Media Fermentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mikrobiologi
Industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen untuk
industri atau mengikut sertakan mikrobia dalam prosesnya. Mikrobia dalam
industtri mengasilkan beberapa macam produk, diantaranya zat kimia, seperti
asam organik, gliserol dan alkohol. Selain itu juga antibiotik, zat tumbuh,
enzim, makanan dan minuman, pengawet dan sebagainya.
Dalam suatu
proses fermentasi hal yang sangat penting adalah media fermentasi. Karena
segala proses metabolisme tergantung bahan (medium) yang tersedia. Terdapat
banyak sumber nutrisi yang harus dipenuhi dalam membentuk media suatu
fermentasi adalah sumber karbon yang terdiri dari molasses, pati, sulphite waste
liquor, selulosa, whey, hidrokarbon, minyak dan lemak. Semua kebutuhan unsur ini akan dijelaskan
dalam makalah yang berjudul “Media Fermentasi Sumber Karbon dan Mineral”. Adapun sumber
nutrisi yang lain seperti nitrogen, air, mineral, vitamin, oksigen dan lain
sebagainya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fermentasi ?
2. Ada berapa macam jenis fermentasi menurut
pembagian media?
3. Sumber karbon apa saja yang dapat digunakan
dalam media fermentasi?
4. Sumber mineral apa saja yang dapat digunakan
dalam media fermentasi?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian dari fermentasi
2. Agar mengetahui ada berapa macam pembagian
dari media fermentasi
3. Agar mengetahui sumber karbon yang dapat
digunakan dalam media fermentasi
4. Agar mengetahui sumber mineral yang dapat
digunakan dalam media fermentasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Media Fermentasi
Fermentasi
pada awalnya hanya menunjukkan pada suatu peristiwa alami pada pembuatan anggur
yang menghasilkan buih. Beberapa ahli mendefinisikan kata fermentasi dengan
pengertian yang berbeda. Fardiaz (1992) mendefinisikan fermentasi sebagai
proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik, yaitu tanpa
memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi
terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh
beberapa jenis bakteri tertentu. Satiawihardja (1992) mendefinisikan fermentasi
dengan suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat
adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba. Pengertian ini mencakup
fermentasi aerob dan anaerob.
Fermentasi
adalah suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat
adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba tanpa bantuan oksigen. Fermentasi
dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta berfungsi
sebagai pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat
antinutrisi yang terkandung dalam suatu bahan makanan.
Berdasarkan
media yg digunakan, fermentasi secara umum dibagi menjadi dua model utama yaitu
fermentasi media cair (Submerged Fermentation) dan fermentasi media
padat (Solid state fermentation). Dalam fermentasi tradisional, baik
fermentasi medium cair maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi
cair meliputi fermentasi minuman anggur, fermentasi asam cuka, yogurt,
dan kefir. Fermentasi media padat seperti fermentasi tempe,
oncom, kecap, tape dan
silase.
2.1.1 Fermentasi
media padat (Solid State Fermentation)
a. Definisi
Fermentasi media padat merupakan
proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat tidak larut, namun mengandung
air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Solid State Fermentation mempunyai
kandungan nutrisi per volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volum dapat
lebih besar. Produk dari fermentasi media padat
misalnya oncom, kecap, dan tape.
b. Keuntungan
1.
Medium yang digunakan relatif sederhana
2.
Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi
relatif kecil, karena air yang digunakan sedikit.
3.
Inokulum dapat disiapkan secara sederhana
4.
Kondisi medium tempat
pertumbuhan mikroba mendekati kondisi habitat alaminya
5.
Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang
diatara tiap partikel substratnya
6.
Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi
1.
Kadar air
Kadar optimum tergantung pada substrat, organisme dan
tipe produk akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang
tinggi akan mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen,
volum gas, tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri.
2.
Temperatur
Temperatur berpengaruh terhadap laju reaksi biokimia
selama proses fermentasi.
3.
Pertukaran gas
Pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat mempengaruhi proses
fermentasi.
