Mk Neraca Energi
BAB VI
NERACA ENERGI UNTUK SISTIM TANPA REAKSI KIMIA
6.1 Tabel Kukus (Steam Tabels)
Pada tekanan tertentu
air dalam keadaan cair di bawah titik didihnya atau di bawah temperatur jenuh
disebut cairan tidak jenuh (unsaturated
liquid), sedangkan pada titik didihnya disebut cairan jenuh (saturated liquid). Uap yang dihasilkan
pada titik didihnya disebut uap jenuh (saturated
steam), dan uap yang dipanaskan di atas temperatur didihnya disebut kukus super
panas (superheated steam). Kukus
super panas biasanya dinyatakan dengan sebuah besaran yang disebut derajad
super panas (degree of superheat).
Derajad super panas sama dengan harga temperatur kukus di atas titik jenuhnya
atau di atas titik didihnya pada tekanan tertentu.
Tabel kukus terdiri
atas tiga bagian yaitu: tabel temperatur kukus jenuh, tabel tekanan kukus jenuh
dan tabel kukus super panas. Pada ke tiga tabel ini dituliskan harga volume
spesifik (
), energi
dalam spesifik (Û) dan entalpi
spesifik (Ĥ). Tabel kukus jenuh juga
menyajikan harga entalpi penguapan (Ĥ
evaporation) atau disebut juga panas latent. Keadaan rujukan untuk tabel
kukus ini adalah pada temperatur 0,01oC dan 0,00611 bar (105
Pa), pada keadaan ini energi dalam saturated
liquid water adalah nol.

Untuk tabel kukus super panas,
Ĥ, Û dan
merupakan fungsi tekanan dan temperatur,
karena itu tekanan dan temperatur harus ditetapkan terlebih dahulu untuk
menentukan harga Ĥ, Û dan
. Tabel ini juga
menyajikan tekanan kritis (221,2 bar), temperatur kritis (374,15oC)
pada dan harga Ĥ, Û,
untuk air jenuh dan uap jenuh.



Contoh 6.1:
a. Berapakah entalpi 1 kg air jenuh (saturated liquid water) pada 80oC
dan tentukan tekanan jenuhnya.
b. Berapakah entalpi dan volume spesifik
10 kg uap jenuh pada tekanan 1 bar.
c.
Hitung energi dalam 1 kg uap jenuh
pada volume spesifik 2,20 m3/kg.
d.
Berapakah energi dalam 100 kg kukus
pada 20 bar dan 500oC dan hitunglah derajat super panas.
e.
Hitunglah
entalpi spesifik air pada titik triple
(tripel point).
Penyelesaian:
a.
Dari
tabel temperatur kukus jenuh, pada temperatur 80oC, tekanan (P) jenuh = 0,4736 bar dan entalpi air (Ĥ) = 334,9 kJ/kg. Entalpi 1 kg air jenuh = 334,9 kJ.
b.
Dari
tabel tekanan kukus jenuh, pada tekanan 1 bar, entalpi kukus jenuh (Ĥ) adalah 2675,4 kJ/kg dan volume spesifik
(
) = 1,694 m3/kg. Maka 10 kg kukus = 10 x 1,694 = 16,94 m3
dan entalpi (Ĥ) = 26754 kJ.

c.
Cari
dari tabel kukus jenuh pada kolom volume spesifik (
) yang memiliki harga 2,20 m3/kg. Pada tabel tersebut diperoleh temperatur 92oC.
Energi dalam kukus jenuh pada keadaan ini adalah 2496 kJ/kg, sehingga energi
dalam spesifik (Û) kukus jenuh = 2496
kJ.

d.
Pada
tekanan 20 bar dan temperatur 500oC, entalpi spesifik = 3467 kJ/kg,
maka entalpi 100 kg kukus adalah 346700 kJ (dari tabel super panas). Dari
tabel tekanan jenuh pada tekanan 20 bar, temperaturnya adalah 212,4oC.
Derajat super panas = 500 – 212,4 = 287,6oC.
e.
Tabel kukus pada triple point sebagai keadaan rujukan dengan energi dalam spesifik
berharga nol. Dari tabel tekanan saturated steam pada Û = 0, maka P = 0,00611 bar dan T =
0,01oC. Hubungan energi dalam dan entalpi dinyatakan oleh persamaan:
Ĥ = Û + P 

Harga H pada keadaan rujukan
dapat dihitung dari persamaan:
Ĥ o = Ûo + Po

= 0,0 + 611 N/m2 x 10-3 m3/kg =
0,611 Nm/kg = 0,611 x 10-3kJ/kg.
6.1.1 Interpolasi
Interpolasi digunakan untuk
menentukan harga suatu parameter pada harga tertentu parameter pasangannya di
antara dua pasangan data yang ada. Contoh:
dari tabel kukus jenuh terdapat sifat-sifat pada tekanan 100 dan 105
bar, tetapi kita menginginkan entalpi kukus pada 103 bar, maka harus dilakukan
interpolasi.

