-->

Neraca Energi untuk Sistem Reaksi

BAB VII
NERACA ENERGI UNTUK SISTIM REAKSI

7.1 Konsep Panas Reaksi

ΔHR = ΔHproduk - ΔHreaktan                                                                                                     (7.1)

ΔHR negatif, maka reaksi disebut eksotermik, dan sebaliknya
ΔHR positif, reaksi adalah endotermik.
Perlu diketahui bahwa, panas reaksi tidak hanya bergantung pada stoikiometri reaksi, temperatur dan tekanan, tapi juga bergantung pada fasa reaktan dan produknya.  Oleh karena itu, dalam penulisan persamaan reaksi harus dilengkapi dengan fasa masing-masing senyawa yang terlibat dalam reaksi. Sebagai contoh, panas reaksi untuk sistim berikut ini:

            C (s) + H2O (g)            CO (g) + H2 (g)

Baca Juga

Akan berbeda dengan sistim reaksi yang di bawah ini:

C (s) + H2O (l)            CO (g) + H2 (g)

7.2  Perhitungan Panas Reaksi
Panas reaksi (ΔHR) merupakan fungsi stoikiometri, fasa komponen, temperatur dan tekanan. Fungsi temperatur, tekanan dan fasa dapat dihilangkan dengan menetapkan harga ΔHR pada temperatur, tekanan dan fasa tertentu.  ΔHR pada T, P dan fasa yang lain dapat dihitung dengan mengupdate entalpi-entalpi komponen menggunakan korelasi kapasitas panas, panas perubahan fasa, dan entalpi pada tekanan terkoreksi. Panas reaksi untuk suatu reaksi pada temperatur To, tekanan Po, dan fasa πo:

            ΔHR (To, Po, πo) =                                                            (7.2)
dalam hal ini:
            π = fasa komponen
            σ = koefisien stoikiometri
Untuk T, P dan πS yang lain, maka:

ΔHR (T, P, π) =                                                                    (7.3)

Jika P = Po dan  semua cair, sementara πS semua uap, maka:

             ΔHR (T, Po) = ΔHR (To, Po) +   (7.4)

Jika P ≠ Po, maka hal ini dapat diabaikan, karena:

             kecil sekali.

Contoh 7.1:
Diketahui panas reaksi untuk reaksi berikut:
             4NH3 (g) + 5O2 (g)  → 4NO (g) + 6H2O (l)
pada 1 atm dan 298 K adalah -279,33 kkal/gmol. Hitung panas reaksi pada 920 oC, 1 atm dan H2O dalam fasa uap.

Penyelesaian:
Dalam persoalan ini, P tidak berubah, temperatur dan fasa berubah.
ΔHR (920 oC, 1 atm) = ΔHR (25 oC, 1 atm) + (-4) {HNH3(920 oC, 1 atm, g)
- HNH3(25 oC, 1 atm, g)} + (-5){HO2 (920 oC, 1 atm, g)
- HO2(25 oC, 1 atm, g)} + 4 {HNO(920 oC, 1 atm, g)
- HNO(25 oC, 1 atm, g)} + 6 {HH2O(920 oC, 1atm, g)
- HH2O (25 oC, 1 atm, l)
 = -279,33 kkal/gmol + (-4)
    +
+
 = -279,33 - 3,368 + 58,180 + 8,100
 = -216,42 kkal/gmol
Panas pembentukan: panas reaksi standar untuk reaksi pembentukan suatu  komponen/senyawa dari unsur-unsurnya.

Contoh 7.2:
Hitung panas reaksi untuk reaksi berikut:
CO (g) + ½ O2 (g) → CO2 (g)
Jika diketahui panas pembentukan CO (g) dan CO2 (g) menurut reaksi berikut:
C (s) + O2 (g) → CO2 (g)            
C (s) + ½ O2 (g) → CO (g)         

Penyelesaian:
C (s) +   O2 (g)   → CO2 (g)                     
C (s) + ½ O2(g)   → CO (g)                     
                         ½ O2(g)   → CO2(g) – CO(g)                  
atau:
                                                         CO (g) + ½ O2(g)  → CO2 (g)         

Panas pembakaran:  panas reaksi standar untuk reaksi pembakaran standar suatu komponen/senyawa.

