Mata Kuliah Neraca energi
BAB V
PENGERTIAN DASAR NERACA ENERGI
5.1 Definisi
5.1.1 Sistim dan lingkungan
Sistim adalah bagian tertentu
dan terbatas dari alam semesta yang menjadi objek tinjauan. Lingkungan dari sistim
merupakan bagian dari alam semesta yang ada diluar batas-batas sistim.
5.1.2 Sistim terbuka dan sistim tertutup
1. Suatu sistim disebut terbuka apabila terdapat aliran atau pertukaran massa antara sistim dan
lingkungannya.
2. Sebaliknya, jika tidak ada aliran maupun
pertukaran massa antara sistim dengan lingkungannya maka disebut sistim tertutup.
5.1.3 Sifat ekstensif dan sifat intensif
Sifat milik (property): karakter suatu bahan yang dapat diukur, seperti
tekanan, volume, temperatur atau dapat dihitung (jika tidak dapat diukur
langsung), seperti energi. Sifat suatu sistim bergantung terhadap kondisi
sistim tersebut pada setiap waktu pengamatan, tidak bergantung terhadap apa
yang telah terjadi pada sistim tersebut.
ü
Sifat ekstensif
(variable, parameter): sifat yang berbanding lurus dengan kuantitas bahan di
dalam sistim, seperti: volume, massa
dan energi.
ü
Sifat intensif
(variable, parameter): sifat yang tidak tergantung kepada kuantitas atau jumlah
bahan di dalam sistim, seperti: temperatur, tekanan, densitas, komposisi,
volume spesifik (= densitas-1).
5.1.4 Keadaan (state)
Keadaan suatu sistim adalah
sekumpulan sifat dari suatu bahan pada suatu waktu tertentu. Keadaan suatu
sistim tidak bergantung terhadap
bentuk atau konfigurasi sistim, tetapi hanya bergantung pada sifat intensifnya.
ü
Keadaan tunak atau stasioner (steady state);
Sistim dikatakan berada dalam keadaan tunak apabila di setiap titik ruang
di dalam sistim sifat-sifat intensifnya tidak berubah terhadap waktu.
ü
Keadaan tidak tunak atau dinamik (unsteady state);
Suatu sistim dikatakan berada dalam keadaan tidak tunak, apabila harga sifat-sifat
intensif sistim tersebut di setiap titik kedudukan berubah terhadap waktu.
Dari segi persoalan neraca energi, suatu sistim berada pada keadaan tunak
apabila temperatur dan tekanan di setiap titik kedudukan di dalam sistim
harganya tidak berubah dengan waktu. Keadaan tunak tidak berarti homogen. Sistim
yang sifat-sifat intensifnya homogen dapat berada dalam keadaan tunak maupun
tidak.
5.1.5 Proses
Proses didefinisikan sebagai suatu
urutan kejadian atau alur kejadian yang dialami suatu sistim sehingga
keadaannya berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain.
ü
Proses isobar
Suatu proses isobar apabila urutan kejadiannya berlangsung pada keadaan
tekanan tetap.
ü
Proses isotermal
Suatu proses isotermal apabila urutan kejadiannya berlangsung pada temperatur
tetap.
ü
Proses
isokhorik
Suatu proses isokhorik apabila urutan kejadiannya berlangsung pada volume
tetap.
5.1.6 Fungsi keadaan (state function)
Fungsi keadaan merupakan suatu
fungsi yang harganya semata-mata ditentukan oleh keadaan sistim dan tidak bergantung
pada proses (alur kejadian) bagaimana keadaan tersebut dicapai.
Contoh 5.1:
Untuk gas ideal: merupakan suatu fungsi
keadaan. Apabila T = T1 dan V = V1,
maka . Apabila T dan V diubah menjadi T2 dan V2,
maka tekanannya juga akan ikut berubah: . Harga tekanan tersebut tidak bergantung pada proses yang
membawa perubahan dari keadaan T1,
V1 menjadi T2 dan
V2.
