifitas yang dicapai. Derajat delignifikasi menunjukkan derajat banyaknya
lignin yang berhasil dalam fraksionasi , selektifitas menunjuk adanya
polisakarida ( terutama selulosa) yang ikut terdegradasi pada suatu derajat
delignifikasi tertentu.
Peningkatan temperatur
dan konsentrasi katalis tidak hanya mempercepat laju delignifikasi oleh media
asam asetat , tetapi juga mendorong reaksi repolimerisasi. Repolimerisasi
lignin yang telah larut menyebabkan kandungan lignin dalam pulp masih tinggi
dan merupakan penghambat proses delignifikasi. Pelarutan dan kondensasi
lignin(repolimerisasi) juga bergantung pada keadaan alami lignin dalam biomassa,
seperti pada kayu lunak, unit pembentukan ligninnya lebih reaktif sehingga
sulit untuk disisihkan dan cenderung membentuk reaksi repolimerisasi reaksi
repolimerisasi pada temperatur tinggi.
2.4.2
Degradasi Polisakarida
Selama pemprosesan
biomassa dalam median etanol berlangsung , selain terjadi proses delignifikasi,
sebagian polisakarida juga terdegradasi . Degradasi polisakarida ini disebabkan
terhidrolisisnya hemiselulosa oleh asam. {roduk hidrolisis hemiselulosa
merupakan monosakarida yang larut dalam cairan pemasak. Selain itu fulfural
juga dapat terbentuk sebagai akibat terdekomposisi produk gula hemiselulosa
yang dihasilkan (Kin, 1990). Walaupun menghasilkan produk samping yang dapat
dipasarkan , sebenarnya degradasi polisakarida juga harus diperhatikan agar
tidak sampai terjadi pada selulosa. Vasques, dkk(1993) menyarankan bahwa untuk
melakukan optimasi perolehan pulp juga harus memperhatikan hidrolisis
polisakarida.
2.5
Faktor-faktor Yang Terdapat Dalam Pembuatan Pulp
Pembuatan pulp
dengan etanol baik dengan katalis atau tanpa katalis meliputi dua proses yang
berlangsung secara serempak yaitu
delignifikasi dan degradasi polisakarida. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedua
proses tersebut adalah :
2.5.1
Konsentrasi Etanol
Pemakaian etanol
sebagai media delignifikasi akan mampu melarutkan lignin dengan baik jika
digunakan pada konsentrasi tertentu. Untuk pemasakan kayu keras menggunakan
etanol dan katalis NaOH , dimana konsentrasi etanol yang dipakai adalah
50%-60%.
2.5.2
Nisbah Cairan/ Padatan
Nisbah cairan /padatan
menentukan kapasitas pemprosesan yang bisa dilakukan (jumlah bimoassa dan bahan
kimia yang digunakan). Meningkatnya nisbah cairan / padatan mengakibatkan
bertambahnya jumlah air dalam cairan pemasak, kelebihan air menyebabkan
hemiselulosa mudah larut dalam cairan pemasak, sedangkan fraksi lignin menjadi
sulit untuk dilakukan.
2.5.3
Konsentrasi Katalis
Penambahan sejumlah
kecil katalis dapat memepercepat laju delignifikasi dan proses dapat dilakukan
dengan temperatur yang rendah. Konsentrasi katalis dapat mempengaruhi
selektivitas delignifikasi dalam etanol. Selain itu, peningkatan konsentrasi
katalis dapat mempercepat laju delignifikasi biomassa. Hal ini telah dibuktikan
oleh Sarkane, 1990, yang melakukan delignifikasi terhadap kayu kapas dengan menggunakan
metanol-air sebagai pelarut dari katalis H2SO4.
2.5.4
Temperatur Reaksi
Dari persamaan Arhenius dibawha ini :
-Eo/RT
K= Ko
Menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur reaksi maka
semakin konstanta laju delignifikasi akan semakin meningkat, sehingga pada
temperatur yang tinggi maka semakin banyak lignin yang dapat disisihkan dari
biomassa. Sealin meningkatnya laju
legnifikasi pada temperatur yang tinggi, juga sebagian polisakarida akan
terdegradasi (Vasquess,dkk, 1993).
2.5.5
Waktu Reaksi
Vasques, 1993
menemukan bahwa semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak lignin yang
tersisihkan dari biomassa , sehingga kandungan lignin dalam pulp semakin
berkurang.Untuk waktu yang lebih lama, kandungan lignin dalam pulp mempunyai
kecenderungan untuk meningkat kembali.
2.5.6
Ukuran Biomassa
Ukuran bimassa
berhubungan dengan kemampuan pemasukan (penetrasi) dan difusi cairan kedalam
biomassa. Benard,dkk ,(1994), menemukan bahwa biomassa yang lebih tipis maka
akan semakin mudah untuk disihkan dengan kandungan ligninnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa:’
1.
Pulp
adalah bahan berupa serat berwarna putih yang diperoleh melalui proses
penyisihan lingnin dari biomasa.
2.
Jerami
Padi adalah salah satu bahan baku utama yang digunakan untuk produksi pupl dan
kertas.
3.
Komponen-komponen
yang terdapat dalam jerami padi terdiri dari berbagai komponen penyusun,
diantaranya adalah komponen-komponen lignoselulosa yang terdiri dari
komponen-komponen selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
4.
Faktor-faktor
yang terdapat dalam pembuatan industri kertas adalah konsentrasi etanol, nisbah
cairan, konsentrasi katalis, temperatur reaksi, waktu reaksi, dan ukuran
biomassa.
0 Response to "Makalah Kertas"
Post a Comment