Nilai intermediate (antara) yU dan yL
yaitu yi dapat ditentukan dengan persamaan:

Contoh 6.2:
Hitung entalpi
dan volume spesifik kukus pada tekanan 5 bar dan 320oC.
Penyelesaian:
Pada tekanan 5
bar (tabel kukus jenuh) diperoleh temperatur jenuh = 151,8oC, sehingga
pada tekanan 5 bar dan 320oC kukus adalah superheated (karena temperaturnya di atas temperatur jenuh). Dari tabel
superheated steam diperoleh:
T (oC)
|
||||
300
|
320
|
350
|
||
P (bar)
|
Ĥ
|
3065
|
?
|
3168
|
5
|
Û
|
2803
|
?
|
2883
|
![]() |
0,522
|
?
|
0,571
|




=
0,542 m3/kg.
Ĥ (320) =
Ĥ (300) + [(Ĥ (350) – Ĥ (300)) / (350 – 300)] x
(320 – 300)
=
3106,2 kJ/kg.
6.1.2 Kualitas kukus
Fraksi massa
uap di dalam campuran cairan dan kukus yang dinyatakan dengan x disebut kualitas kukus. Apabila harga x = 1, kukus seluruhnya dalam keadaan uap
jenuh dan pada x = 0, kukus
seluruhnya dalam keadaan cairan jenuh. Kukus dengan kualitas antara dua keadaan ini disebut kukus basah.
Kukus basah akan terdiri dari
dua fasa, tabel kukus jenuh dapat digunakan untuk menentukan entalpi spesifik,
energi dalam dan volume campuran uap-air. Sifat-sifat campuran uap air ini
dapat dihitung dengan persamaan:
Ĥ mix =
ĤV
x + ĤL (1 – x) (6.3)
Ûmix = ÛV x + ÛL (1 – x) (6.4)



Contoh 6.3:
Hitunglah
tekanan, volume, entalpi dan energi dalam spesifik kukus basah pada temperatur
230oC dengan kualitas x =
0,4.
Penyelesaian:
Dari tabel
diperoleh bahwa pada temperatur 230oC, tekanan jenuh = 28 bar. Sifat-sifat fasa jenuh adalah:
![]() |
Û
|
Ĥ
|
||||||
Air
|
Uap
|
Air
|
Uap
|
Air
|
Uap
|
|||
0,001209
|
0,0711
|
987,1
|
2602,1
|
990,5
|
2802,0
|
Ĥmix = 2802 (0,4) + 990,5 (0,6) = 1715,1 kJ/kg
Ûmix = 2602,1 (0,4) + 987,1 (0,6) = 1633,1 kJ/kg

Contoh 6.4:
Sebuah tangki bertekanan memiliki
volume 0,3 m3 berisikan 10 kg air pada tekanan 60 bar. Tentukan
temperatur, kualitas dan entalpi spesifik air tersebut.
Penyelesaian:
Volume
spesifik campuran (
) = 0,3 m3/ 10 kg = 0,03
m3/kg. Pada tekanan 60
bar, temperaturnya adalah 275,6oC; volume
spesifik air dan kukus masing-masing adalah 0,001319 dan 0,0324. Maka
kualitas kukus dapat dihitung dengan persamaan:




0,03 = 0,0324 x + 0,001319 ( 1 – x )
x = 0,924
Kukus ini
memiliki kualitas 92,4% uap dan 7,6% cairan.
Ĥmix = 2785 x + 1213,7 (1 – x)
= 2785 (0,924) + 1213,7 (0,076)
= 2664 kJ/kg.
6.1.3 Penerapan neraca energi pada sistim tertutup
Contoh soal berikut ini memperlihatkan penerapan
neraca energi untuk sistim tertutup.
Contoh 6.5:
Satu kg kukus
pada tekanan 1 bar terdapat dalam sebuah silinder dengan luas penampang 1,69 m2. Silinder tersebut dilengkapi dengan sebuah
tutup yang bebas bergerak dengan berat yang tetap (Gambar 6.1). Silinder tersebut dipanaskan dari luar untuk
menaikkan temperatur kukus dari 100oC menjadi 300oC. Anggap tidak ada kehilangan panas ke
lingkungan. Hitunglah jumlah panas yang harus diberikan untuk proses ini.
Penyelesaian:
Sistim tertutup, tidak ada kebocoran
selama proses. Selama pemanasan, kukus
akan mengembang dan akan mengangkat tutup silinder untuk mempertahankan tekanan
tetap. Maka, neraca energi sistim tertutup:
ΔH + ΔEp + ΔEk = Q
Sistim tidak bergerak, maka ΔEk = 0. Terjadi
perubahan tempat kedudukan pusat massa sistim karena adanya pengembangan kukus
sehingga ada energi potensial. Dari tabel kukus super panas pada temperatur 300oC
dan tekanan 1 bar, entalpi dan volume spesifik masing-masing adalah 3074 kJ/kg
dan 2,64 m3/kg. Dari tabel
kukus super panas pada temperatur 100oC dan tekanan 1 bar.
Ĥ = 2676 kJ/kg

Q =
ΔH + ΔEp = m(Ĥ2 – Ĥ1) + mg(z2 – z1)
![]() |
Gambar 6.1
Pemanasan kukus dalam silinder tertutup
Tinggi pusat
massa di dalam silinder adalah:
z
= ½ L = ½ (V/A) dengan V =
(m3/kg)
x m (kg)