2.1.2 Fermentasi Media Cair (Submerged
Fermentation)
a. Definisi
Submerged
Fermentation adalah fermentasi yang melibatkan air sebagai fase
kontinyu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau substrat, baik sumber
karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam
fase cair. Fermentasi cair dengan teknik tradisional tidak dilakukan
pengadukan, berbeda dengan teknik fermentasi cair modern melibatkan fermentor
yang dilengkapi dengan: pengaduk agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur
suhu (pendinginan dan pemanasan) dan pengaturan pH. Proses fermentasi cair
modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil lebih seragam dan dapat diprediksi.
Juga tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan,perebusan dan pengukusan
mematikan banyak mikrobacompetitor.
Fermentasi
cair meliputi minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt
dan kefir.
b. Jenis-jenis
media cair
1)
Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut
dalam air
Jenis
fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau lebih
modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut
sempurna dalam air. Pengambilan subtrat oleh mikroba melalui fase larutan dalam
air. Pada kultur labu yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat
pengocok (Shacker).
2). Fermetasi yang diagitasi dimana zat
yang tidak larut dalam air tersuspensi fase cair
Pada
fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bentuk
bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan
zat-zat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media
dapat bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang
menyerupai bubur. Pengambilan substrat oleh mikroba biasanya disertai dengan
produksi suatu faktor yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler
atau terletak didalam dinding dalam air sehingga partikel substrat tersuspensi
secara merata dalam medium yang mengandung air agar terjadi kontak dengan
mikroba secara maksimum.
3). Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tidak larut dalam air
tersuspensi dalam fase cair
Jenis fermentasi ini dan mekanisme
pengambilan substrat sama dengan yang kedua, kecuali sifat bersifat cair.
4). Fermentasi yang tidak diagitasi
dimana substratnya larut dalam fase cair
Pada
fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa
larutan yang dangkal dalam bentuk baki atau dalam suatu wadah yang mempunyai
permukaan yang luas dan dalamya media biasanya 2,5 – 5,0 cm untuk produksi yang
tinggi.
Untuk
produksi kompoen-komponen pakan yang paling banyak digunakan adalah fermentasi
cair jenis pertama, kemudian jenis keempat untuk memproduksi asam-asam organik
seperti asam sitrat, asam glutamat dan jenis ketiga untuk produksi protein sel
tunggal (PST).
Fermentasi
media cair untuk memproduksi pangan secara langsung memungkinkan dilakukan jika
dalam proses fermentasi telah terbentuk komponen yang diinginkan disamping
sejumlah biomassa yang dapat digunakan. Proses ini biasanya masih membutuhkan
proses tambahan setelah akhir fermentasi.
c. Keuntungan
1.
Hampir disemua
bagian tangki terjadi fermentasi
2.
Kontak antar
reaktan dan bakteri semakin besar
d. Kelemahan
Biaya operasi relatif mahal
Industri fermentasi di negara-negara maju sudah berkembang sedemikian
pesatnya, termasuk dalam produksi hasil-hasil pemecahan atau metabolit primer
oleh mikroba (asam, asam amino, alkohol), hasil metabolit sekunder (antibiotik,
toksin), produksi masa sel (protein sel tunggal), enzim, dan sebagainya.
Mikroba yang umum digunakan dalam industri fermentasi termasuk dalam bakteri
dan fungi tingkat rendah yaitu kapang dan khamir.
Kebanyakan
fermentasi, membutuhkan jumlah air yang banyak dalam pembentukan media. Kebutuhan
media secara umum termasuk didalamnya adalah sumber karbon, yang mana
sebenarnya semua industri fermentasi menghasilkan energi dan unit karbon untuk
biosintesis, dan sumber nitrogen, sumber fosfor, sulfur dan unsur lain yang
diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit juga harus tersedia, dan beberapa
mikroorganisme membutuhkan penambahan vitamin, seperti biotin dan riboflavin.
Fermentasi aerobik tergantung pada oksigen yang berkelanjutan sedangkan fermentasi anaerob membutuhkan
aerasi awal dari media, misalnya fermentasi bir.
Fermentasi skala industri pada dasarnya
menggunakan pembagian kompleks untuk mendapatkan harga ongkos yang efektif,
dimana sumber karbon dan nitrogen hampir tidak dapat ditegaskan dengan jelas.
