-->

Praktikum Kimia Organik " Reaksi-Reaksi Umum Senyawa Organik "

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Judul Praktikum
 Reaksi-reaksi Umum Senyawa Organik

1.2              Tanggal Praktikum
 07 Mei 2013

1.3       Tujuan Percobaan
1. Menentukan sifat-sifat dari lemak, minyak dan sabun
2. Mempelajari sifat-sifat protein
3. Mengamati sifat-sifat dari karbohidrat



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Minyak dan Lemak
            Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipid ,yaitu merupakan lipid netral. Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas : yaitu : 1) lipid netral, 2) posfatida, 3) spigolipid, 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat di alam.
            Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung jumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu : 1) lipid kompleks (yaitu lesithin, cephalin, fosfatida, lainnya serta glikolipid, 2) sterol, berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, 3) asam lemak bebas, 4) lilin, 5) pigmen yang larut dalam lemak , dan 6) hidrokarbon.
            Komponen tersebut mempengaruhi warna flavor produk.,serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dri biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida yaitu lesithin dan cephalin.
C17H33COOCH2                                                                          C17H33COOCH2
C17H31COOCH                                                         C15H31COOCH
 



                    
                     O                                                                            O
(CH3) – NCH2CH2O- P- O – CH2                            (CH3) – N+CH2CH2- O – P – O – CH2

                                  O-                                                                                                       O-
                                  lisithin                                                            cephalin

15
 
            Dalam minyak jagung dan kedelai jumlah fosfatida tersebut sekitar 2-3 persen, pada proses pemurnian senyawa ini dapat dipisahkan.
            Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri dari kolestrol dan fitosterol. Persenyawaan kolestrol umumnya terdapat dalam lemak hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati
                   CH3          CH3
                                        CH
            CH3                                          CH2
                                                  CH2                            kolestrol
                                                  CH2
OH                                            CH
                                                  CH3     CH3

                   CH3          CH3
                                        CH
            CH3                                          CH2
                                                  CH2                            sifosterol
                                                  CH            
OH                                            CH                C2H5
                                    CH3                       CH3
            Kadar sterol dalam minyak dan lemak bervariasi . misalnya minyak hati ikan halibut mengandung 7,6 persen sterol, sedangkan lemak sapi sekitar 0,08 persen sterol. Pada proses pemurnian minyak dengan cara netralisasi sebagian dari sterol akan hilang.
            Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persamaan atau persenyawaan lain yang terdapat dalam bahan pangan dengan ektrasi menggunakan pelarut seperti petroleum eter,etil, eter, klorofom, atau benzena. Fraksi yang larut disebut  “ fraksi yang larut dalam eter “ atau lemak kasar. Fraksi tersebut mengandung tidk hanya lemak tetapi juga lilin, lipid komplek misalnya fosfolipid, turunan lipid misalnya, sterol,pigmen, hormon dan minyak menguap.

            Jika fraksi lemak kasar tersebut direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH). Persenyawaan , maka lemak, lilin, senyawa lipid, dan asam lemak bebas akan membentuk sabun. Persenyawaan sabun ini akan terdispersi dalam lapisa air.hasil lainnya yaitu gliserol ,pigmen, hidrokarbon bersifat tidak larut dalam air. Dengan demikian semua jenis lipid termasuk jenis fraksi dapat disabunkan kecuali persenyawaan sterol, pigmen dan hidrokarbon.
            Reaksi penyabunan terhadap reaksi tersabunkan (lemak, lilin, dan fosfolipid) adalah sebagai berikut :
Lemak kasar                                                          Produk penyabunan

Lemak,                                                                  garam Na –asam lemak +gliserol
Lilin,                       NaOH                                    garam Na-asam lemak + alkohol
Fosfolipid                                                              garam Na-asam lemak +gliserol
Sterol                                                                     Na3PO4  + amina
Hidrokarbon         NaOH                                      tidak bereaksi
pigmen                                                                   (tidak dapat disabunkan)

            Dalam jaringan hewan, lemak tersebut terutama terdapat dalam jaringan adipose, sedangkan otot, jaringan saraf dan kelenjar mengandung lemak dan jumlah relatf kecil dan lebih banyak mengandung lipid dan kompleks dan sterol.
            Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak berantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan , kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayur-sayuran . Dalam jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan ,tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose dan tulang sumsum.
            Lemak tersebut jika dihidrolisis menghasilkan tiga molekul asam lemak rantai panjang dan satu molekul gliserol. Adapun proses hidrolisis dari trigliserdia tersebut adalah sebagai berikut :
Ikatan Ester
                O
CH2 – O – C – R1                                   CH2OH
              O