5.1.7 Kesetimbangan
Suatu sistim disebut berada dalam kesetimbangan secara termodinamik
apabila keadaan sistim tersebut tidak berubah dengan waktu, dan jika keadaan
sistim tersebut diganggu sedikit maka sistim dapat dengan mudah kembali ke
keadaan semula. Oleh karena itu, suatu sistim berada dalam kesetimbangan
apabila sistim tersebut tidak hanya ada dalam keadaan tunak tetapi juga tidak
mempunyai kecenderungan berubah mendadak untuk merubah keadaannya.
5.2 Sistim Satuan
Dalam sistim internasional (SI), satuan dasar energi adalah joule (J)
yang didefinisikan sama dengan satu kilogram meter kuadrat per detik kuadrat. Konversi
satuan energi lain terhadap J dapat dilihat di bawah ini.
1 J = 1 N.m = 1
kg.m2/det2
1 thermochemical kkal =
4,184 x 103 J
1 International Table kkal = 4,1868 x 103
J
1 kilowatt jam
(kWh) = 3,6 x 106 J
1 thermochemical Btu = 1,05435 x 103
J
1 International Table Btu = 1,055056 x 103
J
1 ft.lbf
= 1,355818 J.
Satuan dasar temperatur dalam
SI adalah satuan temperatur termodinamik, derajat Kelvin (K). Sedangkan
satuan dasar temperatur dalam American
Engineering System (AE) adalah derajad Rankine (oR), dimana
interval 1 oR sama dengan 5/9 K. Satuan temperatur yang sering
digunakan di US adalah skala Fahrenheit (oF).
5.3 Bentuk-bentuk Energi
5.3.1 Energi potensial
Energi potensial merupakan suatu bentuk energi yang tersimpan di dalam
suatu massa berkaitan dengan suatu kedudukan relatif
benda (suatu kedudukan benda terhadap kedudukan referensi), bila benda tersebut
berada dalam suatu medan
grafitasi yang uniform.
Gambar 5.2
Kedudukan relatif benda terhadap referensi
Energi potensial
dapat dihitung dengan persamaan:
Ep = mgh
(5.1)
Ep/m = gh atau Êp
= gh (5.2)
dalam hal ini: g =
gaya gravitasi
m = massa benda
z =
ketinggian
Êp
= energi potensial per satuan massa
(energi potensial spesifik).
Contoh 5.2:
Air dipompakan dari suatu tangki
penyimpan ke tangki yang lain berjarak 300 ft, seperti terlihat pada Gambar 5.3. Tinggi permukaan cairan tangki pertama dengan
permukaan cairan pada tangki yang kedua adalah 40 ft. Berapakah energi potensial dalam satuan
Btu/lbm?
Gambar 5.3 Energi
potensial karena kedudukan relatif sistim perpipaan
Penyelesaian:
Sebagai rujukan ditetapkan pada
permukaan cairan di tangki pertama, h = 40 ft.
Êp = gh
=
= 0,0514 Btu/lbm
5.3.2 Energi kinetik
Energi kinetik merupakan suatu bentuk energi yang terkandung dalam suatu
benda bermassa yang bergerak, diukur terhadap kandungan energinya bila dalam
keadaan diam. Besarnya energi kinetik dapat dihitung dengan persamaan:
Ek = ½ mv2 (5.3)
= ½ v2 atau Êk
= ½ v2 (5.4)
dengan: v =
laju gerak linier seluruh tubuh benda
Êk
= energi kinetik spesifik (energi
kinetik per satuan massa)
Contoh 5.3:
Air dipompakan dari suatu tangki
melalui pipa berdiameter (inside diameter)
3 cm dengan laju alir 0,001 m3/detik. Berapakah energi kinetik
spesifik air tersebut?
Penyelesaian:
Gambar 5.4 Sistim aliran fluida
Anggap berat jenis air, ρ = 1000 kg/m3
r = ½ (3
cm) = 1,5 cm
Luas penampang
pipa bagian dalam:
A
= π r2
= π (1,5)2 cm2 = 7,068 cm2
= 1,415 m/det
5.3.3 Energi dalam
Energi dalam (U) merupakan energi
yang terkandung di dalam benda bermassa yang terkait dengan energitika atom dan
molekul yang menyusun benda itu. Energi dalam merupakan suatu sifat ekstensif
karena harganya bergantung pada massa
(kuantitas) sistim. Akan tetapi energi dalam adalah suatu fungsi keadaan,
sehingga harganya terdefinisi secara pasti oleh keadaan sistim.