Kebanyakan didapat dari material alami seperti hewan dan tumbuhan, sering juga
menggunakan produk dari industry lainnya dengan divariasikan komposisi
variabel. Pengaruh variasi batch-to-batch harus ditentukan. Percobaan skala
kecil, biasanya dipertunjukkan dengan setiap batch baru untuk substrat,
khususnya untuk menguji adanya tabrakan yield produk dan tahap pemulihan produk.
Faktor utama yang mempengaruhi pilihan
akhir bahan baku tersendiri yang diikuti/ digunakan:
1.
Ongkos dan pendapatan. Bahan haruslah tidak mahal dan tidak perlu
ditanya kualitasnya dan setiap tahun/ sepanjang tahun bahan tersebut dapat
didapatkan.
2.
Pengendaliannya mudah untuk bentuk
padatan ataupun cairan, begitu juga ongkos penyimpanan misalnya memerlukan
pengontrolan suhu.
3.
Kebutuhan sterilisasi dan potensi masalah
perubahan sifat.
4.
Pembentukan, pencampuran, pengompleksan
sifat viskositas yang mungkin mempengaruhi pergerakan dan aerasi selama
fermentasi dan proses tingkat downstream.
5.
Konsentrasi produk target yang dicapai,
kecepatan pembentukannya, dan yield per gram substrat yang digunakan.
6.
Level dan range ketidakmurnian dan
muncul dan berkembangan produk yang tidak diinginkan selama proses berlangsung.
7.
Kesehatan dan keselamatan untuk semua.
Bahan mentah substrat harus disesuaikan
dengan ekonominya, namun jika tingkat ketidakmurnian dari substrat tinggi, maka
tidak menutup kemungkinan akan membutuhkan ongkos lebih dan pemulihan yang
kompleks. Selain itu juga membutuhkan purifikasi pada downstream dan bisa juga
meningkatkan biaya penanganan limbahnya. Sifat fisika dan kimia dalam medium
yang terbentuk dapat mempengaruhi operasi sterilisasi. Medium yang mudah
disterilkan dengan panas yang relatif rendah adalah yang sangat penting. Panas
tidak hanya mengurangi komposisi spesifik/ tertentu, namun juga membentuk inhibitor
by produk (penghalang) yang dapat menjadi pengganggu pada proses downstream.
2.2 Sumber Karbon
Kebutuhan karbon dapat ditentukan dari
koefisien hasil biomasa (Y) maka:
Ycarbon
(g/g) =
Senyawa karbon yang digunakan dapat
berasal dari senyawa C2 sederhana (asam asetat, etanol) sampai senyawa kompleks
(polisakarida, protein) dan senyawa aromatik.
Ada pula mikroba yang hanya dapat menggunakan substrat terbatas. Pada
sumber karbon lain tidak dapat tumbuh dengan baik. Sebagai contoh adalah
Methylomonas dan Methylococcus yang hanya menggunakan metana dan
methanol sebagai sumber karbon dan energi.
Jumlah
molekul ATP yang dibentuk dari sumber karbon dan energi dalam medium dapat
dihitung berdasarkan berat kering yang diperoleh sebagai fungsi ATP yang
dihasilkan selama katabolisme sumber energi.
Energi
diperoleh terutama melalui 2 jalan:
1.
Fosforilasi substrat
Fosforilasi Substrat adalah pembentukan
ATP dengan cara mentransfer secara langsung gugus fosfat ke ADP.
2.
Fosforilasi oksidatif
Suatu lintasan metabolisme
dengan penggunaan energi
yang dilepaskan oleh oksidasi
nutrien
untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi
gas oksigen
menjadi air.
Secara umum, mikroba aerob mengubah
substrat karbon dalam jumlah lebih besar (±50 %) menjadi biomassa dibanding
mikroba anaerob, karena mikroba tersebut tidak menggunakan banyak substrat
untuk memperoleh energi. Ini memungkinkan untuk menghitung jumlah minimum
substrat karbon yang dibutuhkan dalam medium untuk memperoleh biomassa.
Glukosa
(C6H12O6) merupakan gula paling sederhana
digunakan sebagai sumber karbon yang mana merupakan unsur paling besar dalam
medium fermentasi, melalui fermentasi glukosa akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan
digunakan pada produksi makanan. berdasar berat. Kebanyakan
kapang menggunakan glukosa sebagai sumber karbonnya. Beberapa jasad dapat
menggunakan lebih dari satu sumber karbon.
Sumber karbon yang umum
digunakan adalah karbohidrat, antara lain; serealia, umbi ketela
pohon, jagung dan lain-lain. Selain itu juga yang umum digunakan adalah sukrosa
yang diperoleh dari gula tebu, laktosa yang diperoleh dari gula susu serta corn
step liquor dari hasil samping ekstrak pati jagung dan molase, malt extract,
starch, sulphite waste liquor, selulosa serta whey.
2.2.1 Molase
Glukosa dan sukrosa murni jarang
digunakan dalam fermentasi skala industri, dikarenakan faktor biaya. Molase adalah limbah industri gula
yang tentunya lebih murah
atau sebuah
produk sampingan dari tebu dan produksi gula.
Molase berbeda dengan bahan baku
yang umum digunakan dalam produksi alkohol seperti jagung dan kentang. Bahan
ini mengandung karbohidrat yang disimpan sebagai pati sehingga harus mengalami
perlakuan awal dengan memasaknya dan membutuhkan kerja enzim untuk
menghidrolisis pati menjadi gula yang dapat difermentasi. Sebaliknya
karbohidrat dalam molase siap untuk difermentasi tanpa perlakuan pendahuluan
karena berbentuk gula.
Tabel 2.2.1 Komposisi molase
Komponen
|
Persentase
|
-
Air
-
Sukrosa
-
Dektrosa
-
Fruktosa
-
Gula reduksi lain
-
Karbohidrat lain
-
Abu
-
Senyawa nitrogen
-
Asam-asam non nitrogen
-
Lilin, sterol dan fosfolipid
|
17-25
30-40
4-9
5-12
1-5
2-5
7-15
2-6
2-8
0,1-1
|
(sumber: Hidayat, dkk, 2006)
2.2.2 Ekstrak
gandum
Ekstrak cair dari gandum dapat
dibentuk seperti sirup yang secara khusus digunakan untuk sumber karbon yang
biasanya untuk pembentukan filament pada jamur, ragi dan actinomycetes.
Persiapan ekstrak pada dasarnya sama dengan pemasakan bir. Komposisi dari ekstrak
gandum biasanya mengandung 90% karbohidrat dalam basis kering. Dimana terdiri
dari 20 % heksosa (glukosa dan sedikit fruktosa), 55% disakarida (umumnya
maltose dan sedikit sukrosa), dan 10 % maltotriosa sebuah trisakarida. Lagi
pula, produksi ini mengandung dekstrin bercabang dan tidak bercabang (15-20%),
yang mungkin mengalami metabolism, tergantung pada mikroorganismenya. Ekstrak
gandum juga mengandung beberapa vitamin dan kira-kira 5% substansi nitrogen,
protein, peptide dan asam amino.
Sterilisasi media yang mengandung
ekstrak gandum harus dikontrol dengan hati-hati untuk mencegah pemanasan
berlebih. Unsur yang menurukan gula dan asam amino cenderung menghasilkan
produk reaksi maillard ketika dipanaskan pada pH yang rendah. Muncullah
produk kondensat berwarna coklat hasil dari reaksi kelompok amino dari amin,
asam amino dan protein dengan kelompok karbonil dari penurunan gula, keton dan
aldehid. Tidak hanya karena warnanya yang berubah tetapi juga hasil hilangnya
materi yang menyebabkan fermentasi dan produk beberapa reaksi yang menghalangi
pertumbuhan mikroorganisme.
2.2.3
Pati
Pati jagung paling banyak dipakai, dapat
juga diperoleh
dari sereal yang lain
atau potongan akar. Untuk digunakannya
dalam fermentasi, pati biasanya dikonversi menjadi sirup gula, yang mengandung
paling banyak glukosa. Ini pertama-tama berubah menjadi agar-agar kemudian
dihidrolisis dengan mengencerkan asam atau enzim amilolitik.
Setelah dihidrolisis meggunakan
enzim tanaman atau amylase mikroba, terjadi proses kontinyu (proses symba)
dikembangkan di Swedia untuk produksi biomassa menggunakan khamir Endomycopsis
fibulinger untuk menghidrolisis pati menjadi gula yang dapat difermentasi.
Candida utilis akan menggunakan gula ini untuk pertumbuhannya.
