Praktikum Kimia Organik " Reaksi-reaksi umum senyawa organik "
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Judul
Praktikum
Reaksi-reaksi Umum Senyawa Organik
1.2 Tanggal Praktikum
31 Mei
2014
1.3
Tujuan
Percobaan
1. Menentukan
sifat-sifat dari lemak, minyak dan sabun
2. Mempelajari
sifat-sifat protein
3. Mengamati
sifat-sifat dari karbohidrat
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota dari golongan
lipid ,yaitu merupakan lipid netral. Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi empat kelas : yaitu :
1) lipid netral
2) posfatida
3) spigolipid
4) glikolipid
Semua jenis lipid ini banyak terdapat di alam, Minyak dan
lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung jumlah kecil
komponen selain trigliserida, yaitu :
1) lipid kompleks (yaitu lesithin, cephalin,
fosfatida, lainnya serta glikolipid).
2) sterol, berada dalam keadaan bebas atau
terikat dengan asam lemak.
3) asam lemak bebas.
4) lilin.
5) pigmen yang larut dalam lemak, dan
6) hidrokarbon.
Komponen tersebut mempengaruhi warna flavor produk.,serta
berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dri
biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida yaitu lesithin dan cephalin.
Adapun berbedaan umum
antara minyak nabati dan hewani adalah
1) minyak hewani
megandung kolestrol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol.
2) kadar asam lemak
tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati.
3) Lemak hewani
mempunyai bilangan richirt.Meissl lebih
besar dan bilangan polenske lebih kecil dibanding dengan minyak nabati.
Klasifikasi lemak
nabati berdasarkan sifat fisiknya,(sifat mengeringkan dan sifat cair ) dapat dilihat kegunaan dan negara
penghasil dari berbagai jenis macam minyak.
NO
|
Kelompok Lemak
|
Jenis Lemak/Minyak
|
1
2
|
Lemak (berwujud
padat)
Minyak (berwujud Cair)
a.
Tidak mengering
b.
Setengah mengering
c.
Mengering
|
Lemak biji coklat,
inti sawit,cuhune, babassu, tengkawang
Minyak zaitun,kelapa,
inti zaitun
Minyak dari biji
kapas
Minyak kacang kedele
|
(
S.Ketaren,1986 )
2.2 Bilangan Penyabunan
Bilangan
penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu
gram minyak atau lemak. Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan
dengan larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan
trigliserida , yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
lemak. Larutan alkali yang tertinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan
asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.



R3COO CH2 R3COOK CH2OH
trigliserida sabun kalium gliserol
Dalam
penetapan bilangan penyabunan biasanya larutan alkali yang dipergunakan adalah
larutan KOH, yang diukur dengan hati-hati ke dalam tabung menggunakan buret
atau pipet.
Campuran minyak atau lemak dengan
larutan KOH didihkan pada pendinginan alir
-balik sampai terjadi penggabungan yang lengkap. Kemudian larutan KOH
yang tersisa ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah larutan alkali
beralkohol yang dipergunakan, dikalikan dengan berat molekul dari larutan
alkali tersebut dibagi dengan berat adalah 56,1 : sebagai sedangkan berat
molekul larutan NaOH.

Selain itu ,bilangan penyabunannya ialah
jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak.
Bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat
molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi. Penentuan
bilangan penyabunan dapat dilakukan pada massa/semua jenis minyak dan lemak.
(S. Ketaren, 1986)
2.3 Sabun dan Detergen
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium)
dari asam-asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18,namun
dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Kemungkinan
sabun ditentukan oleh orang Mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu.Pembantu
sabun oleh suku bangsa-suku bangsa Jaman dilaporkan oleh Jullus Caesan.Teknik
pembuatan sabun dilupakan orang dalam zaman kegelapan.
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.Kemampuan ini disebabkan
oleh dua sifat sabun. Pertama rantai hidrokarbon sebuah molekul Sabun larut
dalam zat non-polar ,seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung molekul
sabun,yang terletak/tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul
sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain.Karena tolak-menolak antara
tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung,tetapi
tetap tersuspensi. Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut
surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul
surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik dan suatu ujung
hidrofilik.
(Fessenden,1982)
2.4 Klasifikasi Protein
Secara
kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan. Protein
serat, juga disebut protein struktural) yang membentuk kulit, otot, dinding
pembuluh darah, dan rambut ,terdiri dari molekul panjang-benang yang lain atau
liat dan tidak larut.
2.5 Protein Konjugasi
Yang
dihubungkan ke suatu bagian nonprotein seperti misalnya gula ,melakukan
pelbagai fungsi dalam seluruh tubuh.Suatu cara hubungan yang lazim antara
protein ialah dengan suatu rantai sampai fungsian samping fungsional dari
protein. Suatu protein yang terstruktur –akundernya dalam bulu.Tiap molekul
protein dalam kreatin mempunyai bentuk spiral, yang disebut spiral.ἀ-kanan.
“kanan “ merujuk pada arah putaran dalam spiral itu.
Perhatikan
beberapa struktur protein lain.Kalogen merupakan klasifikasi umum dari protein
kuat dan liat,yang membentuk tulang rawan, urat, kulit, dan jaringan tulang.
Kolagen memperoleh kekuatan dari struktur lebih tinggi, “Super-spiral” : tiga
polipeptida spiral kanan terjalin dan membentuk suatu rantai kira-kira 15
amstrong dan panjang 2800 amstrong .Spiral ganda-tiga terpolagen,seperti halnya
suatu spiral tunggal,dipertahankan secara bersama-sama oleh ikatan hidrogen.
Galatin
diperoleh dengan mendidihkan bahwa hewani yang mengandung kolagen ; umumnya
gelatin bukanlah protein yang sama tipenya dengan kolagen. Ternyata bobot
molekul gelatin hanyalah sepertiga kolagen.Agaknya dalam pembentukan gelatin,
molekul tropokolagen terurai dan tiap helai membentuk ikatan hidrogen dengan
air, menghasilkan pembentukan gel yang khas.
Struktur spiral bukanlah tipe satu-satunya dari struktur
sekunder protein. Tipe struktur lain, yang dirujuk sebagai lembaran –β, atau
lembaran terwiru, terdapat dalam fibroin sutera. Lembaga terwiru (terlipat )
merupakan penataan dimana molekul protein tunggal dideretkan sisi ke sisi dan
terikat dengan ikatan hidrogen antara rantai-rantai.
Rantai-rantai protein dalam fibroin sutera bukanlah sekedar
rantai zig-zag yang terukur. Analisa dengan difraksi sinar –X menunjukkan
satuan berulang tiap 7,0 amstrong.Pengulangan ini agaknya disebabkan dari suatu
lipatan (atau wiruan) dalam mengandung 46% glisina (tanpa rantai samping) dan
38% campuran alanina dan serina (rantai samping kecil). Tidak adanya gugus R
yang meluah dalam asam-asam amino ini memungkinkan penataan sisi ke sisi dari
rantai-rantai protein dalam struktur fibroin itu.
Suatu protein globular bergantung pada suatu struktur
tersier untuk mempertahankan bentuk bola, lipatan yang rumit, yang diperlukan
agar kelarutan tetap baik. Dalam suatu protein globular, rantai-rantai samping
hidrofilik, polar berada di bagian luar bola (untuk meningkatkan kelarutan
dalam air) dan rantai samping hidrofobik, non-polar ditata pada permukaan
dalam, dimana mereka dapat digunakan untuk mengkatalisis reaksi tanpa air.
Permukaan yang unik dari tiap protein glabular memungkinnya “mengenali“
molekul-molekul organik komplementer. Pengenalan ini memungkinkan enzime-enzime
mengkatalisis reaksi molekul-molekul tertentu, tetapi tidak molekul lain.
Hemoglobin, bagian dari eritrosit (sel darah merah) yang
bertanggung jawab atas pengangkutan oksigen dalam aliran darah, merupakan
contoh yang tepat dari protein globular. Satu satuan hemoglobin, yang mempunyai
“ bobot molekul “ sekitar 65,000, mengandung empat molekul protein yang disebut
globin.
Tiap
globin terlipat sedemikian rupa sehingga (1) cocok secara sempurna dengan
ketiga globin lain untuk mempertahankan keseluruhan (entitas) hemoglobin itu,
dan (2) membentuk suatu celah molekular yang bentuk dan ukurannya tepat untuk
ditempati oleh suatu satuan heme bersama molekul O2 nya.
2.6 Denaturasi Protein
Denaturasi
suatu protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur ebih tinggo oleh
terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang mengukuhkan
molekul protein. Akibat suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat biologis
protein itu. Salah satu faktor yang menyebabkan denaturasi suatu protein ialah
perubahan temperatur. Memasak outih telur merupakan contoh denaturasi yang tak
reversible. Suatu putih telur adalah cairan tak berwarna yang mengandung
albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur adalah akan
mengkibatkan albumin itu membuka lipatan dan mengendap ; dihasilkan suatu zat
padat putih.
Perubahan
pH juga dapat mengakibatkan denaturasi. Bil suatu menjadi asam, perubahan pH
yang disebabkan oleh pembentukan asam laktat akan menyebabkan penggumpalan
susu, atau pengendapan protein yang semula larut. Faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan denaturasi adalah detergen, radiasi, zat pengoksidasi atau
pereduksi (yang dapat mengubah hubungan S-S ), dan perubahan tipe pelarut. Beberapa
protein (kulit dan dinding saluran pencernaan, misalnya sangat tahan terhadap
denaturasi, sedangkan protein-protein lain sangat peka). Denaturasi dapat
bersifat reversible jika suatu protein hanya dikenal kondisi denaturasi yang
lembut, seperti sedikit perubahan pH. Jika protein ini dikembalikan ke
lingkungan alamnya, protein ini dapat memperoleh kembali struktur lebih
tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut renaturasi. Sayang
renaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali. Salah satu
permasalahannya dalam penelitian protein ialah bagaimana mempelajari protein
tanpa merusakkan struktur lebih tingginya (Fessenden,1982).
2.7 Karbohidrat
2.7.1 Definisi dan Penggolongan
Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa
jenis ini dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)m, atau karbon
glukosa.Misalnya, mempunyai rumus molekul C6H12O6
yang juga dapat dinyatakan sebagai C6(H2O)6.
Sekalipun rumus ini hampir tak berguna dalam mempelajari kimia karbohidrat,
namanya masih tetap dipertahankan.
Sekarang,
karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, atau senyawa yang
menghasilkan senyawa yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian , kimia
karbohidrat adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus hidroksil dan
gugus karbonil. Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
2.8 Monosakarida
Monosakarida
digolongkan menurut jumlah atom karbon yang ada dan membuat gugus fungsi
karbonilnya, yaitu aldehida atau keton. Hanya ada dua triosa, yaitu gliserida
dan dihidroksiaseton.Masing-masing triosa mempunyai dua gugus hidroksil pada
atom karbon yang berbeda, ditambah satu gugus karbonil.




CH2OH CH2OH
gliseraldehida dihidroksiaseton
Gliseraldehida adalah aldosa yang paling sederhana, dan
dihiroksiaseton adalah ketosa yang paling sederhana pula. Aldosa atau ketosa
lainnya diturunkan dari glikoseraldehida atau dihidroksi aseton dengan cara
menambahkan atom karbon,masing-masing membawa gugus hidroksil.
2.9 Disakarida
Oligasakarida
yang paling banyak terdapat ialah disakarida. Pada disakarida , dua
monosakarida bergabung melalui ikatan glikosida yang terbentuk diantara karbon
anomerik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil dari monosakarida
lain. Dalam bagian ini akan diuraikan struktur dan sifat empat disakarida yang
penting.
2.10 Maltosa
Maltosa
adalah disakarida yang diperoleh sebagai hasil hidrolisis pati. Hidrolisis
maltosa selanjutnya menghasilkan glukosa.Karena itu, maltosa mestinya terdiri
dari dua sistem glukosa. Karbon anomerik dari satu unit dihubungkan dengan
gugus hidroksil C-4 dari unit lainnya.Konfigurasi pada karbon anomerik unit
yang pertama ialah ἀ. Dalam bentuk kristal pada kristal unit kedua mempunyai
konfigurasi β .Kedua unit berbentuk piranosa.















![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
||||||
OH OH O OH OH β
ἀ
Nama
sistematik untuk maltosa menjelaskan strukturnya secara lengkap, termasuk nama
setiap unit, ukuran cincin (piranosa), konfigurasi pada setiap karbon anomerik
(ἀ dan β), dan lokasi gugus hidroksil yang terlibat dalam ikatan
glikosida.Perlu diperhatikan bahwa karbon anomerik dari unit glukosa yang kedua
berbentuk hemiasetal. Biasanya fungsi hemiasetal berada dalam kesetimbangan
dengan bentuk aldehida rantai terbuka.Karena itu, maltosa memberikan hasil
positif dengan uji fehling dan reaksi lain yang serupa yang berlaku untuk
karbon anomerik pada glukosa.
2.11 Selobiosa
Selobiosa
adalah disakarida yang diperoleh dari hidrolisis parsial selulosa. Hidrolisis
lebih lanjut dari selobiosa menghasilkan D-glukosa. Karena itu, selobiosa
adalah isomer dari maltosa.Perbedaannya dengan maltosa ialah karena
konfigurasinya β.Perlu diperhatikan bahwa struktur konformasi yang digambarkan
pada selobiosa ialah satu cincin mengandung oksigen yang berurutan satu di
belakang yang lainnya.
2.12 Laktosa
Laktosa
adalah gula warna yang terdapat suatu susu ibu dan susu sapi. Hidrolisis
laktosa menghasilkan D-glukosa dan
D-glukosa dalam jumlah yang sama. Karbon anomerik unit galakrosa mempunyai
konfigurasi β yang dihubungkan dengan gugus hidroksil dari unit glukosa. Beberapa
bayi manusia menderita yang disebut galaktosemia. Mereka kekurangan enzim yang
mengisomerkan galaktosa menjadi glikosa sehingga tidak mampu mencerna susu.
Jika bayi tersebut tidak diberi susu, maka gejala penyakit yang diakibatkan
oleh akumulasi galaktosa dalam jaringan dapat dihindarkan.
2.13 Sukrosa
Sukrosa barangkali yang dari semua
disakarida adalah sukrosa yaitu gula biasa.Sukrosa terjadi pada semua tanaman
yang menjalani fotosintesis, yang fungsinya adalah sebagai sumber energi. Gula
ini diperoleh dari tanaman tebu dan bit, yang menyusun sebanyak 14-20 % dari
cairannya.
Hidrolisa sukrosa menghasilkan
D-glukosa dan gula keto D-fruktosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa berbeda
dengan disakarida yang telah diuraikan sebelumnya karena kedua karbon termasuk
anomerik dari dua unitnya terlibat dalam pembentukan ikatan glikosida.
Kedua karbon anomeriknya terikat
sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus hemiasetal.
Karena itu tak ada unit dari sukrosa yang berada dalam kesetimbangan dengan
bentuk asikliknya. Sukrosa tak dapat bermutarotasi. Dan, karena tak ada lagi
gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat lagi mereduksi pereaksi-pereaksi.
Tollen, fehling, dan Benedict. Karena itu sukrosa dinamakan gula non-pereduksi,
berlainan dengan monosakarida dan
disakarida yang telah diuraikan sebelumnya.
2.14 Polisakarida
Polisakarida
sangat beragam dalam panjang rantai dan bobot molekulnya.Unit monosakarida
dapat terikat menurut rantai lurus atau bercabang. Kebanyakan polisakarida
menghasilkan satu macam hasil hidrolisis, tetapi ada beberapa kekecualian.
2.15 Pati dan Glikogen
Pati adalah karbohidrat penyimpanan energi pada
tanaman.Pati merupakan komponen padi-padian, kentang,jagung. Dalam bentuk
inilah glukosa disimpan oleh tanaman untuk keperluan mendatang. Pati dapat
dipisahkan dengan macam-macam pelarut dan teknik pengendapan menjadi dua
bagian, yaitu amilosa dan amilopektin.
Pada
amilosa, yang mengandung 20% pati, unit-unit glukosa (50-300) membentuk rantai
lurus dan yang berikatan. Dalam larutan, rantai ini berbentuk sifat heliks
(spiral) karena adanya ikatan dengan konfigurasi ἀ pada setiap unit glukosa.
Glikogen
adalah cadangan karbohidrat pada hewan. Seperti halnya pati, glikogen terbuat
dari unit-unit glukosa yang berikatan
1,4 dan 1,6. Glikogen dihasilkan jika
glukosa diserap dari usus ke dalam daerah dan diangkat ke hati, otot, dan
lain-lain, kemudian berpolimer dengan bantuan enzim.Glikogen membantu
mempertahankan kesetimbangan gula dalam tubuh dengan menghilangkan atau
menyimpan kelebihan gula yang dicerna dari makanan dan mensuplaykan ke dalam darah
jika diperlukan untuk energi ( Hart,1990 ).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat
1. Tabung
reaksi
2. Penangas
air
3. Penangas
es
4. Gelas
piala
5. Erlenmeyer
penyaring
6. Pipet
tetes
7. Pipet
volume
8. Hot
plate
9. Pipet
volume
10. Filler
3.1.2
Bahan
1. Minyak
2. Kertas
lakmus
3. H2SO4
encer
4. CaCL2
5. NaCL
25%
6. Methyl
red
7. Larutan
pp
8. Larutan
sabun
9. Etanol
10. Larutan
albumin
11. Larutan
HNO3
12. Asam
setat encer
13. Larutan
glukosa
14. Larutan
sukrosa
15. Larutan
fehling
16. HCL
pekat
17. Larutan
pati
3.2
Cara Kerja
3.2.1
Minyak dan sabun
a)
Safonikasi Minyak
-
4 mL minyak dan 13 mL etanol dan 12 mL NaOH dimasukkan ke dalam gelas piala.
-
Campuran dipanaskan dipenangas air pada 80-900C , selama 15 menit
-
campuran dipanaskan sampai terbentuk larutan dan di tambahkan sedikit air
- H2SO4
ditambahkan hati-hati dengan meneteskan 3 tetes
b) Uji
alkali bebas
-
5 mL larutan sabun, diuji dengan kertas lakmus ,kemudia ditambahkan larutan pp
3 tetes.
c) Efek
garam terhadap sabun
-
10 mL larutan sabun ditambahkan larutan NaCl 2 ml dan dikocok dengan baik.
d) Pemisahan
asam
-
25 ml larutan sabun, ditambahkan 3tetes metil red lalu ditambahkan 0,5 ml H2SO4
encer 0,1 M dan diaduk. Penambahan diteruskan sampai terbentuk warna pink,
campuran didinginkan pada penangas es.
e) Daya emulsi sabun
-
tabung I dikocok 2 tetes minyak dengan 5 ml air. Kemudian dalam tabung II dikocok 2 tetes minyak dengan
2 ml larutan sabun.
3.2.2 Protein
a.
Reaksi warna protein
-
Dipanaskan sampai
mendidih 4 mL albumin + 0,5 mL HNO3 dan diamati perubahanya
b.
Reaksi koagolan protein
-
4ml larutan albumin
didihkan dalam tabung reaksi.
-
4 ml larutan albumin
diteteskan 3 tetes asam asetat encer sampai larutan bereaksi asam, diuji dengan kertas lakmus, didihkan.
3.2.3
Karbohidrat
a.
Uji Fehling
-
1 ml larutan yang akan
diuji ditambahkan dengan 2 ml larutan fehling, didihkan,
dan diuji glukosa.
c. Membedakan
glukosa dan fruktosa
-
1 ml glukosa dimasukkan
dalam tabung ditambahkan 2 ml HCl pekat, didihkan
selama 30 detik dan didinginkan.
d. Hidrolisa
pati
-
6 ml larutan pati
ditambahkan 1 ml larutan HCl pekat, didihkan beberapa detik dan diamati
perubahanya.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
1.1.1 Minyak
dan sabun
a. Safonifikasi
minyak
Setelah
dipanaskan minyak terpisah (ditengah) larutan, yang tadinya bercampur sempurna
pada saat sebelum dipanaskan.
b.
Uji alkali bebas
Sebelum
ditambahkan larutan pp, larutan sabun berwarna keruh kekuningan, setelah
ditambahkan larutan pp menjadi bening dan kertas lakmus merah berubah menjadi
biru.
c.
Efek garam terhadap
sabun
Larutan
berwarna putih bening dan terdapat endapan putih didasar tabung reaksi.
e.
Pemisahan asam
Warna larutan menjadi
merah kecoklatan setelah ditambah H2SO4 encer, warna
menjadi pink. Dan terdapat lemak yang memadat didasar yang terpisah dengan
larutan.
f. Daya
emulsi sabun
Tabung 1, minyak
mengambang diatas air.
Tabung 2, minyak dan
larutan sabun tercampur ( warna hijau pudar ).
1.1.2 Protein
1. Reaksi
warna protein
-
Albumin memadat (
sebelum dipanaskan ).
-
Setelah dipanaskan
albumin memadat.
2. Reaksi
koagulan protein
-
Menghasilkan larutan
bereaksi asam dan berbentuk padatan CH3COOH.
1.1.3 Karbohidrat
a. Uji
fehling
-
Glukosa = berwarna biru
( setelah dipanaskan )
-
Sukrosa = berwarna
hijau ( setelah dipanaskan )
b. Membedakan
glukosa
-
Sebelum dipanaskan
berwarna bening, setelah dipanaskan larutan berubah menjadi orange.
c. Hidrolisa
pati
-
Memebentuk endapan.
-
Berwarna putih susu.
-
Setelah dipanaskan
endapan berkurang
1.2
Pembahasan
Pada
percobaan safonifikasi minyak, pada saat sebelum dipanaskan minya + etanol +
NaOH bercampur sempurna. Sedangkan pada saat setelah dipanaskan minyak terpisah
( tidak menyatu ), mengapa demikian ? karena, sifat dari NaOH ( basa kuat )
adalah mengikat etanol + minyak, jadi ketika dipanaskan pada suhu tertentu akan
meemutuskan rantai ketiga senyawa tersebut akibatnya minya terpisah dari
larutan tersebut dan menjadi heterogen.
Pada
percobaan uji alkali bebas, yang didapat adalah warna kertas lakmus merah menjadi
biru dan larutan menjadi bening ketika ditambahkan larutan pp, mengapa ?
karena, kita ketahui bahwa larutan sabun
adalah bersifat basa sehingga hasil yang didapatkan seperti itu.
Pada
percobaan efek garam terhadap sabun, hasil yang diperoleh adalah terdapat
endapan garam, mengapa ? karena, apabila larutan sabun (basa) ditambah larutan
NaCL 2 mL maka kedua larutan tersebut bersifat heterogen karena NaCL mengendap
didasar tabung.
Pada
percobaan pemisahan asam, dilihat dari hasilnya yaitu warna menjadi kecoklatan,
setelah ditambah H2SO4 encer menjadi pink,. Kemudian
terbentuk lemak yang yang memadat, mengapa ? karena, H2SO4
merupakan asam kuat yang apabila dicaampurkan pada larutan sabun + metyl red
akan membuat perubahan warna menjadi pink, dan terbentuknya lemak yang memadat
karena dilakukan pendinginan dengan es batu sehingga larutan asam yang
terkandung memadat didasar tabung.
Dan
pada percobaan minyak dan sabun yang terakhir adalah percobaan daya emulsi
sabun. Pada percobaan ini hasil yang di dapat adalah pada tabung 1 minyak
mengambang diatas air, dan pada tabung 2 minyak dan larutan sabun tercampur
sempurna ( warna hijau pudar ), mengapa ? karena, pada tabung 1 telah kita
ketahui bahwa minyak dan air memang tidak bisa bersatu sehingga menghasilkan larutan
yang heterogen. Pada tabung 2 larutan tercampur sempurna, karena larutan sabun
adalah larutan yang bersifat basa sehingga bisa mengikat minyak dan terbentuk
larutan homogen.
Pada
percobaan protein, yaitu reaksi warna protein dan reaksi koagulan protein. Pada
reaksi warna protein didapat hasil larutan albumin memadat (sebelum dipanaskan)
dan memadat sempurna, da berwarna kuning pada saat setela dipanaskan, ,mengapa
? karena HNO3 meruapakan asam kuat yang sifatnya dapat
memadat/mereaksikan albumin sehingga albumin memadat. Dan setelah dipanaskan
memadat sempurna, karena HNO3 pada temperature tinggi semakin
bereaksi dengan campuranya sehingga albumin dapat memadat sempurna,dan berwarna
kuning dominan. Pada percobaan reaksi koagulan protein didapat hasilnya larutan
bereaksi dengan asam. Dan terbentuk endapan karena zat yang mengandung protein
jika dicampur dengan larutan asam akan terbentuk padatan seperti percobaan ini
padatan yang terbentuk adalah padatan CH3COOH.
Pada
percobaan karbohidrat, yang pertama adalah uji fehling dan hasil yang didapat
pada glukosa berwarna biru ( setelah dipanaskan ) mengapa ? karena, zat yang
mengandung karbohidrat jika direaksikan dengan larutan fehling akan
menghasilkan prbedaan warna pada larutan tersebut. Begitu juga pada larutan
sukrosa hanya saja warnanya yang berbeda yaitu berwarna hijau ( setelah
dipanaskan ).
Pada
percobaan membedakan glukosa dan fruktosa, bahan fruktosa tidak tersedia
sehingga hanya glukosa saja yang dipraktikan. Dan hasilnya sebelum dipanaskan
berwarna bening dan sesudah dipanaskan berwarna orange. Mengapa ? karena
larutan glukosa dicampur dengan HCL pekat dan ditambah temperatur yang tinggi
sehingga mengalami perubahan warna pada percobaan ini.
Pada
percobaan terakhir yaitu hidorlisa pati, hasilnya yaitu terbentuknya endapan,
warna menjadi putih susu, dan setelah dipanaskan endapan berkurang. Mengapa ?
karena kita ketahui bahwa amilum + HCL pekat akan menghasilkan endapan karena
HCL termasuk asam kuat. Mengapa endapan berkurang ? karena larutan tersebut
pada saat dipanaskan menguap sehingga mengurangi endapan terdapat dalam larutan
tersebut.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil pembahasan makan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Padaujifehling,apabila
dipanaskan akan menimbulkan yang bergantungan
pada senyawa tersebut.
2.
Minyak tidak dapat
larut dengan air karena perbedaan massa jenis.
3.
Jika protein dipanaskan
akan menimbulkan padatan berwarna putih.
4.
Pencampuran tidak larut
dengan air karena perbedaan assa jenis.
5.
Pencampuran pada
larutan pati akan embuat pati memisah amilosa dan amilopaktin dari larutan itu
sendiri.
6.
Sabun adalah larutan
yang bersifat basa.
7.
Sabun termasuk pelarut
organik nonpolar.
8.
Minyak dalam keadaan
panas akan kehilangan titik kesetimbangan.
9.
Pencampuran glukosa
dengan HCL sebelumnya berwarna putih dan setelah
dipanaskan menjadi warna orange.
5.2 Saran
Pada
saat melakukan percobaan ini diharapkan untuk lebih hati-hati karena banyakn
menggunakan larutan asam pekat dan sangat banyak alat-alat yang rentan pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Hart,Harold.1990. Kimia Organik edisi VI. Jakarta :
Erlangga
J,Ralp,Fessenden. 1992. Kimia Organik edisi III . Jakarta :
Erlangga
S,Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi minyak dan lemak pangan.
Jakarta: (UI-Pres).
0 Response to "Praktikum Kimia Organik " Reaksi-reaksi umum senyawa organik ""
Post a Comment