CH – O – C – R2                                          CH (OH) + R1COOH + R2COOH + R3COOH
                       O                                                                         asam lemak
CH2 – O – C – R3                                          CH2OH
Trigliserida (lemak)                                gliserol
Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam linoleat dengan titik cair yang rendah. Lemak mengandung asam lemak jenuh. Misalnya asam palminat dan stearat yang mempunyai titik cair lebih tinggi.
            Lemak atau minyak berbeda dengan lilin, karena lilin merupakan ester dari monohidroksi alkohol dan asam lemak rantai panjang. Jenis alkohol yang menyusunnya merupakan senyawa hidrokarbon rantai panjang, dengan jumlah atom karbon C16-C36. Rantai karbon asam lemak penyusunnya terdiri dari C24-C36. Lilin tersebut secara kimia bersifat tidak larut dalam pelarut lemak. Contoh polah lilin lebah ,lilin ikan paus, dan lilin karnauba.
            Minyak dan lemak (trigeliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terapat di dalamnya.
            Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk (wujud) . Disebut minyak jika berbentuk padat [ada suhu kamar.
            Gliserida dalam minyak dan lemak bukan merupakan gliserida sederhana (3 gugus hidroksil dalam gliserol berikatan dengan 3 asam dari jenis yang sama), tetapi merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan radikal asam lemah yang berbeda. Sebagai contoh ialah komponen asam lemak dalam lemak susu sebagaimana.
            Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisika –kimia tiap jenis minyak berbeda-beda, dan hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber , iklim, keadaan tempat tembusnya pengolahan.

            Adapun berbedaan umum antara minyak nabati dan hewani adalah 1). minyak hewani megandung kolestrol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol, 2) kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati dan 3). Lemak hewani mempunyai bilangan richirt.Meissl  lebih besar dan bilangan polenske lebih kecil dibanding dengan minyak nabati.
            Klasifikasi lemak nabati berdasarkan sifat fisiknya,(sifat mengeringkan dan sifat  cair ) dapat dilihat kegunaan dan negara penghasil dari berbagai jenis macam minyak.
Tabel 2.1 Jenis dan kelompok minyak
NO
Kelompok Lemak
Jenis Lemak/Minyak
1

2
Lemak (berwujud padat)

Minyak (berwujud Cair)
a.       Tidak mengering
b.      Setengah mengering
c.       Mengering
Lemak biji coklat, inti sawit,cuhune, babassu, tengkawang

Minyak zaitun,kelapa, inti zaitun
Minyak dari biji kapas
Minyak kacang kedele
(kimia organik Xii)

2.2.1    Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak.
            Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida , yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.
R1 COO                CH2                                                R1COOK           CH2OH                             
R2COO                 CH            + 3KOH            R2COOK    +             HOCH
R3COO                 CH2                                               R3COOK        CH2OH
trigliserida                                                sabun kalium               gliserol

 


            Dalam penetapan bilangan penyabunan biasanya larutan alkali yang dipergunakan adalah larutan KOH , yang diukur dengan hati-hati ke dalam tabung menggunakan buret atau pipet.
Campuran minyak atau lemak dengan larutan KOH didihkan pada pendinginan alir  -balik sampai terjadi penggabungan yang lengkap. Kemudian larutan KOH yang tersisa ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah larutan alkali beralkohol yang dipergunakan, dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut dibagi dengan berat adalah 56,1 : sebagai sedangkan berat molekul larutan NaOH.

            Selain itu ,bilangan penyabunannya ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi. Penentuan bilangan penyabunan dapat dilakukan pada massa/semua jenis minyak dan lemak. (S. Ketaren, 1986)
2.2.2    Sabun dan Detergen
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18,namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.
Kemungkinan sabun ditentukan oleh orang Mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu.Pembantu sabun oleh suku bangsa-suku bangsa Jaman dilaporkan oleh Jullus Caesan.Teknik pembuatan sabun dilupakan orang dalam zaman kegelapan.

Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama rantai hidrokarbon sebuah molekul Sabun larut dalam zat non-polar ,seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung molekul sabun,yang terletak/tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain.Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung,tetapi tetap tersuspensi.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik dan suatu ujung hidrofilik.

2.2       Klasifikasi Protein
Secara kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan. Protein serat, juga disebut protein struktural) yang membentuk kulit, otot, dinding pembuluh darah, dan rambut ,terdiri dari molekul panjang-benang yang lain atau liat dan tidak larut.
2.2.1    Protein Konjugasi
            Yang dihubungkan ke suatu bagian nonprotein seperti misalnya gula ,melakukan pelbagai fungsi dalam seluruh tubuh.Suatu cara hubungan yang lazim antara protein ialah dengan suatu rantai sampai fungsian samping fungsional dari protein.
            Suatu protein yang terstruktur –akundernya dalam bulu.Tiap molekul protein dalam kreatin mempunyai bentuk spiral, yang disebut spiral.á¼€-kanan. “kanan “ merujuk pada arah putaran dalam spiral itu.
            Perhatikan beberapa struktur protein lain.Kalogen merupakan klasifikasi umum dari protein kuat dan liat,yang membentuk tulang rawan, urat, kulit, dan jaringan tulang. Kolagen memperoleh kekuatan dari struktur lebih tinggi, “Super-spiral” : tiga polipeptida spiral kanan terjalin dan membentuk suatu rantai kira-kira 15 amstrong dan panjang 2800 amstrong .Spiral ganda-tiga terpolagen,seperti halnya suatu spiral tunggal,dipertahankan secara bersama-sama oleh ikatan hidrogen.

            Galatin diperoleh dengan mendidihkan bahwa hewani yang mengandung kolagen ; umumnya gelatin bukanlah protein yang sama tipenya dengan kolagen. Ternyata bobot molekul gelatin hanyalah sepertiga kolagen.Agaknya dalam pembentukan gelatin, molekul tropokolagen terurai dan tiap helai membentuk ikatan hidrogen dengan air, menghasilkan pembentukan gel yang khas.
Struktur spiral bukanlah tipe satu-satunya dari struktur sekunder protein. Tipe struktur lain, yang dirujuk sebagai lembaran –β, atau lembaran terwiru, terdapat dalam fibroin sutera. Lembaga terwiru (terlipat ) merupakan penataan dimana molekul protein tunggal dideretkan sisi ke sisi dan terikat dengan ikatan hidrogen antara rantai-rantai.
Rantai-rantai protein dalam fibroin sutera bukanlah sekedar rantai zig-zag yang terukur. Analisa dengan difraksi sinar –X menunjukkan satuan berulang tiap 7,0 amstrong.Pengulangan ini agaknya disebabkan dari suatu lipatan (atau wiruan) dalam mengandung 46% glisina (tanpa rantai samping) dan 38% campuran alanina dan serina (rantai samping kecil). Tidak adanya gugus R yang meluah dalam asam-asam amino ini memungkinkan penataan sisi ke sisi dari rantai-rantai protein dalam struktur fibroin itu.
Suatu protein globular bergantung pada suatu struktur tersier untuk mempertahankan bentuk bola, lipatan yang rumit, yang diperlukan agar kelarutan tetap baik. Dalam suatu protein globular, rantai-rantai samping hidrofilik, polar berada di bagian luar bola (untuk meningkatkan kelarutan dalam air) dan rantai samping hidrofobik, non-polar ditata pada permukaan dalam, dimana mereka dapat digunakan untuk mengkatalisis reaksi tanpa air. Permukaan yang unik dari tiap protein glabular memungkinnya “ mengenali “ molekul-molekul organik komplementer. Pengenalan ini memungkinkan enzime-enzime mengkatalisis reaksi molekul-molekul tertentu, tetapi tidak molekul lain.
Hemoglobin, bagian dari eritrosit (sel darah merah) yang bertanggung jawab atas pengangkutan oksigen dalam aliran darah, merupakan contoh yang tepat dari protein globular. Satu satuan hemoglobin, yang mempunyai “ bobot molekul “ sekitar 65,000, mengandung empat molekul protein yang disebut globin.
Tiap globin terlipat sedemikian rupa sehingga (1) cocok secara sempurna dengan ketiga globin lain untuk mempertahankan keseluruhan (entitas) hemoglobin itu, dan (2) membentuk suatu celah molekular yang bentuk dan ukurannya tepat untuk ditempati oleh suatu satuan heme bersama molekul O2 nya

.
2.2.2    Denaturasi Protein
Denaturasi suatu protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur ebih tinggo oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang mengukuhkan molekul protein. Akibat suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat biologis protein itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan denaturasi suatu protein ialah perubahan temperatur. Memasak outih telur merupakan contoh denaturasi yang tak reversible. Suatu putih telur adalah cairan tak berwarna yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur adalah akan mengkibatkan albumin itu membuka lipatan dan mengendap ; dihasilkan suatu zat padat putih.
Perubahan pH juga dapat mengakibatkan denaturasi. Bil suatu menjadi asam, perubahan pH yang disebabkan oleh pembentukan asam laktat akan menyebabkan penggumpalan susu, atau pengendapan protein yang semula larut. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergen, radiasi, zat pengoksidasi atau pereduksi (yang dapat mengubah hubungan S-S ), dan perubahan tipe pelarut.
Beberapa protein (kulit dan dinding saluran pencernaan, misalnya sangat tahan terhadap denaturasi, sedangkan protein-protein lain sangat peka). Denaturasi dapat bersifat reversible jika suatu protein hanya dikenal kondisi denaturasi yang lembut, seperti sedikit perubahan pH. Jika protein ini dikembalikan ke lingkungan alamnya, protein ini dapat memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut renaturasi. Sayang renaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali. Salah satu permasalahannya dalam penelitian protein ialah bagaimana mempelajari protein tanpa merusakkan struktur lebih tingginya. (Fessenden dan Fessenden, Kimia Organik , 1982).

2.3       Karbohidrat

Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa jenis ini dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)m, atau karbon glukosa.Misalnya, mempunyai rumus molekul C6H12O6 yang juga dapat dinyatakan sebagai C6(H2O)6. Sekalipun rumus ini hampir tak berguna dalam mempelajari kimia karbohidrat, namanya masih tetap dipertahankan.
Sekarang, karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, atau senyawa yang menghasilkan senyawa yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian , kimia karbohidrat adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus hidroksil dan gugus karbonil.
Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

2.3.1    Monosakarida
Monosakarida digolongkan menurut jumlah atom karbon yang ada dan membuat gugus fungsi karbonilnya, yaitu aldehida atau keton.
Hanya ada dua triosa, yaitu gliserida dan dihidroksiaseton.Masing-masing triosa mempunyai dua gugus hidroksil pada atom karbon yang berbeda, ditambah satu gugus karbonil.
CH = O                                                  CH2OH
CHOH                                                    C = O
CH2OH                                                 CH2OH
gliseraldehida                                  dihidroksiaseton
Gliseraldehida adalah aldosa yang paling sederhana, dan dihiroksiaseton adalah ketosa yang paling sederhana pula. Aldosa atau ketosa lainnya diturunkan dari glikoseraldehida atau dihidroksi aseton dengan cara menambahkan atom karbon,masing-masing membawa gugus hidroksil.

2.3.2    Disakarida
Oligasakarida yang paling banyak terdapat ialah disakarida. Pada disakarida , dua monosakarida bergabung melalui ikatan glikosida yang terbentuk diantara karbon anomerik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil dari monosakarida lain. Dalam bagian ini akan diuraikan struktur dan sifat empat disakarida yang penting.

2.3.3    Maltosa
Maltosa adalah disakarida yang diperoleh sebagai hasil hidrolisis pati. Hidrolisis maltosa selanjutnya menghasilkan glukosa.Karena itu, maltosa mestinya terdiri dari dua sistem glukosa. Karbon anomerik dari satu unit dihubungkan dengan gugus hidroksil C-4 dari unit lainnya.Konfigurasi pada karbon anomerik unit yang pertama ialah ἀ. Dalam bentuk kristal pada kristal unit kedua mempunyai konfigurasi β .Kedua unit berbentuk piranosa.
Nama sistematik untuk maltosa menjelaskan strukturnya secara lengkap, termasuk nama setiap unit, ukuran cincin (piranosa), konfigurasi pada setiap karbon anomerik (ἀ dan β), dan lokasi gugus hidroksil yang terlibat dalam ikatan glikosida.Perlu diperhatikan bahwa karbon anomerik dari unit glukosa yang kedua berbentuk hemiasetal. Biasanya fungsi hemiasetal berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbuka.Karena itu, maltosa memberikan hasil positif dengan uji fehling dan reaksi lain yang serupa yang berlaku untuk karbon anomerik pada glukosa.

2.3.4    Selobiosa
Selobiosa adalah disakarida yang diperoleh dari hidrolisis parsial selulosa. Hidrolisis lebih lanjut dari selobiosa menghasilkan D-glukosa. Karena itu, selobiosa adalah isomer dari maltosa.Perbedaannya dengan maltosa ialah karena konfigurasinya β.Perlu diperhatikan bahwa struktur konformasi yang digambarkan pada selobiosa ialah satu cincin mengandung oksigen yang berurutan satu di belakang yang lainnya.

2.3.4    Laktosa
Laktosa adalah gula warna yang terdapat suatu susu ibu dan susu sapi. Hidrolisis laktosa menghasilkan D-glukosa  dan D-glukosa dalam jumlah yang sama. Karbon anomerik unit galakrosa mempunyai konfigurasi β yang dihubungkan dengan gugus hidroksil dari unit glukosa.

Beberapa bayi manusia menderita yang disebut galaktosemia. Mereka kekurangan enzim yang mengisomerkan galaktosa menjadi glikosa sehingga tidak mampu mencerna susu. Jika bayi tersebut tidak diberi susu, maka gejala penyakit yang diakibatkan oleh akumulasi galaktosa dalam jaringan dapat dihindarkan.

2.3.4    Sukrosa
Sukrosa barangkali yang dari semua disakarida adalah sukrosa yaitu gula biasa.Sukrosa terjadi pada semua tanaman yang menjalani fotosintesis, yang fungsinya adalah sebagai sumber energi. Gula ini diperoleh dari tanaman tebu dan bit, yang menyusun sebanyak 14-20 % dari cairannya.
            Hidrolisa sukrosa menghasilkan D-glukosa dan gula keto D-fruktosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa berbeda dengan disakarida yang telah diuraikan sebelumnya karena kedua karbon termasuk anomerik dari dua unitnya terlibat dalam pembentukan ikatan glikosida.
            Kedua karbon anomeriknya terikat sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus hemiasetal.kesetimbangan dengan bentuk asikliknya. Sukrosa tak dapat bermutarotasi. Dan, karena tak ada lagi gugus aldehida yang bebas, sukrosa tak dapat lagi mereduksi pereaksi-pereaksi. Tollen, fehling, dan Benedict. Karena itu sukrosa dinamakan gula non-pereduksi, berlainan dengan monosakarida  dan disakarida yang telah diuraikan sebelumnya.

2.3.5    Polisakarida
Polisakarida sangat beragam dalam panjang rantai dan bobot molekulnya.Unit monosakarida dapat terikat menurut rantai lurus atau bercabang. Kebanyakan polisakarida menghasilkan satu macam hasil hidrolisis, tetapi ada beberapa kekecualian.

2.3.6    Pati dan Glikogen
Pati adalah karbohidrat penyimpanan energi pada tanaman.Pati merupakan komponen padi-padian, kentang,jagung. Dalam bentuk inilah glukosa disimpan oleh tanaman untuk keperluan mendatang.

Pati dapat dipisahkan dengan macam-macam pelarut dan teknik pengendapan menjadi dua bagian, yaitu amilosa dan amilopektin. Pada amilosa, yang mengandung 20% pati, unit-unit glukosa (50-300) membentuk rantai lurus dan yang berikatan. Dalam larutan, rantai ini berbentuk sifat heliks (spiral) karena adanya ikatan dengan konfigurasi á¼€ pada setiap unit glukosa.
Glikogen adalah cadangan karbohidrat pada hewan. Seperti halnya pati, glikogen terbuat dari unit-unit    glukosa yang berikatan 1,4  dan 1,6. Glikogen dihasilkan jika glukosa diserap dari usus ke dalam daerah dan diangkat ke hati, otot, dan lain-lain, kemudian berpolimer dengan bantuan enzim.Glikogen membantu mempertahankan kesetimbangan gula dalam tubuh dengan menghilangkan atau menyimpan kelebihan gula yang dicerna dari makanan dan mensuplaykan ke dalam darah jika diperlukan untuk energi. (Hart,harold, 1990).





















 


BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1         Alat dan Bahan
3.1.1      Alat
1. Tabung reaksi
2. Hot plate
3. Penangas es
4. Lampu spiritus
5. Tabung reaksi
6. Bola penghisap
7. Gelas ukur
8. Gelas kimia
9. Pipet tetes
10.    Pipet volume

3.1.1          Bahan
A.    Minyak dan sabun
1.    Minyak
2.    Kertas lakmus
3.    H2SO4 encer
4.    CaCl
5.    NaCl 25%
6.    Sabun sunlight

B.     Protein
1.    Putih telur albumin
2.    NH4OH
3.    HNO3 pekat
4.    Indikator pp
5.    HCl pekat
6.    H2SO4 pekat
7.    Kertas lakmus

C.    Karbohidrat
1.      Larutan glukosa
2.      Fruktosa
3.      Larutan fehling A
4.      HCl pekat
5.      Pati
6.      Larutan KI

3.2                   Cara Kerja
3.2.1      Minyak dan Sabun
a. Safonikasi Minyak
- 3 mL minyak dan 25 mL etanol dan NaOH dimasukkan ke dalam gelas piala.
- Campuran dipanaskan dipenangas air pada 80-900C , selama 15 menit
- campuran dipanaskan sampai terbentuk larutan dan di tambahkan sedikit air
- H2SO4 ditambahkan hati-hati dengan meneteskan 3 tetes
c. Uji alkali bebas
- 5 ml larutan sabun, diuji dengan kertas lakmus ,kemudia ditambahkan larutan pp 3 tetes
d. Efek garam terhadap sabun
- 10 mL larutan sabun ditambahkan larutan NaCl 2 ml dan dikocok dengan baik.
e. Pemisahan asam
- 25 ml larutan sabun, ditambahkan 7 tetes metil red lalu ditambahkan 2 ml H2SO4 encer (2%) dan diaduk. Penambahan diteruskan sampai terbentuk warna pink, campuran didinginkan pada penangas es.

f. Daya emulsi sabun
- tabung I dikocok 2 tetes minyak dengan 5 ml air. Kemudian dalam tabung II dikocok 2 tetes minyak dengan 3 ml larutan sabun.

3.2.2        Protein
1.              Reaksi warna protein
a.    Uji xantoprotein
5 tetes HNO3 pekat ditambahkan 1 ml larutan albumen, dipisahkan sampai mendidih, tabung didinginkan , lalu di tambahkan NH4OH 2 ml dan amati.
2.              Reaksi pengendapan protein
a.    Pengendapan oleh asam mineral
3 ml larutan albumin, ditambahkan dengan menetralkan 3 tetes HNO3 pekat, percobaan diulangi dengan menggunakan HCl dan H2SO4 pekat..
3.              Reaksi koagolan protein
3 ml larutan albumin didihkan dalam reaksi
3 ml larutan albumin diteteskan 3 tetes asam asetat encer sampai larutan bereaksi asam, diuji dengan kertas lakmus, didihkan.

3.2.3    Karbohidrat
a.    Uji Fehling
-       1 ml larutan yang akan diuji ditambahkan dengan 2 ml larutan fehling, didihkan, dan diuji glukosa sukrosa dan fruktosa.
b.    Membedakan glukosa dan fruktosa
-       1 ml glukosa dimasukkan dalam tabung ditambahkan 2 ml HCl pekat, didihkan selama 30 detik dan didinginkan.
-       6 ml larutan pati (10%) ditambahkan 1 ml larutan HCl pekat, didihkan selama 1 menit . Dinetralkan larutan dengan NaOH , lalu dilarutkan dibagi 2 :
1.   
Tabung I, diteteskan L-KI satu tetes
2.    Tabung II, ditambahkan 2 ml larutan fehling lalu dipanaskan sampai mendidih.





























 


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
Cara Kerja
Hasil
Minyak dan Protein
b.      Safonifikasi Minyak
3 ml + 25 ml etanol dan NaOH, panaskan 80-900C + H2SO4
c.       Uji alkali bebas
5 ml larutan sabun + 3 tetes pp
d.      Efek garam terhadap sabun 10 ml larutan sabun + NaCl

e.       Pemisahan asam

25 ml larutan sabun + 7 tetes metil red + H2SO4 2 % 2 mL


f.       Daya emulsi sabun
I.                   2 tetes minyak + 5 ml air
II.                2 tetes minyak + 3 ml

III.             larutan sabun

Protein
1.      Reaksi warna, uji xantroprotein 5 tetes HNO3 + 1 ml larutan albumin, panaskan









2.      Reaksi pengendapan protein
a.       Pengendapan asam mineral
1.      3ml albumin + 3 tetes HNO3
2.      3ml albumin + 3 tetes HCl
3.      3ml albumin + 3 tetes H2SO4




b.      Pengendapan dengan reaksi

 alkaloid
1.      1ml albumin
2.      3 ml larutan albumin + 3 tetes CH3COOH

3.         Reaksi koagolan protein

a.      
3 ml larutan albumin
b.      3 ml albumin + 3 tetes CH3COOH + kertas lakmu

Karbohidrat
a.       Uji fehling
-          2 ml fehling A + 1 ml glukosa
-          2 ml fehling A + 1 ml fruktosa



b.      Membedakan glukosa dan fruktosa
-          1 ml glukosa + 2 ml HCl pekat, didihkan 30 menit, dinginkan
-          1 ml fruktosa + 2 ml HCl pekat, didihkan 30 menit,dinginkan



c.       Hidrolisa pati
-6 ml larutan pati + 1 ml HCl, didihkan netralkan dengan NaOH, larutan dibagi 2 :
- tabung I : + 1 tetes KI 0,01 N

- tabung II : + 2 ml larutan fehling panaskan sampai mendidih.

-Setelah ditambah H2SO4 bagian atas keruh dan bagian bawah kering


-Larutan menjadi agak keruh dan kertas lakmus berwarna biru.

-Larutan keruh dan berasa asin

-Warnanya menjadi kuning, lalu menjadi pink setelah didinginkan warnanya tetap pink dan tidak ad pemisahan.

I. Minyak tidak bercampur dengan air, minyak diatas dan air bawah

II. Minyak bercampur dengan air sabun , berwarna keruh.


Sebelum dipanaskan ada gumpalan berwarna kuning, sebelah dipanaskan terjadinya padatan berwarna kuning, didinginkan  + 2 ml NH4OH terdapat warna orange dan kuning keemasan dan NH4OH diatas






1.      penggumpalan berwarna kuning,menyatu semua larutan
2.      gumpalan berwarna putih
3.      gumpalan berwarna putih dan tidak menyatu dengan larutan.


1.      Tetap bening,tidak ada perubahan
2.      Ada gumpalan, kertas lakmus tetap berwarna

merah



a.       Tidak ada perubahan
b.      Tetap bening dan kertas lakmus tetap berwarna merah


-          Sebelum dipanasakan berwarna biru
-          Setelah dipanaskan
-          Sebelum dipanaskan berwarna hijau
-          Setelah dipanaskan


-          Warnanya tetap bening sebelum maupun sesudah dipanaskan
-          Sebelum dipanaskan berwarna coklat, setelah dipanaskan menjadi hitam.


-tabung I : tabung KI,warnanya biru bening

-tabung II : larutan fehling A,panaskan waranya dan sebelum dipanaskan warnanya blue dan sesudah dipanaskan hijau.

4.2 Pembahasan 

            Pada proses safonifikasi minyak, dimana prosesnya yaitu 3 ml minyak + 25 ml etanol dan NaOH, ternyata dipanaskan pada suhu 80-900C + H2SO4 menghasilkan pembagian yaitu yang bagian atas keruh, dan baian bawah bening.Hasil ini dikarenakan sifat-sifat H2SO4 yang tergolong asam kuat dan sifat NaOH yang tergolong basa kuat, dan apabila dicampur, campuran itu tergolong kedalam suspensi. Dimana sifat suspensi itu adalah Dua fase, tidak jernih, dapat disaring , dan memisah bila didiamkan, karena alasan inilah campuran dapat terpisah menjadi dua bagian.
            Pada proses uji alkohol bebas, dimana prosesnya 5 ml larutan sabun + 3 tetes pp, mulanya menghasilkam warna yang tetap pada kertas lakmus, tetapi setelah dipanaskan, larutan menjadi agak keruh, dan kertas lakmus berubah menjadi warna biru dan larutan terasa asin. Ini dikarenakan suatu faktor, yaitu faktor suhu, karena,apabila larutan dipanaskan, maka suhu meningkat dan pH meningkat, sehingga larutan bersifat basa, dan apa bila pada larutan basa didalamnya terdapat kertas lakmus merah, maka lakmus merah akan berubah menjadi biru, bahkan ampuran terasa asin dan sedikit pahit.
            Pada percobaan efek garam terhadap sabun, dimana prosesny 10 ml larutan sabun + NaCl2, dan menghasilkan rasa asin dan sedikit sabun. Ini dikarenakan sifat sabun yang padatan terhadap garam sehingga larutan terasa asin.
            Pada percobaan pemisahan asam, dimana prosesnya 25 ml larutan sabun + metil red + H2SO4 2 % dan menghasilkan suatu perubahan.
Yang awalnya : 25 ml larutan sabun + metil red 3 tetes            warnanya menjadi kuning, ini dikarenakan sifat dari indikator itu sendiri yang dimasukkan pada larutan bassa . Lalu, 25 ml larutan sabun + metil red + 7 tetes H2SO4 (2 %)             warnanya menjadi pink, ini dikarenakan sifat larutan H2SO4 yang bersifat asam. Karena, setiap inidikator yang dimasukkan kedalam asam akan berubah warna menjadi pink.

            Pada proses Daya emulsi sabun, pada tabung I , menghasilkan hasil yaitu minyak dan air tidak bercampur , dimana minyak berada diatas dan air berada dibawah. Ini dikarenakan , masa jenis dari minyak itu lebih kecil daripada masa jenis air, sehingga minyak diatas dan air dibawah, untuk tabung II, minyak dan air sabun bercampur, itu dikarenakan , masa jenis minyak dengan air sabun seimbang , dan seperti yang kita ketahui ,sabun juga sedikit termasuk kedalam golongan minyak.
            Pada percobaan protein, yaitu uji xantoprotein, dimana prosesnya 5 tetes HNO3 + 1 ml larutan albumin, setelah dipanaskan hasilnya padatan berwarna kuning, dikarenakan pereaksi HNO3 pekat, dimana diketahui untuk mengetahui adanya gugus benzena pada protein.
           
            Pada proses reaksi pengendapan rekasi, yaitu :
Pengendapan aam mineral ; 3 ml albumin + 3 tetes HNO3                    penggumpalan berwarna kuning, menyatu dengan semua larutan dikarenakan sifat senyawa HNO3 yang mana bersifat asam, dan albumin itu merupakan suatu zat pendispersi yang terdispersi oleh HNO3.
(2) 3 ml albumin + 3 tetes HCl                   gumpalan berwarna putih, dikarenakan, pada larutan HCl tidak merupakan senyawa yang termasuk dalam uji, dikarenakan sifat HCl itu yang bersifat asam, lagi pula, sifat senyawa ini adalah larutan yang berwarna putih, (3) 3 ml albumin + 3 tetes H2SO4               gumpalan berwarna putih dan tidak menyatu dengan larutan. Ini dikarenakan campuran tersebut termasuk suatu campuran yang mengalami sistem suspensi, dan juga karena pengaruh H2SO4 yang bersifat asam.
            Pada proses pengendapan dengan reaksi alkaloid yaitu ; (1) 2 ml albumin
Tetap bening tidak ada perubahan dikarenakan tidak ada tambahan yang masuk pada campuran tersebut ; (2) 3 ml larutan albumin + CH3COOH            adanya gumpalan dan kertas lakmus tetap berwarna merah. Kertas lakmus tetap berwarna merah dikarenakan sifat senyawa CH3COOH yaitu asam. Karena, apabila kertas lakmus merah dimasukkan kedalam lartan asam, akan tetap merah, gumpalan juga terjadi karena pengaruh faktor senyawa yang ditambahkan pada albumen.

            Pada proses koagolan protein , ; (1) 3 ml larutan albumin            tidak ada perubahan, ini juga dikarenakan tidak addanya tambahan senyawa pada campuran ini, (2) 3 ml albumin + 3 tetes CH3COOH + kertas lakmus              tetap bening dan kertas lakmus tetap merah, dengan alasan yang serupa pada percobaan pengendapan dengan reaksi alkaloid.
           
            Pada percobaan karbohidrat , yaitu uji fehling , dimana (1) 2 ml fehling A + 1 ml glukosa            sebelum dipanaskan berwarna biru dan setelah dipanaskan warnanya tetap biru, dikarenakan, faktor suhu tidak berpengaruh . (2) 2 ml fehling A + 1 ml fruktosa                 sebelum dipanaskan berwarna hijau dan setelah dipanaskan tetap hijau, dikarenakan faktor suhu tidak berpengaruh.
            Pada percobaan Membedakan glukkosa dan fruktosa , yaitu; (1) 1 ml glukosa + 2 ml HCl pekat , didihkan (30 menit)              warnanya tetap bening sebelum maupun sesudah dipanaskan tetap bening dikarenakan faktor HCl yang bersifat asam dengan dipadukan denagn glukosa , sehingga hasil yang baru tidak diperoleh. (2) 1 ml fruktosa + 2 ml HCl pekat,didihkan 30 menit didinginka            sebelum dipanaskan berwarna coklat karena pengaruh larutan fruktosa itu sendiri, dan setelah dipanaskan menjadi hitam, dikarenkan fruktosanya terlarut dalam suatu pendispersi HCl.
            Pada proses hidrolisa pati, pada tabung I, yang ditetesi KI          0,01 N           warnanya terong muda dikarenakan larutan itu mengalami sistem suspensi dengan yang didispersi. Pada tabung II, : 2 ml larutan fehling              dan sebelum dipanaskan warnanya biru, dikarenakan pengaruh larutan fehling setelah dipanaskan warnanya hijau, ini dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi perubahan yaitu faktor suhu bahkan titik didih pada suatu larutan.






                                                           




 


BAB V
KESIMPULAN
            Berdasarkan dari hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.      Pada uji fehling, apabila dipanaskan akan menimbulkan warna yang bergantung pada senyawa tersebut.
2.      Pencampuran antara glukosa dengan HCl, sebelum dan sesudah dipanaskan mempunyai hasil sama.
3.      Pencampuran antara fruktosa dengan HCl, sebelum dan sesudah dipanaskan mempunyai hasil yang sama
4.      Pencampuran tidak dapat larut dengan air karena perbedaan massa jenis
5.      Pencampuran pada larutan pati akan membuat pati memisahkan amilosa dan amilopektin dari larutan itu sendiri
6.      Jika protein dipanaskan akan membentuk padatan berwarna putih
7.      Minyak tidak dapat larut dengan air karena perbedaan massa jenis

5.2       Saran
Dengan terselesainya laporan akhir praktikum kimia organik yang berjudul”Reaksi-reaksi Umum Senyawa Organik” ini, penulis berharap agar penulisan laporan ini dapat menambah wawasan pembaca dan praktikan khususnya dalam memahami reaksi reduksi yang terjadi pada keton .
Praktikan diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam melakukkan praktikum agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum








DAFTAR PUSTAKA

1.      Anwar,Budiman.2005 .Pemantapan Kimia.Bandung:Yrama Widya.
2.      Hart,Harold.1990. Kimia Organik edisi VI. Jakarta : Erlangga
3.      J,Ralp,Fessenden. 1992. Kimia Organik edisi III . Jakarta : Erlangga
4.      Pangganti,Esdi.1996. Kimia Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
5.      S,Ketaren .1986. Pengantar Teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta : (UI-Pres).


  

0 Response to "Praktikum Kimia Organik " Reaksi-Reaksi Umum Senyawa Organik ""

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel