MK Neraca Massa
NERACA
MASSA SISTIM DENGAN REAKSI KIMIA
3.1 Neraca Massa Komponen Sistim Reaksi
Tunggal
Pada sistim dengan reaksi kimia akan melibatkan konversi molekul
membentuk molekul lain, atau penyusunan suatu atom dalam suatu molekul menjadi
molekul lain. Akibatnya laju alir molar masuk dan keluar dari masing-masing
komponen dalam sistim dengan reaksi kimia tidak selalu setara. Sehingga:
(3.1)
tidak selamanya berlaku.
Perbedaan antara laju alir
keluar dengan laju alir masuk merupakan laju pembentukan molar komponen S (Rs).
(3.2)
(3.3)
dimana:
Ms = Berat molekul komponen S
Ns = Laju alir molar komponen
S
Fs = Laju alir massa komponen
S
Contoh 3.1:
Pada proses
sinambung sintesa amoniak, 40 mol/jam H2 dan 12 mol/jam N2
diumpankan ke sebuah reaktor berkatalis untuk menghasilkan keluaran dengan laju
8 mol N2/jam, 28 mol H2/jam dan 8 mol NH3/jam.
Berapakah laju produksi masing-masing komponen apabila reaksi yang terjadi
adalah
N2 + 3H2 2 NH3
Penyelesaian:
mol/jam
mol/jam
mol/jam
Untuk reaktan laju produksi bernilai
negatif, sedangkan untuk produk bernilai positif.
Dengan memperkenalkan laju pembentukan komponen, neraca bahan dalam sistim
dengan reaksi kimia menjadi:
(3.4)
atau:
(3.5)
Dari rumusan di
atas terlihat bahwa dalam sistim dengan reaksi kimia, satu variabel yaitu laju
produksi (Rs) diperlukan
untuk masing-masing komponen. Menurut Hukum Dalton, laju produksi atau laju
penguraian tidak independen melainkan proporsional satu dengan lainnya menurut
koefisien stoikiometri reaksi. Apabila
laju satu reaksi ditentukan, maka laju reaksi komponen lain dapat dihitung.
Contoh 3.2:
Dari stoikiometri reaksi sintesa amoniak
N2 + 3H2 2 NH3
dapat
ditentukan:
Misalkan laju alir umpan N2,
H2 dan NH3 ditentukan berturut-turut sebesar 12, 40 dan 0
mol/jam dan laju konsumsi N2 adalah sebesar –4 mol/jam, tentukan
laju alir masing-masing produk.
Penyelesaian:
Laju produksi NH3 dan
konsumsi H2 dapat dihitung dari laju konsumsi N2:
= 8 mol jam
= –12 mol/jam
Maka laju alir
masing-masing produk:
Dari contoh di atas, dengan kehadiran sebuah
reaksi kimia yang melibatkan S
komponen, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Jika salah satu laju produksi
komponen diketahui, telah mencukupi untuk menentukan laju produksi sebanyak (S-1) komponen yang lain.
2.
Persamaan neraca massa , disamping variabel alur
alir, mengandung satu variabel independen tambahan, yaitu laju produksi salah
satu komponen yang dipilih sebagai acuan.
3.1.1
Konsep Laju Reaksi
Dalam merumuskan neraca komponen lebih diinginkan menggunakan laju
produksi yang bukan merupakan laju reaksi salah satu komponen yang dipilih
sebagai acuan.
Contoh 3.3:
Tinjau ulang
Contoh 3.2:
atau:
dari Contoh 3.2 diperoleh = 8 mol/jam, = –12 mol/jam sehingga:
= 8/2 = 4,
= –12/–3 = 4, dan
= –4/–1 = 4
Konsep laju reaksi dapat
digeneralkan dengan memperkenalkan sebuah notasi umum untuk koefisien
stoikiometri sebuah reaksi kimia σs.
Koefisien stoikiometri ini berharga negatif untuk reaktan dan berharga poositif
untuk produk. Laju reaksi r dapat
didefinisikan sebagai:
s = 1, 2,…, S (3.6)
Dari definisi di atas, laju produksi komponen S yang terlibat dalam suatu reaksi dapat
diperoleh dari persamaan:
s = 1, 2,…, S (3.7)
Sehingga persamaan neraca mol dan massa komponen
(Pers. 3.4 dan 3.5) menjadi:
s
= 1, 2,…, S (3.8)
dan
s = 1,
2,…, S (3.9)
Dalam bentuk umum dapat disimpulkan bahwa
dalam menyusun neraca komponen sistim dengan satu reaksi kimia, hanya
diperlukan sebuah variabel
tambahan yaitu laju reaksi r.