Untuk menghitung energi dalam per satuan massa diperlukan variabel-variabel lain yang dapat diukur
seperti tekanan, volume, temperatur dan komposisi. Apabila merupakan fungsi T dan , maka:
= (T, ) (5.5)
diperoleh turunan:
(5.6)
dengan: = kapasitas panas pada volume tetap = Cv
sangat kecil jika dibandingkan dengan , sehingga
perubahan energi adalah:
(5.7)
Energi dalam bukan merupakan
nilai absolut, tetapi nilai relatif terhadap keadaan rujukan, jadi yang dapat
dihitung hanya perbedaan energi dalam.
5.3.4 Kerja
Kerja didefinisikan sebagai hasil kali gaya
dan jarak lintasan benda yang dikenakan pada gaya tersebut.
(5.8)
Apabila suatu
sistim melakukan kerja ke lingkungannya, maka sebagian energi sistim berpindah
ke lingkungan atau sebaliknya.
Perhatikan
sebuah silinder dengan luas penampang A,
diberikan gaya
sebesar F, piston akan bergerak
sejauh dz.
|
Gambar 5.5 Kerja piston akibat gaya
Contoh 5.4:
Suatu gas ideal pada temperatur 300 K
dan tekanan 200 kPa tertutup di dalam sebuah silinder. Gas secara perlahan
mendesak piston ke atas sehingga volume gas berkembang (ekspansi) dari 0,1
menjadi 0,2 m3 (lihat Gambar 5.6). Hitunglah kerja yang dihasilkan
oleh gas tersebut terhadap piston pada dua keadaan yang berbeda: (a) ekspansi
terjadi pada tekanan tetap (P = 200 kPa) dan (b) ekspansi terjadi pada
temperatur tetap (T = 300 K).
Gambar 5.6
Kerja gas akibat ekspansi
Penyelesaian:
(a).
= = -20.103 J = -20 kJ
(b).
n =
Apabila
digambarkan dalam P-V plot:
Gambar 5.7 Kerja gas akibat
ekspansi dalam P-V plot
5.3.5 Panas
Apabila suhu suatu benda T2
ditempatkan di lingkungan bersuhu T1
dan T2>T1, maka suhu benda akan
turun dan suhu lingkungan akan naik. Terjadi perpindahan energi dari benda ke
lingkungan. Bentuk energi yang terpindahkan karena perbedaan suhu disebut panas
(Q).
Panas dapat dipindahkan secara konduksi, konveksi dan radiasi. Besarnya
perpindahan panas (Q) sebanding
dengan luas perpindahan panas (A) dan
perbedaan temperatur antara sistim (T2)
dan lingkungan (T1).
Q = U A (T2 – T1)
(5.10)
dalam hal ini: U = koefisien perpindahan panas yang
diperoleh dari hasil percobaan.
5.3.6 Entalpi
Entalpi didefinisikan sebagai kombinasi energi dalam dan kerja:
H = U +PV (5.11)
Untuk suatu
komponen murni, entalpi per unit massa
untuk fasa tunggal dapat dinyatakan dalam besaran temperature dan tekanan:
Ĥ
= Ĥ (T, P) (5.12)
dengan mengambil
diferensial total Ĥ maka:
(5.13)
dengan: = kapasitas panas pada
tekanan tetap = Cp
Perubahan entalpi dapat
dihitung dengan integrasi persamaan (5.13):
(5.14)
5.3.7 Rangkuman
Energi dapat dipindahkan dari sistim ke lingkungan atau sebaliknya melalui
berbagai mekanisme:
Penyebab
|
Mekanisme
|
Bentuk energi
|
Ö
Aliran
bahan dan perpindahan massa
|
konveksi
|
Ep, U, Ek
|
Ö
Beda temperatur
|
konduksi
|
Q
|
Ö
Gerak mekanis (poros, ekspansi, kompresi)
|
mekanik
|
W
|
Ö
Radiasi
elektromagnetis yang mengenai sistim atau memancar dari sistim
|
radiasi
|
Q
|
5.4 Hukum Konservasi Energi
5.4.1 Hukum dasar konservasi energi
Karena energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat disirnakan, maka
untuk suatu sistim (dalam suatu control
volume) dalam suatu kurun waktu tertentu, persamaan neraca energi:
(5.15)
Untuk menentukan energi masuk dan keluar sistim
perlu mengenal bentuk energi dan mekanisme bagaimana energi tersebut masuk dan
keluar sistim.
Dalam menentukan besarnya energi yang
terakumulasi di dalam sistim, perlu mengenal bentuk energi yang tersedia di
dalam sistim dan bagaimana suatu bentuk energi berubah ke bentuk energi lain.
5.4.2 Persamaan umum neraca energi
Bentuk persamaan umum neraca energi merupakan rumusan kuantitatif hukum konservasi
energi (hukum pertama termodinamika). Perhatikan sistim pada Gambar 5.8 berikut:
Gambar 5.8 Sistim terbuka dengan inlet tunggal dan outlet tunggal
Sistim memiliki pipa masuk pada ketinggian relatif terhadap bidang
rujukan (datum plane) z1 dan sebuah pipa keluaran
dengan ketinggian z2. Pada
waktu t, pusat massa sistim terletak pada ketinggian z dan bergerak dengan kecepatan v.
Massa masuk ke sistim melalui pipa masuk
dengan laju alir massa dm1/dt dan
meningalkan sistim dengan laju alir massa dm2/dt dan pada waktu t tersebut
total massa sistim
adalah m. Fluida masuk memiliki energi dalam persatuan massa , temperatur T1,
kecepatan v1, tekanan P1, dan volume persatuan massa . Fluida keluar memiliki energi dalam persatuan massa , temperatur T2,
kecepatan v2, tekanan P2 dan volume spesifik . Pada saat yang sama sistim memiliki energi dalam
spesifik , panas ditambahkan ke dalam sistim pada laju dQ/dt dan kerja dilakukan sistim ke
lingkungan dengan laju dW/dt.
(Û1 + gz1 + ½ v12)
dm1/dt + dQ/dt (5.16)
Laju
energi keluar sistim:
(Û2 + gz2 + ½ v22) dm2/dt + dW/dt (5.17)
Laju
energi terakumulasi di dalam sistim pada waktu t adalah:
{(Û + gz + ½ v2) m} (5.18)
Persamaan
neraca energi menjadi:
(Û1 + gz1 + ½ v12) dm1/dt – (Û2 + gz2 + ½ v22) dm2/dt + dQ/dt – dW/dt
= (Û + gz + ½ v2) dm/dt (5.19)
Untuk sistim
dengan j aliran masuk dan k aliran keluar, persamaan neraca energi
dapat ditulis:
(5.20)
5.4.3 Sistim-sistim keadaan tunak
Pada keadaan tunak tidak ada akumulasi massa , sehingga:
(5.21)
dmj/dt dan dmk/dt dapat diganti dengan Fj dan Fk, sehingga
persamaan neraca energi sistim terbuka pada keadaan tunak menjadi:
(5.22)
5.4.4 Sistim tertutup
Fk = Fj = 0, untuk semua k dan j, sehingga persamaan neraca energi untuk sistim tertutup:
(5.23)
Persamaan
(5.23) diintegrasi, diperoleh:
Q – W = [ΔÛ + gΔz + ½ ]m (5.24)
Hal
penting untuk diingat bahwa untuk sistim tertutup massa sistim adalah konstan.
5.4.5 Sistim terisolasi
Suatu sistim disebut terisolasi apabila sistim tersebut tidak terjadi
perpindahan panas dan kerja, sehingga Q =
W = 0, maka persamaan (5.24)
menjadi:
(5.25)
0 Response to "Mata Kuliah Neraca energi"
Post a Comment