2.2.4 Sulphite
Waste Liquor
Sulphite
Waste Liquor (SWL) dari industri kertas mengandung gula dari hidrolisis
hemiselulosa dalam kayu. Komposisi
SWL tergantung kayu yang digunakan. Gula yang mengandung limbah yang berasal
dari pembuatan bubur kertas industri terutama digunakan untuk budidaya ragi.
Limbah minuman keras dari pohon konifer mengandung 2-3% (b / v) gula, yang
merupakan campuran dari heksosa (80%) dan pentosa (20%). Heksosa mencakup
glukosa, mannose dan galaktosa, sedangkan gula pentosa sebagian besar xilosa
dan arabinosa.
Hidrolisis
asam pada pada selulosa kayu itu sendiri memberikan 65-85% gula yang dapat
difermentasi. Selulosa biasanya dihidrolisis sebelum dapat digunakan sebagai
substrat, tetapi penggunaan mikroba selulolitik memungkinkan diperolehnya
protein mikroba secara langsung dari limbah selulosa tanpa perlakuan. Jamur
berfilamen (Tricoderma viridae) dan bakteri (cellulomonas sp)
merupakan mikroba yang sering digunakan. Beberapa hidrolisis asam dikembangkan
selama perang dunia ke II. Asam sulfat dengan konsentrasi 0,5% biasanya
digunakan pada 150o-185oC. Dalam proses kontinyu
kemungkinan didapat dari sirup bubuk gergaji yang mengandung 4-5% gula
pereduksi (campuran glukosa dan pentosa) dengan hasil 45-55%.
2.2.5 Selulosa
Selulosa paling dominan ditemukan
sebagai lignoselulosa dalam dinding sel tumbuhan, yang mana terbentuk dari 3
polimer yaitu: selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa tersedia dari
pertanian, hutan, limbah industri maupun domestik. Relatif sedikit
mikroorganisme dapat menggunakannya secara langsung, karena sulit untuk
menghidrolisis. Komponen selulosa adalah sebagian kristal, bertatahkan dengan
lignin, dan menyediakan luas permukaan kecil untuk serangan enzim. Ini umumnya digunakan dalam fermentasi substrat padat untuk
menghasilkan berbagai jamur. Walaupun demikian ini dapat berpotensi tinggi
yaitu sebagai sumber yang dapat diperbarui dari fermentasi gula saat
dihidrolisis khususnya pada biokonversi menjadi etanol untuk penggunaan bahan bakar.
2.2.6 Whey
Whey adalah produk samping dari suatu indutri
harian (industri keju ataupun susu).
Sepanjang tahun produksi whey di dunia lebih dari 80 juta ton, mengandung lebih
dari 1 juta ton laktosadan 0,2 juta ton protein susu. Whey merupakan hasil samping keju yang
merupakan protein yang sulit menggumpal seperti kasein pada keju. Bahan ini
cukup mahal untuk dijual. Oleh karena itu laktosa pekat sering disiapkan untuk
fermentasi selanjutnya dari penguapan whey disertai dengan pemindahan protein
susu yang digunakan sebagai misalnya, suplemen makanan.
Laktosa
pada umumnya kurang berguna sebagai umpan awal pada fermentasi dibandingkan
sukrosa, seperti untuk terjadinya metabolism hanya sedikit mikroornaisme yang
dapat melakukannya. S. cerevisiae contohnya, tidak memfermentasi
laktosa. Disakarida ini secara pembentukannya digunakan dalam fermentasi
penicillin dan ini juga dapat digunakan dalam fermentasi alcohol, protein sel
tunggal, asam laktat, vitamuin B12 dan asam giberelik. Whey susu diperoleh dari limbah
pembuatan keju dengan komposisi seperti tabel 3.
Tabel 2.2.6
Komposisi Whey susu (g/L)
Komponen
|
Jumlah (g/ L)
|
-
Laktosa
-
Protein
-
Senyawa nitrogen terlarut
-
Lipid
-
Garam-garam mineral
-
Berat kering
|
45-50
7-9
1,5
1-2
6-8
63-70
|
(sumber : Hidayat, dkk,
2006)
2.2.7
Lemak
dan minyak
Lemak kasar hewani yang kebanyakan
tersusun atas gliserida, dan asam stearat, jarang digunakan dalam fermentasi.
Minyak nabati umumnya terbuat dari biji kapas, jagung, buah zaitun, palm, dan
kedelai. Minyak nabati dan minyak ikan biasanya digunakan sebagai sumber karbon
primer atau suplementer, khususnya produksi antibiotic. Minyak nabati
kebanyakan tersusun atas asam oleic dan asam linoleic. Minyak mengandung energi
lebih per unit berat dibanding karbohidrat. Karbohidrat menempati volume yang
paling besar. Karbohidrat biasanya disiapkan pada larutan encer dengan
konsentrasi tidak lebih dari 50% (w/w). Oleh
karena itu, minyak dapat berguna secara khusus dalam operasi fed-batch, dengan
kapasitas cadangan dibutuhkan utuk memuat penambahan ke sumber karbon.
2.3 Sumber Mineral
Mineral penting dalam formulasi media
yaitu magnesium (Mg), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca) dan klor (Cl) harus ditambahkan secara khusus. Kobal (Co), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan
(Mn), Molibdenum (Mo) dan Seng (Zn) penting dalam aktivitas mikroba, dan
umumnya terdapat dalam bahan dasar sebagai impurities (pada tetes atau
limbah pati jagung).
Media
fermentasi seperti CaCO3 juga dibutuhkan oleh mikroorganisme sebagai
sumber nutrisi dan mineral untuk pertumbuhannya dalam memperoleh energi, pembentukan sel, dan biosintesis
produk-produk metabolisme.
Penambahan
sumber karbon seperti glukosa dan mineral lain seperti NaCl salah satunya,
dilakukan untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme sehingga dengan memberikan
nutrisi dan mineral tambahan ketersediaan nutrien bagi mikroorganisme dapat
terjamin yang membuat mikroorganisme dapat melakukan metabolismenya dengan baik
dan dapat memproduksi produk dengan aktivitas terbaik. Selain itu, NaCl juga
berfungsi sebagai media selektif atau media penghambat dalam menekan
pertumbuhan mikroorganisme lain dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang
diinginkan.
Semua
proses fermentasi, kecuali solid-substrat fermentasi, memerlukan sejumlah besar
air karena air merupakan komponen utama dalam medium fermentasi digunakan
sebagai pelarut alami. Untuk beberapa fermentasi, terutama tanaman dan kultur
sel hewan, air yang digunakan harus sangat murni. Air deionisasi atau deionized
water adalah air yang telah dimurnikan dengan proses pertukaran ion, yang
menghilangkan kedua ion positif dan negatif, ion positif seperti kalsium dan
sodium, dan ion negatif seperti klorida dan bikarbonat, sehingga dengan
demikian zat mineral anorganik dan bahan-bahan polutan lainnya dapat dihindari.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Fermentasi adalah suatu proses dimana
komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme
mikroba tanpa bantuan oksigen.
2.
Berdasarkan media yg digunakan, fermentasi secara umum
dibagi menjadi dua model utama yaitu fermentasi media cair (Submerged
Fermentation) dan fermentasi media padat (Solid state fermentation).
3.
Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi
yang berlangsung dalam substrat tidak larut, namun mengandung air yang cukup
sekalipun tidak mengalir bebas. Produk dari
fermentasi media padat misalnya oncom, kecap dan tape.
4.
Fermentasi media cair adalah fermentasi yang melibatkan air sebagai fase
kontinyu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau substrat, baik sumber
karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam
fase cair. Fermentasi cair meliputi minuman
anggur dan alkohol, yogurt.
5.
Sumber karbon yang umum digunakan adalah
karbohidrat antara lain serealia,
umbi ketela pohon, jagung dan lain-lain. Selain itu juga yang umum
digunakan adalah sukrosa yang diperoleh dari gula tebu, laktosa yang diperoleh
dari gula susu serta corn step liquor dari hasil samping ekstrak pati jagung
dan molase, malt extract, starch, sulphite waste liquor, selulosa serta whey.
6.
CaCO3
dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber nutrisi dan mineral untuk
pertumbuhannya dalam memperoleh energi, pembentukan
sel, dan biosintesis produk-produk metabolisme.
7.
Penambahan sumber karbon seperti glukosa
dan mineral lain seperti NaCl
dilakukan untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme.
0 Response to "Media Fermentasi"
Post a Comment