Contoh 3.4:
Tinjau
kembali Contoh 3.2 dengan laju N2, H2 dan NH3
berturut-turut adalah 12, 40 dan 0 mol/jam diumpankan ke sebuah reaktor sintesa
amoniak melalui reaksi:
N2 + 3 H2 2
NH3
Apabila
laju alir molar N2 keluar reaktor sebesar 8 mol/jam, hitung laju
alir molar komponen yang lain.
Penyelesaian:
Dari
persamaan reaksi diperoleh:
Neraca mol komponen:
(1)
(2)
(3)
dari Pers. (1) diperoleh: r
= 4 mol/jam.
dari Pers. (2) diperoleh: 40 - 3(4) =
28 mol/jam
dari Pers.
(3) diperoleh: 0 + 2(4) = 8
mol/jam
Dari contoh di atas, harga
numerik dari laju reaksi, meskipun independen dari setiap komponen dalam reaksi
tetapi juga sebagai fungsi dari nilai koefisien stoikiometri reaksi.
Contoh 3.5:
Misalkan perhitungan pada Contoh 3.4
diulang menurut reaksi:
½
N2 + 3/2 H2 NH3
Penyelesaian:
Dalam kasus ini:
Sehingga:
r yang
diperoleh dari contoh ini = 8 mol/jam, 2 kali harga r pada Contoh 3.4, akan tetapi:
40 – 3/2
(8) = 28 mol/jam (sama dengan Contoh 3.4)
0 + 1 (8)
= 8 mol/jam (sama dengan Contoh 3.4)
Dari contoh ini
dapat disimpulkan bahwa:
1.
Meskipun harga r tergantung pada harga koefisien
stoikiometri, laju keluaran tidak berubah karena harganya hanya tergantung pada
perbandingan koefisien stoikiometri.
2.
Pada persamaan neraca
komponen (Pers. 3.8) atau (Pers. 3.9) bahwa laju reaksi r biasanya berperan sebagai variabel intermediate (antara) di dalam perhitungan.
3.
Setelah r diketahui dan dengan mengetahui salah
satu laju aliran masuk atau keluar, maka laju alir komponen lain yang tidak
diketahui dapat dihitung.
4.
Dalam kinetika reaksi r seringkali dihitung dari temperature,
tekanan, komposisi dan profil aliran bahan di dalam reaktor, tidak tergantung
pada persamaan neraca komponen.
3.1.2
Konversi dan Reaktan Pembatas
Suatu hal yang lazim dan umum
digunakan untuk mengukur keberlangsungan reaksi kimia adalah dengan konversi
komponen. Konversi reaktan S (XS) didefinisikan sebagai:
(3.10)
Konversi suatu komponen, memberikan hubungan antara
laju alir masuk dan keluar dari komponen yang bersangkutan. Hubungan ini dapat
digunakan untuk menghitung laju reaksi:
(3.11)
dan
dari definisi konversi komponen S:
(3.12)
Dengan mensubstitusikan ke dua persamaan
di atas diperoleh:
(3.13)
Dari Pers. (3.13) terlihat bahwa apabila konversi suatu
komponen diketahui, maka laju reaksi dapat dihitung dan perhitungan neraca
bahan dapat diselesaikan dengan laju tersebut.
Contoh 3.6:
Proses
modern untuk produksi asam nitrat didasarkan pada oksidasi amoniak melalui
reaksi Haber. Tahap pertama
reaksi adalah oksidasi NH3 pada katalis platina untuk menghasilkan
NO melalui reaksi:
4 NH3 + 5 O2 4 NO + 6 H2O
Pada kondisi
reaksi tertentu, dengan laju umpan 40 mol/jam NH3 dan 60 mol/jam O2
diperoleh konversi NH3 sebesar 90%. Hitung laju aliran keluar reaktor
untuk semua komponen.
Penyelesaian:
Dari Pers. 3.13:
Laju
alir komponen keluar reaktor adalah:
Kesimpulan yang dapat diambil dari contoh soal di atas:
Ø Konversi didefinisikan hanya untuk reaktan
tertentu.
Ø Apabila konversi tidak disebutkan atas
dasar reaktan tertentu, maka konversi didasarkan pada reaktan pembatas (limiting reactan).
Ø Reaktan pembatas didefinisikan sebagai reaktan
yang terlebih dahulu habis bereaksi (terbatas) dengan berlangsungnya reaksi.
Tinjau
neraca komponen untuk reaktan S:
(3.14)
Komponen S merupakan reaktan dengan nilai σs berharga negatif, maka laju reaksi pada
saat reaksi selesai:
(3.15)
Sehingga persamaan laju reaksinya:
(3.16)
Dari persamaan di atas yang menjadi
reaktan pembatas adalah reaktan yang memiliki nilai perbandingan yang paling kecil.
Contoh
3.7:
Tinjau kembali Contoh 3.6, apabila
umpan amoniak dan oksigen yang diumpankan ke reaktor dengan laju mol yang sama
(equimolar) = 100 mol/jam diperoleh
konversi 80%. Hitung laju aliran keluar reaktor semua komponen.
Penyelesaian:
Konversi
pada contoh soal ini tidak didasarkan pada salah satu reaktan, karena itu harus
dianggap atas dasar reaktan pembatas.
NH3
= 50 mol/jam
O2 50 mol/jam
Gambar 3.1 Blok diagram proses oksidasi amoniak
Sebagai
reaktan pembatas adalah O2, karena memiliki nilai:
Dari Pers.
3.13, laju reaksi:
maka:
3.1.3 Analisa Derajat Kebebasan
Seperti telah dijelaskan pada sub Bab
2.2.1 bahwa analisis derajat kebebasan
pada dasarnya merupakan suatu tertib mekanisme untuk menghitung semua variabel,
persamaan neraca, dan hubungan-hubungan lain yang berkaitan dengan persoalan
yang dikaji. Derajat kebebasan dari suatu sistim neraca massa dengan reaksi
kimia juga didefinisikan sebagai mana yang terdapat dalam Pers. (2.13).
1. Apabila derajat kebebasan positif,
dikatakan bahwa rumusan permasalahannya kurang terdefinisi.
2. Apabila derajat kebebasan negatif,
memiliki arti bahwa rumusan persoalannya kelebihan spesifikasi.
3. Untuk derajat kebebasan nol, dikatakan
bahwa rumusan persoalan telah tepat terspesifikasikan, artinya jumlah persamaan
tepat sama dengan jumlah variabel yang tidak diketahui.
Berdasarkan persamaan neraca
komponen untuk semua komponen yang tidak terlibat dalam reaksi maka Sebuah persamaan neraca dapat dituliskan untuk
masing-masing komponen dan penjumlahan semua komponen S merupakan neraca total.
(3.17)
atau:
(3.18)
Ö
Neraca massa
total dapat ditambahkan pada neraca komponen, sehingga terdapat (S+1) persamaan neraca dan hanya S buah persamaan yang independen.
Ö
Jumlah persamaan independen yang tersedia untuk
penyelesaian sama dengan jumlah komponen.
Ö
Dalam sistim dengan satu reaksi kimia, pada
perhitungan derajat kebebasan harus ditambahkan satu variabel tambahan yaitu r (laju reaksi kimia).
Contoh 3.8:
Untuk membuat gas sintesa (H2
dan N2) dengan komposisi 75% H2 dan 25% N2
dilakukan dengan cara mencampur producer
gas (78% N2, 20% CO, 2%
CO2) dengan water gas (50% H2, 50 % CO). Gas CO
yang bersifat dapat meracuni katalis dihilangkan dengan mereaksikan campuran
gas dengan kukus untuk membentuk CO2 dan H2. Reaksi yang
terjadi:
CO + H2O CO2
+ H2
CO2 yang terbentuk
selanjutnya dihilangkan dengan cara penyerapan dengan media penyerap yang
sesuai. Komposisi dinyatakan dalam % mol. Kukus diumpankan ke dalam reaktor
dengan laju yang tepat agar semua CO terkonversi. Tentukan perbandingan laju
alir producer dan water gas yang harus dicampurkan dan laju alir di semua alur alir.
Penyelesaian:
Neraca komponen:
CO :
0 = 0,2N1 + 0,5N2 - r
H2O
:
0 = N3 - r
CO2 :
N4 = 0,02N1 + r
H2 : 0,75N5
= 0,5N2 + r
Gambar 3.2 Blok diagram proses penghilangan
CO
Ambil
dasar perhitungan pada aliran 1 = 100 mol/jam. Gas N2 adalah gas inert (gas yang tidak
terlibat dalam reaksi) sehingga:
NN21
= NN25 = (0,78) (100) = 78 mol/jam
XN25N5 = NN25
0,25N5 = 78
N5 = 312
mol/jam
Penjumlahan
neraca komponen CO dan H2 diperoleh:
0,75N5 = 0,2N1 + N2
N2 = 0,75N5 – 0,2N1
= (0,75)(312) – 0,2(100) = 214 mol/jam
Dari neraca CO:
r
= 0,2N1 + 0,5N2
= 0,2(100) + 0,5(214) = 127 mol/jam
Dari neraca H2O:
N3 = r = 127 mol/jam
Dari neraca CO2:
N4 = 0,02(100) + 127 = 129 mol/jam
Sehingga:
N1/N2
= 100/214 = 0,467
Contoh 3.9:
Untuk memastikan konversi
CO benar-benar sempurna, sehingga keracunan katalis dapat dihindari, reaksi
berikut ini:
CO + H2O CO2
+ H2
biasanya dilakukan pada
dua buah reaktor unggun tetap yang masing-masing mengandung jenis katalis yang
berbeda. Campuran producer gas dengan
komposisi 78% N2, 20% CO dan 2% CO2 dan water gas yang terdiri dari 50% H2
dan 50% CO direaksikan dengan kukus untuk mendapatkan gas hasil yang mengandung
H2:N2 = 3:1. Apabila laju
alir kukus diatur sehingga 2 kali laju gas kering total (producer gas + water gas)
dan jika 80% konversi terjadi pada reaktor pertama. Hitung komposisi produk antara.
Penyelesaian:
Ø
Pada Reaktor 1 dan 2 terjadi reaksi
yang sama, sehingga untuk masing-masing reaktor terlibat 1 reaksi, sehingga
keseluruhan proses harus melibatkan kedua variabel tersebut.
Ø Dalam
mengkaji neraca keseluruhan, keseluruhan sistim dipandang segagai reaktor
tunggal dimana reaksi itu terjadi. Neraca keseluruhan hanya mengandung satul laju reaksi yang
terlibat.
Ø
Masukan lain sama dengan menentukan
derajat kebebasan pada sistim tanpa reaksi kimia.
H2O (g)
Gambar 3.3 Blok diagram proses
penghilangan CO dua tahap
Tabel DK
Reaktor 1
|
Reaktor 2
|
Proses
|
Keseluruhan
|
|
Varibel
alur-alir (+ reaksi)
|
12
|
10
|
17
|
11
|
Neraca
independen
|
5
|
5
|
10
|
5
|
Variabel independen yang
ditetapkan
- Komposisi
|
3
|
-
|
3
|
3
|
Hubungan
pendukung
- Kukus berlebih
- Konversi
- Perbandingan H2:N2
|
1
1
-
|
-
-
1
|
1
1
1
|
1
-
1
|
Basis
perhitungan
|
-
-10
|
-
-6
|
1
-17
|
1
-11
|
DK
|
2
|
2
|
0
|
0
|
Dari tabel derajat kebebasan di atas,
proses telah terspesifikasikan dengan lengkap dan persoalan dapat diselesaikan
dari neraca keseluruhan. Dengan meletakkan dasar perhitungan pada aliran 1
dengan laju 100 mol/jam, persamaan neraca komponen adalah:
N2 : (0,78)(100) = 78
mol/jam
CO :
0 = (0,2)(100) + 0,5 N2 - r
H2O :
CO2 : 0,02(100) + r
H2 :
Perbandingan
H2:N2 pada aliran keluar sistim = 3:1
Kukus
umpan = 2 x total gas kering umpan
N3 = 2(N1 + N2) (1)
Eliminasi
r dari penjumlahan neraca H2
dan CO.
Dari neraca
CO diperoleh:
0 = 0,2 (100) + 0,5 (214) – r
r = 20 + 107 = 127 mol/jam
(r keseluruhan) = 127 mol/jam
Dari
persamaan (1):
N3 = 2 (100 + 214) = 628 mol/jam
Dari
neraca CO2:
mol/jam
Dari
neraca H2O:
mol/jam
DK pada Reaktor
1 = 2, sehingga perhitungan selanjutnya dipilih pada Reaktor 1.
Konversi pada Reaktor 1= 0,8
Maka sebagai reaktan pembatas adalah
CO, sehingga:
= 101,6 mol/jam (pada Reaktor 1)
Dengan
diperolehnya r pada Reaktor 1, maka
laju alir komponen yang keluar Reaktor 1 dapat dihitung dari neraca komponen.
N2 :
(0,78)(100) = 78 mol/jam
CO :
H2O :
CO2 :
H2 :
Komposisi
(fraksi mol) aliran 4 adalah:
Dari
neraca CO pada reaktor 2:
0 = 25,4 – r
r2 = 25,4 mol/jam
r1 = 101,6 mol/jam
r keseluruhan
= 127 mol/jam
Berdasarkan hubungan di atas dapat disimpulkan
bahwa laju reaksi keseluruhan merupakan jumlah dari laju reaksi pada
masing-masing reaktor.
Catatan: Apabila dalam sistim yang terdiri dari
beberapa unit terdapat sebuah reaksi yang sama dalam beberapa unit, maka laju
reaksi keseluruhan sistim merupakan jumlah laju reaksi pada masing-masing unit.
3.2 Neraca Massa Komponen Sistim Reaksi Kimia
Banyak.
3.2.1
Tingkat Perolehan
Konversi
untuk sistim dengan multi reaksi:
(3.19)
Perolehan fraksional (Ypq)
produk p dari reaktan q didefinisikan sebagai rasio laju produksi
netto (p) dengan laju produksi yang mungkin diperoleh jika seluruh laju
pengurangan reaktan q semuanya terkonversi menjadi p saja.
(3.20)
Rpmax = laju produski maksimum produk p dari reaktan q.
Jika produk p diharapkan
keluar proses. Yield mendekati 100% menunjukkan bahwa semua reaktan
terkonversi menjadi produk yang diinginkan. Yield lebih kecil 50%
menunjukkan banyak terbentuk reaksi samping.
Contoh
3.10:
Polyglycol diproduksi melalui proses hidrasi
katalitik oksida etilen dengan penambahan oksida berturut-turut menghasilkan
glycol
Reaksi
yang terjadi:
H2O + C2H4 ® C2H4(OH)2
C2H4(OH)2 + C2H4O ® (C2H4OH)2O
(C2H4OH)2O
+ C2H4O ® (C2H3OH)3 (H2O)
Dispersikan 100 mol/jam
etilen oxida bereaksi sempurna dengan kelebihan H2O 10 moll/jam,
mono 30 mol/jam, didalam 10 mol/jam glycol diperoleh. Tentukan yield diglycol
dari oksida.
Penyelesaian:
Jika
tidak ada digycol diumapankan ke reaktor, laju produksi diglycol 30 mol/jam.
Jika 100 mol oxida habis digunakan untuk diproduksi diglycol saja. Kemudian
laju produksi digycol seharusnya 50 mol/jam. Untuk mengkonversi ini, mari cek r1-r2-r3
-ke tiga reaksi diatas untuk ditabelkan.
Kemudian
jika laju keluaran mono-and diglycol dibuat nol diperoleh:
Neraca oksida: 0 = 100-r1-r2-r3
Neraca mono: 0 = 0- r1-r2
Neraca tri: 0 = 0+ r3
Dari
neraca ini
r3 = 0 dan r1= r2 = 50 mol/jam
akibatnya
jika laju produksi diglycol diberikan Rdi
= r2-r1
ini
megikuti:
Rdimax = 50
mol/jam
Jadi:
yield diglycol dari oxida adalah:
Y = 30/50 = 0,6 atau 60%
Dalam
berbagai aplikasi, yield sebagai
fungsi reaktan mula-mula. Sebagai contoh: yield produk
dapat mengikat sebanding dengan pengurangan reaktan. Akibatnya kedua quantitas
ini menggambarkan ferformance reaktor dimana reaksi ganda terjadi.
Contoh 3.11:
Etylen oksida yang digunakan untuk memproduksi glycol dibuat melalui
oksidasi parsial etilen dengan udara berlebih pada katalis perak. Reaksi
utamanya:
2C2H4
+ O2 2C2H4O
Sangat
disayangkan, etylen juga dapat teroksidasi sempurna membentuk CO2
dan H2O melalui rekasi:
C2H4
+ 3O2 2CO2 + 2H2O
Jika umpan
mengandung 10% ethylen dan konversi ethylen 25%, 80% yield oksida
diperoleh dari reaktan ini. Tentukan komposisi aliran keluaran
reaktor?
Penyelesain:
Disini
terdapat dua reaksi dan 2 laju reaksi. Ada 5 komponen yang terlibat dalam
proses ini dan 1inert (N2), sehingga ada 6 neraca. Karena tidak ada
laju alir yang ditetapkan, maka basis untuk perhitungan dapat ditentukan secara
bebas.
Derajat kebebasan:
Jumlah variabel
Jumlah persa. neraca
Jumlah komposisi
Jumlah
hubungan pendukung
Basis
|
9+2
6
1
3
1
- 11
|
Derajad
kebebasan
|
0
|
Diasumsikan basis
perhitungan 1000 mol/jam umpan, maka:
Dari komposisi
masuk:
Nin C2H4
= 0,1 (1000) = 100 mol/jam
Sisa = 1000-100=
900 mol/jam umpan
21% dan 79%,
maka:
NinO2
= 0,21 (900) = 189 mol/Jam
NinO2
= 0,79 (900) = 189 mol/Jam
Jika konversi
ditetapkan 25%, itu mengikuti:
0,25 =
0,25 = (Nin C2H4)
– Nin C2H4
NoutC2H4
= 100 – 0,25 N1 C2H4
Nout
C2H4 = 100 – 25
V = 75 mol/Jam
Yield ditentukan
= 80 %
Jadi: 0,8 =
Maksimum laju produksi C2H4 dihasilkan
jika selama 25 mol/jam C2H4 yang dimonversi seluruhnya
membentuk oksida, Jika tidak terbentuk CO2 sebagai produk samping
0
= 0 + r2
Jadi r2 = 0
Sehingga dari neraca C2H4,
75 = 100 – 2 r1 - r2 = 100 – r1
R1
= 12,5 mol/jam
Re2maxH4O
= 2r1 = 25 mol/jam
Hubungan pengurangan yield untuk:
0,8 =
N2outC2H4O
= 20 mol/Jam
Diperoleh:
Neraca C2H4O 20 = 0 + 2 r1
C2 H4 75 = 100 – 2 r2
– r2
O2 NoutO2
= 189 – r1 – 3 r2
H2O NoutH2O
= O + 2 r2
CO2 NoutCO2
= O + 2r2
N2 NoutN2
= 711
Dari neraca
C2H4O:
r1= 10 mol/jam
dari neraca
C2H4:
r2 = 5 mol/jam
Laju reaksi ini dapat digunakan
untuk menentukan sisa laju aliran keluar.
3.2.2 Analisis Derajat Kebebasan Unit Banyak dengan Sistim Reaksi Banyak
Sebagaimana
halnya pada sistim tanpa reaksi, himpunan neraca dapat dibuat untuk masing-masing
unit dan juga untuk keseluruhan proses. Perbedaan utama adalah apabila satu dari unit proses adalah reaktor, ketika
membuat neraca keseluruhan, proses keseluruhan harus dipandang sebagai sebuah
reaktor dan laju reaksi keseluruhan harus diperhitungkan sebagai variabel.
Contoh 3.12:
Reduksi
Fe3O4 dilakukan di dalam sistim aliran dua tahap
sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikur ini. Reaksi yang
terjadi adalah:
Fe3O4 + H2
® 3 FeO + H2O …….……........(1)
FeO + H2 ® Fe + H2O ……………….(2)
Reaksi
pertama dan kedua terjadi pada tahap I dan hanya reaksi yang kedua terjadi pada
tahap II. 10 mol “reducing gas” yang
mengandung (% mol) 30 % H2, 66 % N2 dan 1 % H2O
masuk ke tahap kedua per 1 mol produk dengan kandungan 98 % mol Fe. Gas yang
keluar dari tahap kedua dialirkan ke tahap pertama. Produk Fe yang keluar dari
tahap pertama mengandung 2 % Fe. Apabila 10 % gas yang keluar tahap pertama
dibuang dan aliran keluar “Condenser”
yang di daur ulang mengandung 0,5 % mol air. Hitung komposisi pada semua alur alir.
Penyelesaian:
·
Sistim terdiri dari 5 unit dengan
reaktor 2 unit
·
Pada reaktor I terjadi reaksi 1 dan 2
·
Pada
reaktor II terjadi reaksi 2 saja
·
Tahap I perlu dua variabel reaksi
·
Tahap II perlu satu variabel reaksi
·
Untuk neraca keseluruhan terlibat 2
variabel reaksi
·
Himpunan
reaksi “independent” 2 reaksi
·
Jumlah persamaan neraca komponen pada
neraca keseluruhan = 6
(Fe3O4,
FeO, Fe, H2, H2O, N2)
Analisa DK
Jumlah
|
Pencampur
|
Tahap
II
|
Tahap
I
|
Pembagi
aliran
|
Condenser
|
Proses
|
Keseluruhan
|
§ Variabel
§ Neraca Independent
§ Komposisi independen
§ Hubungan pembantu:
- Kendala pembagi
- Fraksi gas yang dibuang
- Perbd. Gas dan produk
|
9
3
3
0
0
0
|
10+1=11
5
4
0
0
1
|
9+2=11
6
1
0
0
0
|
9
3
0
2
1
0
|
7
3
1
0
0
0
|
30
20
5
2
1
1
|
10+2=12
6
1
0
0
0
|
Derajat kebebasan
|
3
|
1
|
4
|
3
|
3
|
1
|
5
|
Dasar perhitungan
|
1
|
-1
|
|||||
Derajat kebebasan
|
0
|
0
|
Diperlukan
dasar perhitungan pada tahap ke dua dan dari analisa derajat kebebasan dimulai
perhitungan pada tahap ke dua.
NII=
1000 mol/jam, NII
/ NI = 10 100 mol/jam
Dari
reaksi pada tahap ke dua:
FeO + H2
Fe + H2O
Neraca
massa komponen di Tahap II:
N2 :
H2 :
H2O :
Fe : 0,98
(100) = 0,02 N2 + r2”
FeO : 0,02
(100) = 0,98 N2 – r2”
Catatan: r2” = r2
pada tahap ke dua.
Dari
neraca Fe dan FeO diperoleh : N2 = 100 mol/jam
r2” = 96 mol/jam
Dari
neraca N2 diperoleh :
Dari neraca H2O deperoleh :
Ø Derajat kebebasan mula-mula pada
tahap I = 4, setelah dihitung dari neraca pada tahap II diperoleh, maka derajat
kebebasan pada tahap I menjadi nol.
Ø
Derajat kebebasan pada alat pencampur
menjadi 3-1 (dasar perhitungan) = 2.
Ø Derajat kebebasan keseluruhan = 5 – 1
(N1) = 4.
Ø Perhitungan selanjutnya dilakukan
untuk tahap I.
·
Reaksi
yang terjadi pada tahap I:
1. Fe3O4 + H2 3 FeO + H2O
2. FeO + H2 Fe + H2O
·
Neraca
massa komponen:
N2 :
H2 :
H2O :
Fe : 0,02
N2 = 0 + r2 0,02 (100) = r2 mol/jam
r2
= 2 mol/jam
FeO : 0,98
N2 – r2” = 0 + 3 r1
– r2
0,98
(100) = 3 r1 – r2
Fe3O4 : 0
= N4 – r1
Dari
neraca FeO : 98 = 3 r1
– r2 = 3 r1 – 2
r1 = 100/3 mol/jam
Dari
neraca Fe3O4 : 0 = N4 – 100/3
N4 = 100/3 mol/jam
Dari
neraca H2 diperoleh :
Dari
neraca H2O diperoleh :
Dari
neraca N2 diperoleh :
Dengan diketahuinya maka derajat kebebasan
pada alat pembagi aliran menjadi : 3 – 3 = 0.
·
Selanjutnya
dihitung neraca massa
pada alat pembagi aliran.
Dari hubungan : 10 % gas yang keluar
tahap pertama dibuang diperoleh:
+
·
Neraca
massa pada
kondenser :
0 Response to "MK Neraca Massa"
Post a Comment