Q
= m(Ĥ2 - Ĥ1) + ½ mg
(V2 – V1)/A
= 1 kg (3074 – 2676) kJ/kg + ½ kg x 9,8
m/det2 x [(2,64 – 1,69) m3/1,69 m2]
= 398 kJ + 5,51 J/2 = 398,0028 kJ
Terlihat bahwa
energi potensial kecil sekali, terutama dalam kasus yang melibatkan pemanasan
dan pendinginan. Selama proses berlangsung
sistim melakukan kerja ekspansi sebesar:
W = ∫ P dV
Untuk tekanan
tetap, maka:
W = P
= 1 x 105 N/m2 (2,64 –
1,69) m3/kg = 95 kJ

Jumlah energi
yang dipindahkan ke sistim berupa energi panas Q adalah 398 kJ dan sekitar seperempatnya (95 kJ) terpakai oleh sistim
untuk kerja ekspansi maka perubahan energi dalam sistim adalah:
ΔU = Q – W = 398 - 95 =
303 kJ
Hasil
perhitungan ΔU ini dapat
dilihat kembali secara langsung dengan menggunakan harga U dari tabel kukus.
Contoh 6.6:
Satu kg kukus
pada temperatur 100oC dan tekanan 1 bar diisi di dalam sebuah tangki
bertekanan. Berapa panas yang diperlukan
untuk menaikkan temperatur kukus di dalam tangki menjadi 300oC dan
berapakah tekanan akhir kukus tersebut ?
Penyelesaian:
Anggapan-anggapan:
-
tidak
ada kehilangan kukus di dalam tangki
-
sistim
tertutup
-
tangki
tertutup rapat, sehingga proses berlangsung pada volume tetap
-
tidak terjadi kehilangan panas ke
lingkungan
-
pusat
massa kukus
tidak berubah
Persamaan neraca energi:
ΔE = ΔU = Q – W
Apabila proses terjadi pada volume
tetap, maka sistim tidak melakukan kerja ekspansi, sehingga:
W = ∫ P dV = 0
dan persamaan neraca energi dapat
disusun ulang menjadi:
ΔU = m2Û2 – m1Û1
= Q
Dari tabel kukus superheated
diperoleh pada 100oC dan tekanan 1 bar, volume spesifik kukus adalah
1,69 m3/kg. Oleh karena sistim
tertutup dan volume tetap, volume spesifik keadaan akhir harus sama dengan
keadaan awal.
Sehingga:

Pada 300oC dan 1 bar
(kukus super panas) diperoleh volume spesifik = 2,64 m3/kg,
sedangkan pada tekanan 5 bar, dan 300oC, volume spesifik = 0,522 m3/kg. Tekanan pada keadaan akhir dapat
diperoleh dengan cara interpolasi yaitu:

Dengan cara yang
sama:
Û2 = 2811
kJ/kg + 

Sehingga:
Q = ΔU = 1 kg
(2807,4 – 2507) kJ/kg = 300,4 kJ
Dari contoh di atas terlihat
bahwa harga Q untuk proses tekanan
tetap (lihat Contoh 6.5) lebih besar dari harga Q pada proses volume tetap. Hal
ini disebabkan karena pada tekanan tetap, penambahan temperatur dari 100oC
menjadi 300oC karena pemanasan, sebagian energi panas tersebut
digunakan oleh sistim untuk melakukan kerja ekspansi ke lingkungan. Pada proses
dengan volume tetap, sistim tidak melakukan kerja ekspansi. Dari kedua kasus di
atas harga ΔÛ hampir sama,
hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tekanan terhadap energi dalam sangat kecil.
6.1.4 Penerapan neraca energi pada sistim terbuka
Contoh soal berikut menyajikan
penerapan neraca energi untuk sistim terbuka.
Contoh 6.7:
Kukus
pada temperatur 200oC dan tekanan 7 bar masuk melalui sebuah nozel
pada kecepatan 60 m/det. Kukus keluar
pada kecepatan 600 m/det dan tekanan menurun menjadi 1,4 bar. Tentukan temperatur
dan kualitas kukus pada aliran keluar.
Penyelesaian:
Nozel
dapat berfungsi sebagai alat untuk menaikkan energi kinetik fluida dengan
menurunkan tekanan. Proses dianggap
adiabatik, karena tidak ada panas yang hilang atau masuk melalui dinding nozel.
Persamaan neraca energi:

Anggapan-anggapan:
-
proses
adiabatik, dQ/dt = 0,
-
tidak ada kerja ekspansi maupun
kompresi, dW/dt = 0,
-
tidak terjadi perubahan ketinggian, z1 = z2,
-
F1 = F2 = F.
![]() |
Gambar 6.2
Aliran kukus melalui nozel
Persamaan
neraca energi dapat disusun ulang menjadi:
F [(Ĥ2 + ½ v22) – (Ĥ1 + ½ v12)] = 0
atau:
Ĥ2 + ½ v22 = Ĥ1 + ½ v12
Ĥ2 = Ĥ1 + ½ (v12 – v22)
Pada temperatur 200oC dan
tekanan 7 bar, kukus adalah super panas dan dengan cara interpolasi diperoleh
dari tabel kukus super panas: Ĥ1
= 2843,8 kJ/kg. Karena kedua kecepatan aliran masuk dan keluar diketahui,
maka Ĥ2 dapat dihitung
dengan persamaan di atas:
Ĥ2
= 2843,8 kJ/kg + ½ (602 – 6002) m2/det2
(kg/kg)
= 2843,8 kJ/kg + (-178,2 kJ/kg)
= 2665,6 kJ/kg
Untuk
menghitung temperatur aliran keluar, didasarkan pada tekanan aliran keluar =
1,4 bar. Dari tabel kukus jenuh, entalpi pada 1,4 bar adalah
2690,3 kJ/kg, maka kukus adalah kukus basah dengan temperatur jenuh 109,3oC. Kualitas kukus dapat dihitung dengan
persamaan:
Ĥ2 = Ĥv x + ĤL (1 – x)
dimana: Ĥv = 2690,3 kJ/kg dan ĤL
= 458,4 kJ/kg
2665,6 = 2690,3 x + 458,4 (1 – x)
x = 0,989 (aliran
keluar mengandung 98,9% uap dan 1,1% cairan).
Contoh 6.8:
Sistim seperti
diperlihatkan pada Gambar 6.3 berikut ini. Kukus jenuh pada tekanan 145 psia
mengalir dengan kecepatan 100 ft/det melalui sebuah alat pemanas superheater dengan memindahkan panas ke sistim
sebesar 300 Btu/lbm kukus masuk. Kukus superheated selanjutnya diekspansi dengan sebuah Back pressure turbine dan menghasilkan
kerja (shaft work) sebesar 50 hp. Kukus
ini selanjutnya dilewatkan pada sebuah diffuser
dengan tekanan 15 psia dan kecepatan 1 ft/det.
Perbedaan tinggi antara inlet
dan outlet adalah 200 ft. Hitunglah temperatur keluar dan kualitas
kukus, apabila laju alir massa aliran masuk = 300 lbm/jam dan abaikan
kehilangan tekanan (pressure drop).
Penyelesaian:
Sistim terbuka
dengan sebuah aliran masuk dan sebuah aliran keluar. Sistim melakukan kerja, W sebesar 50 hp dan menerima panas, Q sebesar 300 Btu/lbm x 300
lbm/jam = 9 x 104 Btu/jam. Kukus mengalami perbedaan
ketinggian dan kecepatan. Persamaan
neraca energi:

dW/dt = 50
hp x 550 ft.lbf/det.hp x 1 Btu/778 ft lbf x 3600 det/jam
=
1,2725 x 105 Btu/jam
Laju alir massa masuk = laju alir massa keluar = F
![]() |
Gambar 6.3 Sistim turbin kukus
Dari
persamaan neraca energi:
(9 x 104 – 1,2725 x 105) Btu/jam = 300 lbm/jam
[(H2 – H1) + g/gc x 200 ft + ½ (12 – 1002) ft2/det2/gc]
Untuk
mengevaluasi entalpi spesifik pada keadaan masuk, tekanan 145 psia
dikonversikan ke dalam satuan SI: 1 x 106 kPa atau 10 bar. Kukus jenuh pada 10 bar, maka entalpi
spesifik 2.776,2 kJ/kg.
H1 = 2.776,2
kJ/kg x 1 Btu/1,055 kJ x 0,454 kg/1 lbm = 1194,7 Btu/lbm
Persamaan
neraca energi di atas disusun ulang, maka:
(-3,725 x 104/300)
Btu/lbm = H2 –
1194,7 Btu/lbm + [(32,174 ft/det2/32,174 ft.lbm/det2.lbf)
x (200 ft/778 ft lbf/Btu)] +
[1/2 (1 – 104) ft2/det2 x (1 det2
lbf/32.174 ft.lbm) x (1 Btu/778 ft.lbf)]
(-3,725 x 104/300) Btu/lbm = (H2 – 1194,7 + 0,257 – 0,200) Btu/lbm
Diperoleh: H2 = 1070,5 Btu/lbm atau dalam SI: H2 = 2487,5 kJ/kg
Pada tekanan 15 psia (1,03 bar) dari tabel
kukus jenuh diperoleh Hkukus ≈
2676,7 kJ/kg lebih tinggi dari pada H2,
karena itu kukus ini merupakan kukus basah.
Hasil interpolasi dari tabel kukus jenuh diperoleh:
HL = 421,4 kJ/kg
HV = 2676,7 kJ/kg
Kualitas
kukus dapat dihitung dengan persamaan:
H2 = HV x + HL (1 – x)
2487,5 = 2676,7 x
+ 421,4 (1 – x)
x = 0,916
Temperatur
keluar dari hasil interpolasi dari tabel kukus diperoleh 100,5oC
atau 212,9oF.
Contoh 6.9:
Kukus digunakan
untuk memanaskan 300 kg/jam air proses pada 5 bar dari 50oC ke 150oC
menggunakan alat penukar panas double
pipe sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 6.4 berikut. Kukus yang
tersedia adalah kukus jenuh pada 10 bar. Kondensat dikembalikan dalam keadaan
cairan jenuh. Hitung
laju alir kukus yang dibutuhkan.
Penyelesaian:
Alat penukar panas double pipe secara sederhana dapat
dibayangkan terdiri atas dua pipa konsentrik dengan air mengalir dalam pipa
bagian dalam, kukus mengalir dalam pipa bagian luar. Lapisan isolasi terdapat
di sebelah luar pipa bagian luar. Aliran kondensat keluar diatur dengan sebuah
unit yang disebut dengan steam trap,
yang hanya melewatkan kondensat dan mencegah lolosnya kukus.
Asumsi bahwa lapisan isolasi sangat
baik, sehingga panas yang hilang ke lingkungan dapat diabaikan, juga efek
energi kinetik sangat kecil. Perlu dicatat bahwa kerja eksternal dan perubahan
energi potensial tidak ada, sehingga neraca energi sistim menjadi:

atau jika dijabarkan:

![]() |
Gambar 6.4 Pemanas kukus dalam double-pipe
Karena kedua aliran tidak kontak
langsung, maka:

Sehingga

Dari tabel kukus, pada 10 bar entalpi
kukus dan air jenuh masing-masing adalah 2776,2 dan 762,6 kJ/kg. Kemudian pada
5 bar dan 50oC, entalpi spesifik air adalah 209,7 kJ/kg, sementara
pada 150oC adalah 632,2 kJ/kg. Dengan
mensubstitusi harga-harga tersebut kedalam persamaan neraca energi di atas,
diperoleh:

6.2 Neraca Energi untuk Sistim
yang Tidak Tersedia Tabel Termodinamika
Pentabelan entalpi dan
energi dalam tabel yang lengkap seperti yang sudah dikembangkan untuk kukus
tidak tersedia untuk kebanyakan senyawa-senyawa murni lainnya. Untuk
mengevaluasi entalpi suatu senyawa pada suatu keadaan yang diberikan harus
ditempuh dengan membagi-bagikan perbedaan entalpi relatif ke dalam beberapa
bahagian: perbedaan entalpi karena perubahan temperatur pada tekanan dan fasa
tetap, perbedaan entalpi karena perubahan tekanan pada temperatur dan fasa
tetap, dan perbedaan entalpi karena perubahan fasa pada tekanan dan temperatur
tetap.
Pada tekanan dan fasa
tetap, perubahan entalpi dapat diperkirakan dengan menggunakan suatu hubungan
yang dikenal sebagai fungsi kapasitas panas.
6.2.1 Kapasitas panas
Neraca energi pada tekanan
tetap (untuk perubahan temperatur yang kecil) dapat dinyatakan dengan:

Cp adalah kapasitas panas pada tekanan tetap. Untuk
gas, besaran Cp ini
biasanya diformulasikan dalam bentuk multiterm
polynomial fungsi T:

Sementara untuk
cairan dan padatan biasanya hanya melibatkan sejumlah kecil besaran (term) saja, karena kapasitas panas untuk
fasa cair dan padat hampir tidak dipengaruhi oleh temperatur.
Contoh 6.10:
Hitung kapasitas
panas batubara dengan data analisa proksimat sebagai berikut (%-berat): fixed carbon 54%, volatile matter 21%, abu 5%, dan moisture 20% pada 100 oF. Kapasitas panas untuk
masing-masing komponen di atas dalam Btu/lbm oF
dinyatakan dengan:
Fixed carbon :

Abu (ash) :

Primary volatile matter :

Secondary volatile matter :

Penyelesaian:
Untuk perhitungan kapasitas panas
batubara dibutuhkan data fraksi primary dan secondary volatile. Besar fraksi secondary volatile matter adalah 10% dari batubara kering bebas abu (dry ash free, daf), maka:
0,1 (0,54 + 0,21) = 0,075
Sehingga fraksi primary
volatile matter adalah
0,21 – 0,075 = 0,135
Kapasitas panas untuk fixed carbon menjadi:

Untuk primary dan secondary
volatile matter masing-masing
adalah


Sedangkan untuk abu:

Kapasitas panas air dalam bentuk cair
pada 100 oF harganya mendekati 1 Btu/lbm oF.
Kapasitas
panas batubara:
Cp,batubara = (0,189)(0,54) + (0,426)( 0,135) + (0,733)(
0,075) + (0,188)(0,05) + (1)(0,2)
=
0,423945 Btu/lbm
oF
6.2.2 Penggunaan data kapasitas panas
Korelasi kapasitas panas digunakan untuk menghitung
entalpi suatu senyawa/zat yang mengalami berbagai perlakuan tanpa melibatkan
perubahan fasa:
H (T2 , P) – H (T1 , P) =
(6.8)

Jika interval temperatur T2 – T1 besar, katakanlah 50 K atau lebih, maka perubahan temperatur
tersebut sangat signifikan terhadap Cp,
integral harga Cp di atas
harus dihitung dengan teliti. Karena
korelasi Cp merupakan
fungsi polinomial, maka akan sangat mudah untuk langsung memakai bentuk
terintegral dari korelasinya:

Dan jika interval temperaturnya labih
kecil dari 50 K, penggunaan Cp
rata – rata sudah cukup memuaskan:

Harga di atas ekivalen dengan:


Contoh 6.11:
Hitung
perubahan entalpi 1 mol uap benzena pada 1 atm untuk perubahan temperatur dari
800 oF ke 1000 oF dengan menggunakan:
a) integral penuh,
b) asumsi Cp rata-rata,
c) pendekatan dua-besaran (two-term approximation).
Penyelesaian:
a) Dari Lampiran 3 (Tabel 3B hal 645
Reklaitis) didapat korelasi Cp
untuk benzena dalam keadaan gas:
Cp (T) =
16,392 + 4,0204 x 10-2 T +
0,6925 x 10 -5 T2
– 0,41142 x 10 -7 T3
+
0,23981
x 10 -10 T4
Btu/lbmol. oF, maka:
ΔH = Cp
(T) dT = 16,392 (200) + 



= 8.793,7
Btu/lbmol
b) Temperatur rata – rata =
= 900 oF, sehingga:

Cp (900) = 16,392
+ 4,0204 x 10-2 (900) + 0,6925 x 10-5 (900)2 –
0,41142 x 10-7
(900)3 + 0,23981 x 10-10
(900)4
=
43,927 Btu/lbmol. oF
ΔH = (Cp)rata – rata ΔT =
43,927 (200) = 8.785,3 Btu/lbmol
c) Jika kita gunakan two-term approximation, ΔH dapat dihitung dengan mudah dari
persamaan terpancung:
ΔH = 16,392 (200) +
= 10.515 Btu/lbmol.

Contoh 6.12:
Suatu aliran oksigen pada 1 bar
dengan laju alir 100 kgmol/jam dipanaskan dari 25 oC ke 200 oC
dalam suatu alat penukar panas (HE)
yang terisolasi dengan cara mengkondensasikan kukus jenuh pada 1,5 bar. Hitung kebutuhan
kukusnya.
Penyelesaian:
Dengan mengabaikan semua perubahan
energi potensial dan kinetik dan dengan anggapan tidak ada kerja luar atau
kehilangan energi (friction loss), maka neraca energinya menjadi:




Dari tabel kukus didapat bahwa:
Ĥvap – Ĥliq = 2226,2 kJ/kg
Selanjutnya,
perubahan entalpi aliran oksigen dapat dihitung dengan menggunakan korelasi Cp:
Ĥo2
(200 0C, 1 bar) – Ĥo2
(25 0C, 1 bar) = 

= 29,88 (175) -

+ 

+
= 5.262 kJ/kgmol

Sehingga:
100
kgmol/jam (5.262 kJ/kgmol) = Fs (2226,2
kJ/kg) Þ
Fs = 236,3 kg/jam
Permasalahan umum yang sering muncul dalam Teknik Kimia adalah perhitungan temperatur akhir (T2) dari suatu proses dengan
diketahuinya perubahan entalpi (ΔH), temperatur
awal (T1) dan korelasi Cp.
Kita tinjau kembali persamaan perubahan entalpi di atas:
ΔH =

=
(6.12)

Persamaan
ini dapat disusun menjadi:

Harga
awal T2 yang cukup baik
didapat dengan mengasumsi Cp rata-rata,
dan selanjutnya dihitung T2
dengan persamaan berikut:

Biasanya dibutuhkan 3 atau 4 kali
perhitungan untuk mencapai konvergensi.
Contoh 6.13:
Kita
tinjau kembali sistim alat penukar panas dalam Contoh 6.12. Diketahui bahwa
aliran kukusnya dibatasi 150 kg/jam.
Hitung temperatur oksigen keluar HE.
Penyelesaian:
Anggap
bahwa jenis kukus yang digunakan dan kondisi oksigen masuk HE adalah samadengan
contoh sebelumnya, neraca energinya menjadi:
100
kgmol/jam 

29,88 


= 3.339,3 kJ/kgmol
Untuk menghitung T2, maka persamaan polinomial pangkat 5 di atas harus
diselesaikan. Untuk perkiraan awal, asumsi Cpav
= 25 kJ/kgmol. K.
T2 awal
adalah

T2
berikutnya di hitung dengan persamaan polynomial di atas:
T2 = 298 +

- 



-
- 


Kita gunakan metode Wegstein:


Slope = 

Damping parameter, θ:


Hitung T2 lagi:

g(T2(2)) berharga
409,993; maka T2 nya
adalah 409,993 ≈ 410 K (137 oC).
6.2.3 Panas perubahan fasa
Dalam perhitungan sifat milik (property)
suatu campuran air-kukus (kukus basah), kita menemukan bahwa terdapat suatu
perbedaan yang substansi antara air jenuh dan uap jenuh pada temperatur dan
tekanan yang sama. Sebagai contoh, entalpi air jenuh pada 100oC
adalah 419,1 kJ/kg, sedangkan entalpi uap jenuhnya pada 100oC adalah
2676,0 kJ/kg.
Perubahan entalpi yang
berhubungan dengan perubahan fasa disebut panas perubahan fasa atau panas laten.
Jika 1 kg air pada 100oC dan 1 atm dipanaskan pada tekanan
konstan hingga semua air terkonversi menjadi kukus pada 100oC, maka
panas, Q yang dibutuhkan adalah:
Q = {Hvap
(100 oC, 1 atm) – Hliq(100oC,
1 atm)}(1 kg)
= (2.676,0 – 419.1)kJ/kg (1 kg) =
2256,9 kJ
Secara prinsip, panas
perubahan fasa pada suatu temperatur T1
dapat dihitung dengan bentuk integral berikut:
ΔHVL(T1)
= ΔHVL(T0)
+
(6.15)

Contoh 6.14:
Jika diberikan
harga panas penguapan air pada 90oC adalah 2282 kJ/kg, perkirakan
panas penguapan air pada 110oC dengan menggunakan metode pendekatan dan persamaan
eksak.
Penyelesaian:
1. Perkiraan ΔHVL (110oC) dengan pendekatan
ΔHVL (110oC) = ΔHVL (90oC) + (Cpv – CpL) (20oC)
Harga kapasitas panas rata – rata air dan kukus dalam interval temperatur
ini:
Cpv ≈ 0,46 kkal/kg oC atau
1,92 kJ/kg oC
CpL ≈ 1,00 kkal/kg oC atau
4,18 kJ/kg oC
Sehingga:
ΔHVL(110oC) = 2282 kJ/kg + (1,92
– 4,18) (20) = 2236,8 kJ/kg
Dalam tabel kukus, harganya adalah 2230 kJ/kg.
2. Perkiraan dengan formula eksak
Harga kapasitas rata-rata air dan kukus dalam interval temperatur ini:
ΔHVL(110oC)
= ΔHVL(90oC)
+ (CpV – CpL) (20oC)

Dari tabel kukus didapat:

Dari tabel kukus super panas:




Sehingga:
ΔHVL (110oC) = 2282 kJ/kg +
(1,92 – 4,18) (20)kJ/kg +
(0,0341)(-14-0,2)(20) kJ/kg
=
2227,2 kJ/kg
Karena adanya
kesukaran perhitungan besaran integral yang kedua, koreksi temperatur untuk
panas penguapan sering dihitung dengan persamaan empiris Watson:

TC adalah temperatur
kritis dan n adalah parameter
empiris. Sebahagian
besar senyawa memiliki n = 0,38.
Contoh 6.15:
Hitung panas
penguapan air pada 110oC dengan menggunakan Korelasi Watson jika n =
0,38.
Penyelesaian:
Dari tabel
kukus diketahui bahwa temperatur kritis air adalah 374,15oC, maka:

= 2219,6 kJ/kg
6.2.4 Entalpi pencampuran
Karena
kebanyakan proses kimia melibatkan aliran campuran, maka entalpi pencampuran
juga harus dipertimbangkan dalam perhitungan neraca energi. Dalam
kenyataan data entalpi hanya tersedia untuk senyawa/zat murni saja, maka untuk
keperluan perhitungan neraca energi, entalpi pencampuran harus diperkirakan
dari data entalpi senyawa/zat murni.
Contoh 6.16:
Sebuah aliran kukus pada 200oC,
5 bar diturunkan tekanannya ke 48 psia dan dicampur secara adiabatik dengan
aliran amoniak pada 100oF, 48 psia untuk menghasilkan suatu aliran
campuran pada 300oF. Hitung
laju alir kukus jika laju alir NH3 1000 kg/jam. Gunakan
tabel kukus dan data entalpi amoniak yang diberikan dalam Tabel 7.1 Reklaitis.
Penyelesaian:
![]() |
Gambar 6.5 Proses
pencampuran
Asumsi
bahwa proses pencampuran terjadi secara adiabatik sehingga tidak ada kerja yang
dilakukan dan aliran keluar merupakan suatu campuran ideal. Neraca energinya menjadi:




Dari tabel kukus super panas didapat:


Dalam Tabel
7.1 Reklaitis:


Masukkan
harga-harga entalpi yang diketahui, maka:

= 2.524
kg/jam
6.3 Analisis Sistim Tanpa Reaksi
6.3.1 Variabel-variabel
neraca energi
Variabel-variabel
neraca energi meliputi:
1.
laju alir,

2.
komposisi,
3.
|
temperatur,
4.
tekanan,
5.
fasa,
6.
ketinggian relatif,
7.
kecepatan,
8.


|
W, dan
9.
Q,
6.3.2 Sifat persamaan-persamaan neraca energi
Sifat dari persamaan-persamaan
neraca energi dapat digolongkan dalam tiga bentuk:
1.
non linier (untuk aliran-aliran komponen dan temperatur),
2. homogen (untuk laju dW/dt dan dQ/dt, dan
aliran-aliran komponen),
3. penetapan basis perhitungan yang diizinkan
(juga mencakup penentuan keadaan referensi permasalahan).
Contoh 6.17:
Untuk sistim
turbin kukus yang dibahas dalam Contoh 6.8, diketahui bahwa kondisi kukus
keluar adalah 1 bar dan kualitasnya 0,9.
Hitung laju umpan
kukus yang dibutuhkan untuk tiap 1 hp energi yang dihasilkan.
Penyelesaian:
Laju panas
(untuk F yang belum diketahui):

Persamaan neraca energi menjadi:



dalam hal ini:
Ĥ2 = 0,9
(2.675,4) + 0,1 (417,5) = 2.455,01 kJ/kg
Ĥ1 =
2776,2 kJ/kg
Sehingga:
300 F -
= - 138,07 F Btu/jam

Dari neraca
energi di atas jelas terlihat bahwa persamaan homogen dalam F dan dW/dt. Oleh karena itu, kita
dapat memilih salah satu harga F atau
dW/dt sebagai basis perhitungan dan
kemudian variabel yang tidak diketahui lainnya dapat dihitung. Misalnya kita
tetapkan dW/dt = 105
, maka:


Laju kukus per 1
hp energi yang dihasilkan:

= 5,81 lbm/jam
Contoh 6.18:
Suatu aliran gas proses pada 400oC
akan didinginkan secara cepat ke 200oC dengan quenching langsung menggunakan benzen cair pada 20oC.
Jika aliran panas mengandung 40% C6H6, 30% C6H5CH3,
10% CH4 dan 20% H2, hitung laju benzen yang dibutuhkan
untuk laju alir gas umpan 1000 kgmol/jam. Asumsi quenching belangsung terjadi secara adiabatik.
Penyelesaian:
Dengan
mengabaikan efek tekanan terhadap entalpi, dan efek energi potensial dan
kinetik dalam neraca energi, maka:

Andaikata Tref = T3
= 200oC dipilih sebagai keadaan referensi permasalahan ini, maka
besaran yang melibatkan N3
akan hilang dari persamaan:

![]() |
Gambar 6.6 Proses quenching
Bentuk
persamaan sebelah kiri tanda sama dengan dapat ditulis menjadi:



Dari Lampiran
3 Reklaitis, konstanta kapasitas panas masing-masing senyawa:
S
|
a
|
b x 10
|
c x 102
|
d x 105
|
e x 108
|
Ns2
|
C6H6
|
18,587
|
-0,11744
|
-0,12751
|
-0,20798
|
0,10533
|
400
|
C6H5CH3
|
31,820
|
-0,16165
|
0,14447
|
0,22895
|
0,11357
|
300
|
CH4
|
38,387
|
-0,73664
|
0,029098
|
-0,026385
|
0,0080068
|
100
|
H2
|
17,639
|
0,67006
|
-0,013149
|
0,010588
|
-0,002918
|
200
|
Sehingga:






Titik
didih normal benzene adalah 353,26 K:

dalam hal ini:
ΔHVL(353,26
K) = 30.763,4 kJ/kgmol
CpL =
59,23 + 0,2336T



Laju benzen yang dibutuhkan adalah

= 486,7 kgmol/jam
6.3.3 Analisa derajat kebebasan
Secara umum, permasalahan neraca energi tanpa reaksi akan melibatkan:
1.
Variabel-variabel alur-alir (laju alir komponen dan temperatur)
dan variabel–variabel unit (dQ/dt dan
dW/dt).
2.
Persamaan-persamaan neraca massa .
3.
Satu persamaan neraca energi.
4. Spesifikasi-spesifikasi
permasalahan (termasuk spesifikasi terhadap temperatur dan kemungkinan dQ/dt, dW/dt).
5.
Basis perhitungan.
Contoh 6.19:
Lakukan analisa
derajat kebebasan untuk contoh 6.18 di atas.
Penyelesaian:
Tabel
DK
Jumlah variabel alur-alir
|
|
Aliran
komponen
|
9
|
Temperatur
|
3
|
dQ/dt, dW/dt
|
2
|
14
|
|
Jumlah
persamaan neraca independen
|
|
4
|
|
Energi
|
1
|
Jumlah
spesikasi
|
|
Komposisi
|
3
|
Temperatur
|
3
|
dQ/dt,
dW/dt = 0
|
2
|
-13
|
|
Basis
|
-1
|
DK
|
0
|
Catatan:
1.
Jika neraca massa dapat diselesaikan
secara terpisah dari neraca energi, maka persoalan tersebut dikenal dengan decoupled.
2.
Jika neraca massa harus diselesaikan
secara simultan dengan neraca energi, maka persoalannya dinamakan dengan coupled neraca massa dan energi.
Contoh 6.20:
Lakukan analisa
derajat kebebasan secara terpisah antara neraca massa dan gabungan neraca massa
dan energi untuk contoh 6.18 di atas.
Penyelesaian:
Tabel
DK
Sub permasalahan
neraca
|
Gabungan
neraca massa dan energi
|
|
Jumlah
variabel alur-alir
|
||
Aliran komponen
|
9
|
9
|
dQ/dt,
dW/dt, temperatur
|
5
|
|
14
|
||
Jumlah
persamaan neraca independen
|
||
4
|
4
|
|
Energi
|
1
|
|
Jumlah
spesifikasi
|
||
Komposisi
|
3
|
3
|
Temperatur
|
3
|
|
dQ/dt,
dW/dt = 0
|
2
|
|
-7
|
-13
|
|
Basis
|
-1
|
-1
|
DK
|
1
|
0
|
0 Response to "Mk Neraca Energi"
Post a Comment