Profil Industri Polimerisasi
Industri
Polimerisasi
Suatu
polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat
yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan
organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer inorganik. Contoh
terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA.
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Video alat-alat kimia dapat di lihat di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=vhOpIrUjdw0
Polimer
didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang
menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia sudah
berabad-abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan permen
karet. Tapi industri polimer modern baru mulai berkembang pada masa revolusi
industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk
karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40
tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil
dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene, polystyrene, dan
nilon pada tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam penelitian polimer yang
masih berlangsung sampai sekarang.
Istilah
plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka
terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri
dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer
alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber
sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka
"malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan
variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras,
"reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya,
komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir
di seluruh bidang industri.
Pellet
atau bijih plastik yang siap diproses lebih lanjut (injection molding,
ekstrusi, dll)
Plastik
dapat juga menuju ke setiap barang yang memiliki karakter yang deformasi atau
gagal karena shear stress, lihat keplastikan (fisika) dan ductile.
Plastik
dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tetapi paling umum dengan melihat
tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic, silicone,
urethane, dll.). Klasifikasi lainnya juga umum.
Plastik
adalah polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini
membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang
umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine
atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga berdasar
silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang
menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik
grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya
"digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer
bersama untuk membentuk rantai polimer). Pengesetan ini oleh grup
"pendant" telah membuat plastik menjadi bagian tak terpisahkan di
kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer tersebut.
Pengembangan
plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet,
"shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia
(seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul
buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).
Sekarang
ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan, mereka adalah
polietilena, polipropilena, polivinil klorida, polietilena tereftalat,
polistirena, dan polikarbonat. Mereka membentuk 98% dari seluruh polimer dan
plastik yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing dari polimer
tersebut memiliki sifat degradasi dan ketahanan panas, cahaya, dan kimia
Plastik
merupakan salah satu jenis polimer. Polimer lain yang umum diproduksi selain
plastik adalah serat dan karet (elastomer). Polimer sendiri merupakan molekul
besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil,
sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara
atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.
Berdasarkan
surve , dari tahun 1970 sampai 2000, konsumsi plastik dunia makin meningkat
jauh melebihi logam besi dan baja. Ada alasan-alasan ekonomis yang dapat
diterima dalam kecenderungan tersebut. Plastik lebih ringan dan umumnya lebih
tahan terhadap korosi. Seperti logam, plastik juga dapat dipadu untuk
memperbaiki sifat-sifat fisiknya. Dan jika dihubungkan dengan kenaikan harga
energi , plastik bisa diproduksi dan diproses dengan input energi yang lebih
rendah daripada logam (Stevens, 2001).
Jika
diklasifikasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan kegunaanya
maka plastik dibagi menjadi plastik
komoditi dan plastik teknik (Platzer , 1981, Gillespie , 1986).
Jika
dilihat dari sifatnya, plastik dibagi menjadi termoplastik dan termoset.
Termoplastik mempunyai sifat, jika dipanaskan akan menjadi plastis dan jika
terus dipanaskan sampai suhu lebih dari 200ยบ C bisa mencair. Bila temperatur
kemudian diturunkan (didinginkan), material plastik akan mengeras dan dapat
dibentuk kembali. Termoset setelah diproses menjadi produk tidak dapat kembali
seperti bentuk semula. Jika diumpamakan dengan makanan, termoplastik seperti
coklat yang dapat mencair dan mengeras berulang kali dan tetap saja kita akan
mendapatkan coklat, sedangkan termoset seperti biskuit yang sekali dicetak
tidak dapat kembali ke bentuknya lagi (Anonim2, 2009)
Pada
saat ini, kebanyakan plastik yang digunakan adalah plastik konvensional.
Biasanya plastik konvensional ini berbahan dasar minyak bumi, gas alam, atau
batu bara. Penggunaan plastik konvensional yang terbuat dari bahan
sintetik sering mengasilkan sampah dalam
kehidupan sehari-hari. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme
atau lingkungan (Martaningtyas, 2002).
Plastik
merupakan industri hilir yang menggantungkan bahan baku pada perusahaan lain.
Poli
(vinil klorida) (PVC)
PVC
merupakan bahan baku plastik jenis komoditi yang sering digunakan untuk
memproduksi bahan bangunan, pipa tegar, bahan untuk lantui, isolasi kawat dan
kabel. Jika dilihat dari sifatnya, plastik berbahan baku PVC merupakan
termoplastik. PVC dapat dibuat dengan cara Polimerisasi adisi yaitu
polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi
dari monomernya yaitu etil klorida (VCM).
(Anonim1,
2009)
Proses
pembuatan PVC melalui reaksi Polimerisasi adisi dibutuhkan beberapa materi
yaitu Etilena, Garam Indusri (merupakan garam terbaik untuk dilakukan
elektrolisis karena kualitas kemurniannya tinggi), dan tenaga listrik.
Dalam
proses yang disebut elektrolisis, garam dilarutkan dalam air dan larutan
dialiri dengan arus listrik sehingga pada proses ini diproduksi klorin, soda
kaustik, dan hidrogen. Secara terpisah, minyak atau gas disuling dan Etilena
dapat diproduksi melalui proses pemisahan kimia yang disebut dengan ‘cracking’.
Lalu Etilena dan Klorin direaksikan dan ketika Etilena dan klorin bereaksi akan
dihasilkan produk yaitu diklorida etilena (EDC); dimana selanjutnya akan
dipecah dan dihasilkan monomer etil klorida (VCM), yaitu dasar dari penyusunan
poli (vinil klorida) (PVC). Selanjutnnya PVC yang diproduksi dalam bentuk bubuk
putih disebut dengan termoplastik (Anonim5, 2008).
Contoh:
Teknik
produksi plastik yang tepat untuk bahan baku PVC adalah ekstrusi. Pertama bahan
berupa PVC berbentuk butiran atau serbuk dimasukkan dalam corong, di dorong ke
screw baja. Dilairkan ke sepanjang bejana (barrel), dan dipanaskan. Kedalaman
lekukan screw makin berkurang untuk memadatkan bahannya. Pada ujung ekstruder,
lelehan melalui die dalam keadaan panas, lunak, dan mudah dibentuk. Ekstrusi
ini harus segera dijaga bentuk dan ukurannya yaitu dengan cara pendinginan
menggunakan udara atau air. Dalam proses ekstrusi, ekstrudat yang dihasilkan
tidak selalu tepat sama dengan dimensi/ukuran die, yaitu agak lebih kecil.
Untuk mengatasi hal ini maka dapat digunakan alat khusus yang mampu mengambil
ekstrudat lunak dari die dengan cepat.
Poliester
Poliester merupakan bahan baku
produksi plastik jenis termoset. Poliester memiliki berat molekul yang tinggi
dan titik lebur yang tinggi. Poliester sering digabungkan dengan polimer lain
untuk menambah kualitasnya, seperti pada poliester resin yang digabungkan
dengan gelas fiber, dapat diperoleh polimer plastik yang kuat, kokoh, tahan
terhadap suhu atau tidak mudah meleleh. Contoh pada perahu boat, alat-alat olahraga,dan alat-alat listrik (Bhatnagar, 2004).Salah
satu jenis poliester adalah polifenil ester.
Pembuatan
polifenil ester di mulai dengan,
bisfenol A dan NaCl direaksikan dalam air. Dan ditambahkan larutan Sodium Laurat. Rekasi berlangsung
lambat setelah penambahan 0,5 mol asam klorida dari asam dikarboksilat yang
telah direaksikan dengan pelarut non reaktif. Selama 10 menit dijadikan
emulsikan dan dituangkan ke dalam aseton untuk mengendapkan (membentuk
koagulasi) polimer. Lalu di saring, dicuci dengan air dan dikeringkan
(Bhatnagar, M.S, 2004)
Polifenil ester merupakan bahan
baku plastik jenis termoset. Salah satu teknik produksi plastik yang tepat
dengan bahan baku ini adalah dengan menggunakan teknik injeksi. Pertama, bahan
baku untuk plastik injeksi berupa plastik raw material yang berupa butiran –
butiran kecil plastik (Polifenil ester) di masukkan dalam hopper, setelah
pressure, kecepatan dan parameter lainya di setting, plastik raw material
(material kasar) akan di panaskan dalam barrel, selanjutnya screw berputar dan
mengalirkan plastik yang mulai meleleh, saat plastik akan di injeksikan oleh
nozzle, molding unit di tutup oleh clamping unit, setelah di tutup dan di tekan
oleh clamping unit plastik di masukkan ke dalam mold unit melalui nozzle.
Setelah plastik di masukkan ke dalam molding unit, screw berhenti berputar,
lalu clamping unit menarik core mold, sehingga mold terbuka, di lanjutkan
dengan melepas produk plastik yang telah dicetak dengan menekan ejektor pada
molding unit (Hasnan, 2009).
Plastik
Modern
Platik
konvensional sudah lama menimbulkan masalah bagi lingkungan. Plastik berbahan
baku polimer sintetis minyak bumi tidak dapat didegradasi oleh alam, sehingga
menjadi sumber pencemaran di berbagai tempat, terutama di tanah dan air. Namun,
seiring perkembangan zaman, telah ditemukan solusi plastik ramah lingkungan
atau disebut plastic biodegrdable. Plastic biodegradable merupakan plastik yang
terbuat dari bahan-bahan alami antara lain selulosa, pati, kolagen, kasein,
protein, khitosan, khitin, atau lipid dari hewan. Bahan-bahan alami ini
termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sampah plastik yang
dihasilkan dapat didegradasi oleh alam
dan mikroorganisme (Wawan, 2005).
Salah
satu sumber bahan baku plastik biodegradable adalah klobot jagung. Klobot
jagung memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi sekitar 32%, dan sisanya
hemiselulosa 32% dan lignin 20% (Hettenhaus, 2002). Sekitar 1 ton klobot jagung
yang dihasilkan akan proporsional dengan hasil 1 ton biji jagung. Klobot jagung
akan terus meningkat jumlahnya sering meningkatnya panen jagung tiap tahun.
Berikut
adalah proses pembuatan polimer biodegradabel dari klobot jagung:
a.
Persiapan bahan baku polimer biodegradable
- Pembuatan serbuk klobot jagung
Klobot jagung di cuci dengan air,
dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm dan dikeringkan dibawah terik matahari.
Kemudian dilakukan penggilingan. Serbuk klobot jagung yang dihasilakan masih
mengandung komponen lain terutama lignin. Lignin dipisahkan dengan menambahkan
NaOH dalam konsentrasi pekat.
- Pengolahan selulosa dalam serbuk
klobot jagung
Sebagai bahan plastik biodegradable,
selulosa di ubah menjadi selulosa asetat dengan cara mereaksikan selulosa dengan
asam asetat, kemudian dengan anhidrida asetat (CH3CO)2O dan katalis asam
mineral. Selulosa asetat memilki derajat
polimerisasi lebih rendah daripada umpan selulosa dikarenakan terjadinya
pemutusan ikatan glukosidik oleh katalis esterifikasi asam (Stevens, 2001).
b.
Teknik pembuatan plastic dari selulosa
- Dengan menggunakan teknik
thermoforming, pertama polimer dimasukkan kedalam ekstruder yang dilengkapi
dengan screw berputar dan sistem pemanasan untuk menjaga bahan tetap lunak.
Selanjutnya dicetak menjadi film kemudian dibentuk menjadi produk plastik
sesuai dengan cetakan.
Selulosa
dari klobot jagung cenderung kaku sebagai bahan baku plastik, ini disebabkan
oleh derajat kristalinasi yang tinggi dari selulosa. Namun, proses asetilasi
selulosa telah membuat kekakuan selulosa menurun, sehingga diperoleh plastik
selulosa asetat yang elastis. Untuk menjaga kestabilan plastik selulosa maka
perlu ditambahkan stabilizer atau disebut juga pemlastis atau plasticizer .
contoh pemlastis yang bisa digunakan adalah kanji dan tandan kelapa sawit (TKS,
serta asam laktat.)
0 Response to "Profil Industri Polimerisasi"
Post a Comment