Contoh 7.3:
Hitung panas pembentukan CH4(g) jika diketahui panas pembakaran standarnya -191,76 kkal/ gmol.

Penyelesaian:
Reaksi pembakaran standar untuk CH4 adalah
                CH4 (g) + 2O2 (g)  → CO2 (g) + 2H2O (g)
Dari Lampiran 7 Reklaitis:
maka:
                         = -17,8876 kkal/gmol.

7.3 Neraca Energi untuk Reaksi Tunggal
 








Gambar 7.1 Sistim dengan reaksi tunggal

Persamaan neraca energi total:

                                          (7.5)
            Tr = temperatur referensi.

Contoh 7.4:
Metanol pada 675 oC dan 1 bar diumpankan ke suatu reaktor adiabatik, 25% dari metanol terdehidrogenasi menjadi formaldehid menurut reaksi:
CH3OH (g)   →  HCHO (g)  +  H2 (g)
Hitung temperatur gas yang meninggalkan reaktor dengan asumsi bahwa kapasitas panas untuk CH3OH, HCHO dan H2 adalah konstan untuk interval temperatur tersebut, masing-masing sebesar 17, 12, dan 7 kal/gmol oC.

Penyelesaian:
Basis perhitungan 1000 mol/jam CH3OH:
 







Gambar 7.2 Reaktor dehidrogenasi metanol

Oleh karena itu:
Kondisi referensi yang digunakan adalah sama dengan kondisi masuk: temperatur 675 oC, tekanan 1 bar, dan semua komponen berada dalam fasa gas:
Panas reaksi standar:
                                 = -27,70 - (- 48,08) = 20,38 kkal/mol
Maka panas reaksi pada 675oC dapat dihitung dengan:
              
                                    
                                    
Neraca energi total menjadi:
                 0 = 250 (21,68) + {(750 x 17) + (250 x 12) + (250 x 7)} (T – 675)
                
                T = 675 – 309,7 = 365,3 oC
ΔHR > 0, reaksi endotermik.

Contoh 7.5:
Gas NO dapat dibuat dengan oksidasi parsial NH3 dengan udara. NH3 pada 25 oC dan udara panas pada 750oC direaksikan dalam sebuah reaktor pada tekanan 1 bar. Konversi NH3 adalah 90%. Jika produk keluar reaktor tidak boleh melebihi 920 oC, hitung laju pengambilan panas per 1 mol umpan NH3. Asumsi perbandingan umpan O2/ NH3 adalah 2,4/1.

Penyelesaian:
Reaksi:
4NH3 (g)  +  5O2 (g)     ®      4NO (g)  +  6H2O (g)

 






Gambar 7.3 Reaktor oksidasi amoniak

Basis 1 mol/jam NH3:
               
Jika ditetapkan 920 oC sebagai temperatur referensi, maka entalpi aliran produk keluar reaktor akan hilang dari persamaan neraca energi:
Dari Contoh 7.1;
dengan memasukkan harga-harga yang diketahui ini dalam persamaan neraca energi:
                        = -22,53 kkal/jam
atau
                dQ/dt = -22,53 kkal/mol NH3

Contoh 7.6:
Contoh soal 7.5 diselesaikan dengan menggunakan formula neraca entalpi total.

Penyelesaian:
               
                 tidak ada komponen yang berubah fasa
Untuk aliran udara masuk:
                         =  13.656 + 48.060 kal/jam
Umpan NH3 masuk:
              
                         = -10.920 kal/jam
Neraca massa aliran keluar reaktor (r = 0,225):
              
              
               
              
              
Sehingga entalpi total aliran keluar reaktor:
     
                        +  +
                        = -41,6 + 25.728 + 9.085 + 60.280 – 66.980
                        = 28,07 kkal/jam

7.4 Neraca Energi untuk Reaksi Kimia Jamak

                 neraca massa untuk reaksi kimia jamak              (7.6)

Neraca energi menjadi:
 -               (7.7)
                                                                                      (7.8)


Contoh 7.7:
Asam asetat di-cracking dalam sebuah furnace untuk menghasilkan produk intermediate keten melalui reaksi:
                CH3COOH (g)  → CH2CO (g) + H2O (g)
Disamping reaksi di atas, ada reaksi samping yang perlu juga diperhitungkan:
                CH3COOH (g)  →  CH4 (g)  + CO2 (g)
Reaksi cracking dilangsungkan pada 700 oC dengan konversi 80% dan fraksional yield keten 0,0722.  Hitung laju pemanasan furnace yang diperlukan untuk laju umpan asam asetat 100 kgmol/jam.  Umpan masuk berada pada 300 oC.

Penyelesaian:
                    


                  




Gambar 7.4 Furnace cracking asam asetat

Sistim ini adalah single input dan single output dengan melibatkan 2 reaksi kimia. Dengan memilih temperatur referensi 700 oC, neraca energi menjadi:
Panas reaksi standar untuk reaksi keten:
   
                                 = - 14,60 – 57,80 + 103,93 = 31,53 kkal/gmol
Panas reaksi standar untuk reaksi metana:
       
                                = -17,89 – 94,05 + 103,93  = -8,01 kkal/gmol
Kedua panas reaksi standar di atas harus dikoreksi ke temperatur 700 oC dengan korelasi berikut:
               
             
Dengan menggunakan persamaan Cp untuk masing – masing komponen di atas, maka:
               
             
Entalpi asam asetat masuk furnace:
              
Neraca massa asam asetat dan keten:
Karena konversi asam asetat 80%, maka:
Dari definisi fraksional yield:
0,0722 =
                 r2 = 74,224 kgmol/jam
                = 670,5x103 kkal/jam.

7.5 Neraca Energi untuk Reaksi Kimia Unknown Stoichiometry
Biasanya berlaku untuk reaksi pembakaran bahan-bahan organik, bahan bakar fosil, dan lain-lain: Sistim ini antara lain ditandai dengan:
1.      reaktannya tidak diketahui strukturnya dengan jelas,
2.      reaksi yang terjadi sangat kompleks.
Oleh karena itu pengembangan neraca massa komponen tidak mungkin dilakukan, dalam beberapa kasus digunakan neraca atom.
Pembakaran bahan-bahan tersebut akan menghasilkan gross calorific value atau high heating value (HHV).
HHV   Þ      panas yang dilepaskan per unit massa bahan ketika direaksikan dengan oksigen untuk menghasilkan solid residue (ash), liquid water, komponen- kompenen gas seperti CO2, SO2 dan N2 pada 25oC dan 1 atm (keadaan standar).
HHV bahan bakar fosil, terutama batubara atau arang batubara (coal char) biasanya di laporkan bersamaan dengan proksi dan elemental data.
Jika data HHV tidak bersedia, korelasi berikut dapat digunakan untuk memprediksinya (dikembang oleh Institute of Gas Technology):

HHV = 14658 Wc + 56878 WH + 2940 WS – 658 Wash – 5153 (WO + WN)    (7.9)

HHV dalam Btu/lbm; WC, WH, WS, Wash, Wo, dan WN adalah fraksi berat dari masing-masing C, H, S, Ash, O dan N.

Contoh 7.8:
Suatu gasifier oksigen-kukus diumpankan dengan 106 lb/jam devolatilized char pada 1700oF.  Data analisis elemen untuk  char adalah C 78%, H 0,9%, N 1,3 %, S 0,7%, Ash 19,1% dan 0 dapat diabaikan. Char tersebut direaksikan dengan kukus yang masuk pada 1000oF dan oksigen yang masuk pada 400oF untuk menghasilkan gas sintesis dengan komposisi: CH4 5%, CO 26,5%, CO2 14,5%, H2 26,5% dan H2O 27,5%. Komposisi gas tersebut dalam basis bebas H2S dan NH3. Asumsi yang ditetapkan: 
1.       N dan S akan bereaksi dalam porsi yang sama dengan C yang bereaksi → distribusi N dan S dalam gas tidak diketahui dengan pasti,
2.       buangan char sisa tidak mengandung H dan dalam keadaan kering,
3.       gasifier beroperasi secara adiabatik pada 70 bar dan temperatur semua aliran keluar sama.  
Salah satu batasan yang harus ipenuhi adalah
 
Hitung konsumsi O2 dan temperatur aliran keluar gasifier.

Penyelesaian:
 













Gambar 7.5 Proses gasifikasi char

Untuk memudahkan perhitungan, maka ditambahkan satu aliran baru (aliran 6) yang mengandung H2S dan NH3 saja.
Neraca atom untuk sistim di atas:
                Sulfur     :  0,007.106  =  32,06
                Nitrogen :  0,013.106  =  14,007 
                Karbon  :  0,78.106  =  12,01 (0,05 + 0,265 + 0,145) N5 + FC4
                Hidrogen: 
                Oksigen  :  N2 + 2N3 = [0,265 + 2(0,145) + 0,275] N5
                Ash         :  0,191.106 =
Kondisi-kondisi yang diketahui:
                          
Neraca S dan N2 dapat dinyatakan dalam FS4 dan FN4:
             
             
Neraca H2 dapat disederhanakan menjadi:
               8,3643 . 104 = 1,28 N5 – 4,1295 . 10-3 FC4
Persamaan ini dapat diselesaikan  secara simultan dengan neraca karbon:
                N5 = 1,2649 . 105 lbmol/jam
                FC4 = 8,1169 . 104 lb/jam
Dengan demikian neraca-neraca yang lain juga dapat diselesaikan:
               
               
                 
                  
               
               
Dengan menggunakan korelasi IGT, maka:
               
              
maka:
               
                          =  203,4  Btu/lb

                 
                          = -320,6  Btu/lb
Entalpi umpan masuk dan buangan char:
               
               
Untuk aliran 1:
               
                                       
                H1 =  7,5977 . 108 Btu/jam
Untuk aliran 4:
               
Neraca energi total (dalam fungsi entalpi):
               
                   
                         
                         
Dengan memasukkan harga cp yang dalam Lampiran 3 Reklaitis, maka:
- 6,5182 . 10-9 (T5 – 775) + 2,1448 . 10-5(T4 – 774) – 3,9079(T3 – 773)
     + 150,63 (T2 – 772) + 9,9490 . 105 (T – 77) = 1,9281.109
T = 1688,2oF





7.6  Analisis Derajat Kebebasan
7.6.1 Sistim unit tunggal
Sebagaimana dengan kasus sistim tanpa reaksi, disini juga perlu dilakukan pemeriksaan apakah neraca massa dapat diselesaikan secara terpisah (decoupled) dari neraca energi.

Contoh 7.9:
Lakukan analisa derajat kebebasan untuk Contoh 7.7.

Penyelesaian:
Persoalan pada Contoh 7.7 melibatkan 5 komponen, satu aliran masuk dan satu aliran keluar.

Tabel DK

Neraca massa
Neraca energi
Varibel alur-alir
-       Aliran komponen
-       Laju reaksi
-       Temperature, dQ/dt

6
2
                                     -

                               6
                               2
                               3
Neraca independen
-       Massa
-       Energi

5
-

5
1
Variabel independen yang ditetapkan
-       Laju alir
-       Konversi
-       Fraksional yield
-       Temperatur

1
1
1
-                              -8

1
1
1
2                            -11
DK
0
1
Terlihat bahwa persoalan neraca massa dapat diselesaikan secara terpisah dari neraca energi (decoupled).

7.6.2 Sistim multi unit
Untuk kasus sistim unit banyak, perlu dibuatkan table yang memuat neraca massa dan neraca gabungan (massa dan energi) untuk setiap unit proses, dan untuk gabungan semua unit proses (secara singkat disebut proses), dan jika cocok juga dibuat analisa untuk neraca keseluruhan (overall).

Contoh 7.10:
Amoniak dapat diproduksi melalui reaksi berikut:
N2 + 3H2  →  2NH3
Dalam reaktor adiabatic dua tahap. Konversi ditahap I adalah 10%, dan produk dari tahap ini didinginkan kembali ke 425%C dengan cara dicampurkan dengan umpan segar dingin. Produk dari tahap II meninggalkan reaktor pada 535oC, pertama-tama didinginkan dengan cara pertukaran panas dengan umpan reaktor tahap I dalam sebuah alat penukar panas.  Produk ini kemudian direfrigrasi dalam separator untuk mengkondensasikan NH3 dengan trace N2 dan H2. Hitung beban refrigerasi (dQ/dt) pada separator permol NH3.  Asumsi kapasitas panas untuk gas NH3, N2 dan H2 adalah konstan dan masing-masing 9,5; 7,0; dan 7 kkal/gmol oC, serta kapasitas panas NH3 cair 30,0 kkal/gmol oC. Panas penguapan NH3 5,581 kkal/gmol pada -33,4oC (titik didih normalnya).

Penyelesaian:
Asumsi semua unit beroperasi secara adiabatik, kecuali separator.
 


                






















Gambar 7.6 Proses produksi amoniak









Tabel DK

Mixer
Reaktor 1
Reaktor 2
HE
Separator
Proses
Overall
NM
NG
NM
NG
NM
NG
NM
NG
NM
NG
Jumlah variabel












- Alur-alir
8
8
5
5
6
6
5
8
8
16
5
5
- Laju reaksi


1
1
1
1



2
1
1
- T, dQ/dt

3+1

2+1

2+1
4+1

3+1
13

2+1
Jumlah neraca












- Massa
3
3
3
3
3
3

3
3
12
3
3
- Energi

1

1

1
1

1
5

1
Jumlah spesifikasi












- Komposisi
1
1
1
1


1
1
1
2
1
1
- dQ/dt = 0

1

1

1
1


4


- Konversi


1
1





1


- Temperatur

2

1

2
3

2
6

2
DK
4
4
1
1
4
3
4
4
5
1
2
2
NM = neraca massa, NG = neraca gabungan dan NE = neraca energi

Dari analisis derajat kebebasan terlihat bahwa proses terspesifikasi dengan benar, dan penyelesaian dapat dimulai dari Reaktor 1. Dengan penetapan basis perhitungan, neraca massa dapat diselesaikan terlebih dahulu, diikuti dengan neraca energi. Penyelesaian neraca Reaktor 1 akan menghasilkan derajad kebebasan pada mixe menjadi nol.  Urutan penyelesaian secara keseluruhan diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
 










Gambar 7.7 Urutan penyelesaian proses pembuatan amoniak

Kita mulai penyelesaian dengan memilih basis 400 mol/jam umpan Reaktor 1.  Dari komposisi aliran masuk Reaktor 1, maka:
              
               
Neraca komponen:
              
             
             
Jika 425oC dipilih sebagai temperature referensi, neraca energi menjadi:
            
Panas reaksi pada 425oC:
              ΔHR(425oC) = -25,64 kkal/mol
Substitusi harga-harga entalpi dan aliran dalam neraca energi:
             0 = (10)(-25,64) + {20(9,5) + 90(7) + 270(7)} (Tout – 425)10-3
             2,71(Tout – 425) = 256,4
             Tout = 425 + 94,7 = 519,7oC
Misal laju alir umpan segar pada Mixer adalah N1 mol/jam:
             
Neraca energi untuk sistim tanpa reaksi menjadi mudah jika keadaan referensi dipilih alur-alir umpan segar.
                 
                 
                  
                 
N1 =  97,8 mol/jam
Dengan diketahuinya N1, umpan Reaktor 2 dapat dihitung:
Sama halnya dengan Mixer, penyelesaian Reaktor 2 juga harus dilakukan secara simultan antara neraca massa dan energi:
Temperatur referensi untuk neraca energinya adalah 425oC, maka:
           
           
r =  14,0 mol/jam
Maka aliran masuk HE adalah:
Neraca energi pada HE diselesaikan dengan mengambil temperature referensi 50oC.
T = 214oC
Neraca massa untuk Separator akan dengan mudah dapat diselesaikan:
Dengan menggunakan alur-alir 5 sebagai keadaan referensi, neraca energinya menjadi:
                      = 100
                        -
                      =
                        +
                       =  -867 kkal/jam
Sehingga beban panas Separator:



Related Posts

0 Response to "Neraca Energi untuk Sistem Reaksi"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel