-->

Perancangan Proses

BAB  I

PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang

Saat ini, industrialisasi dipilih sebagai jalur utama bagi pertumbuhan ekonomi sehingga banyak dibutuhkan bahan-bahan kimia yang beraneka ragam. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia lebih banyak mengimpor dari negara luar. Usaha pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal perlu dilakukan sehingga diharapkan dapat meningkatkan devisa negara dan dapat menyerap tenaga kerja.
Salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam yaitu pemanfaatan enceng gondok yang ketersediaannya cukup melimpah dan kurang begitu termanfaatkan dalam industri kimia sebagai bahan baku pembuatan asam oksalat.
Asam oksalat,”Ethanedioic Acid” merupakan salah satu anggota dari asam karboksilat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4 tidak berbau, higroskopis, berwarna putih sampai tidak berwarna dan mempunyai berat molekul              90,04 gr/mol. Secara komersial asam oksalat dikenal dalam bentuk padatan dihidrat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4.2H2O dan berat molekulnya 126,07 gr/mol. Kegunaan asam oksalat sangat banyak antara lain bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat, menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleaching. Asam oksalat pada industri logam dipakai sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari kerak, sedangkan dalam pabrik polimer dipakai sebagai inisiator.
          Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam potassium dan kalsium yang diperoleh pada daun, akar dan rhizome dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Makanan yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang, bayam dan teh.
Saat ini, Indonesia masih mengimpor asam oksalat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, perlu didirikan pabrik asam oksalat dengan kapasitas yang memadai. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data ekspor, impor, konsumsi serta produksi asam oksalat dari tahun 2009-2013.
Tabel 1.1 Data Ekspor, Impor, Produksi dan Konsumsi Asam Oksalat di Indonesia
Tahun
Impor (ton)
Ekspor (ton)
Produksi (ton)
Konsumsi (ton)
2009
1191.647
582.538
3900.064
4509.173
2010
740.026
1070.179
5421.847
5091.694
2011
880.329
470.556
6543.773
6953.546
2012
1140.093
1329.712
4210.381
4020.762
2013
1573.582
2500
5623.857
4697.439
Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar 2007




1.2. Perkembangan Industri
Asam oksalat pertama kali disintesis oleh Carl W.Scheele pada tahun 1776 dengan cara mengoksidasi gula dengan asan nitrat. Pada tahun 1784 telah dibuktikan asam oksalat terdapat pada tanaman sorrel. Pada tahun 1829, Gay Lussac menemukan bahwa asam oksalat dapat diproduksi dengan cara meleburkan serbuk gergaji dalam larutan alkali. Bahan - bahan yang mempunyai kandungan selulosa cukup besar dapat disintesis menjadi asam oksalat dengan meleburnya dalam larutan alkali. serbuk gergaji, sabut kelapa dan bahan-bahan yang sangat baik untuk pembuatan asam oksalat.  Saat ini terdapat 4 macam teknologi yang telah dikembangkan untuk sintesis asam oksalat secara komersial, yaitu peleburan selulosa oleh alkali, oksidasi karbohidrat dengan asam nitrat, fermentasi gula dan sintesis dari sodium format.

1.3.    Sifat Bahan Baku dan Produk
1.3.1. Sifat Bahan Utama
A.  Enceng gondok
              Komposisi enceng gondok :
·         Abu                                : 12,00 %
·         Silika                              : 5,56 %
·         Lignin                             : 7,69 %
·         Pentosan                         : 10.24 %
·         Sellulosa                         : 64,51 %

Sifat Fisika
·         Berat molekul  = 162
Sifat Kimia      :
·         Tidak larut dalam air dan organik lain
·         Terhidrolisis dalam uap air panas menjadi glukosa
C6H10O5     +      H2O                           C6H12O6
(Meyer, Lilian Hoagland,1960)
·         Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa
C6H10O5     +      H2O           H2SO4       C6H12O6
(Wertheim,E.,Harold Jeskey,1956)
·         Bereaksi dengan asam asetat membenttuk sellulosa asetat
        (www.fibersource.com)
·         Bereaksi dengan asam nitrat membentuk sellulosa nitrat
        (www.fibersource.com)
B.     NaOH (Natrium Hidroksida)
Dalam proses bereaksi dengan selulosa membentuk natrium oksalat
       Sifat Fisika :
·         Putih berbentuk kristal
·         Berat molekul  : 40
·         Spesifik Gravity          : 2.130 pada 70 oF(21,1 oC)
·         Density                        : 2.126 gr/cm3
    

  Sifat Kimia :
·         Higroskopis
·         Kelarutan                    : Air dingin (O oC) 42/100 bagian air
             : Air panas (100 oC) 347/100 bagian air
C.     Kalsium Hidroksida [Ca(OH)2]
                  Bereaksi dengan natrium oksalat membentuk kalsium oksalat
       Sifat Fisika
·         Lunak, lempung kristal putih
·         Spesifik grafity           : 2,3-2,4
·         Berat Molekul             : 74,1
·         Spesifik Heat              : 0,26 kcal/g
Sifat Kimia
·         Larut dalam asam dan larut dalam alcohol
·         Kelarutan max : 1,76 gr/lt pada 10 oC
      D.  Asam Sulfat (H2SO4 )
            Bereaksi dengan kalsium oksalat membentuk asam oksalat (C2H2O4.2H2O)
      Sifat Fisika
·         Berupa cairan kental tidak berwarna/jernih
·         Berat Molekul             : 98,08
·         Spesifik Gravity          : 1,839 pada 14,5 oC
·         Melting Point              : 10,49 oC
·         Titik didih                   : 270 0C
·         Kemurnian                  : 50 %
            Sifat Kimia
·         Korosif
·         Termasuk asam kuat
·         Dapat bereaksi dengan berbagai macam campuran organik untuk produksi yang berguna
·         Dapat melarutkan logam
·         Merupakan pengoksidasi kuat
·         Bersifat higroskopis
·         Dengan air akan membentuk hidrat H2SO4.2H2O sambil mengeluarkan panas          
     E.   CaSO4.H2O (gypsum)
Merupakan limbah hasil reaksi pembentukan asam oksalat pada reaktor asam oksalat.
Sifat Fisika
·         Berat Molekul             : 171,1798
·         Spesifik Gravity          : 2,32
·         Mohs hardness            : 1,5 – 2
·         Kelarutan                    : 0,92 pada 100 g H2O (15 oC)
      Sifat Kimia
Keras, berupa serbuk putih pada waktu kering, berbentuk paste putih ketika tercampur air.


        F.    CaC2O4.H2O (Kalsium oksalat dihidrat)
Merupakan hasil reaksi intermediet dari keseluruhan proses untuk mengikat (C2O4)2- dari reaksi pembentukan kalsium oksalat pada reaktor kalsium oksalat, setelah Na2C2O4 direaksikan dengan H2SO4.
Sifat Fisika
·         Berat Molekul             : 176,18
·         Spesifik Gravity          : 1,55 pada 20 oC
·         Kelarutan                    : 5 pada 5 oC
                                                : 45,5 pada 80 oC
·         Boiling Point               : 1200 ± 30
      Sifat Kimia
·         Larut Dalam air
G.  NaCOOH (Natrium Formiat)
      Sifat Fisika
·         Berat Molekul             : 82,04
·         Spesifik Gravity          : 1,52
·         Kelarutan                    : 46,5 pada 20 oC
                                                : 170 pada 100 oC
·         Boiling Point               : 88 oC
      Sifat Kimia
·         Larut dalam air


H.  V2O5 (Vanadium Pentaoksida)
            Sifat Fisika
·         Berat molekul              : 50,9414 gr/mol
·         Densitas                      : 6,1 gr/cm pada 20 
·         Titik lebur                    : 1910          
·         Titik didih                   : 3407          
Sifat kimia
·         tahan terhadap korosi karena memiliki lapisan pelindung oksida di permukaannya.
1.3.3.  Sifat Produk
      A. Asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O)
      Sifat Fisika
·         Berwarna putih, kristal tak berbau, dihidrat agar mudah larut dalam air
·         Melting Point  : 101,5 oC
·         Densitas                                  : 1,653 g/cm3              
      Sifat Kimia
·         Higroskopis
·         Hf(18 oC)                             : -1422 kj/mol pada 18 oC
·         PH (0,1 M)                              : 1,3
·         Rumus molekul                       : C2 H2 O4.2 H2O
·         Berat molekul                          : 126,07 g/mol
·         Kelarutan dalam air                 : 9,5 g/100 ml (15oC)
  14,3 g/100 ml (25oC)
  120 g/100 ml (100oC)
·         Kelarutan dalam ethanol         : 23,7 g/100 ml (15oC)
·         Kelarutan dalam dietil eter     :1,37 g/100 ml (15oC)
1.4.    Penentuan Kapasitas Produksi
Tujuan pendirian pabrik ini adalah untuk mendapatkan produk asam oksalat yang mampu bersaing di pasaran. Oleh karena itu, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kapasitas pabrik. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pasar terhadap asam oksalat.
Pabrik ini akan mulai berproduksi pada tahun 2011 (tahun 2008 mulai dirintis dengan 3 tahun masa pendirian). Konsumsi asam oksalat di indonesia sama dengan jumlah impor dan produksi dalam negeri dikurangi jumlah ekspor. Diharapkan pada masa mendatang jumlah impor bisa dikurangi dan jumlah ekspor dapat ditingkatkan.
Tabel 1.2 Perhitungan Pertumbuhan Impor Asam Oksalat di Indonesia
Tahun
Berat bersih (ton)
% pertumbuhan
2000
1191.647

2001
740.026
-0.3790
2002
880.329
0.1896
2003
1140.093
0.2951
2004
1573.582
0.3802
JUMLAH
0.4859
Rata rata pertumbuhan impor =  0.4859 / 4 = 0.122

Untuk menghitung ramalan impor pada tahun 2011 digunakan rumus :
F= P (i + 1)n
Dimana :          F = jumlah import pada tahun 2011
                        P = jumlah import pada tahun 2004
                        i  = rata-rata pertumbuhan import
                        n = selisih antara tahun 2011 dengan 2004
Ramalan import  pada tahun 2011      = 1573.582 (0.122+1)(2011-2004)
                                                                                = 3522.406 ton
          Dengan cara yang sama, didapatkan nilai seperti pada tabel berikut untuk ekspor, produksi dalam negeri dan konsumsi.
Tabel 1.3 Perhitungan Pertumbuhan Ekspor Asam oksalat di Indonesia
Tahun
Berat bersih (ton)
% pertumbuhan
2000
582.538

2001
1070.179
0.8371
2002
470.556
-0.5603
2003
1329.712
1.8258
2004
2500
0.8801
JUMLAH
2.9827
Rata rata pertumbuhan ekspor =  2.9827/ 4 = 0.746
Perhitungan ekspor  pada tahun 2011 = 2500  ( 0.746+1)(2011-2004)
                                                                                = 123665.821  ton

Tabel 1.4 Perhitungan Pertumbuhan Produksi Asam Oksalat di Indonesia
Tahun
Berat bersih (ton)
% pertumbuhan
2000
3900.064

2001
5421.847
0.3902
2002
6543.773
0.2069
2003
4210.381
-0.3566
2004
5623.857
0.3357
JUMLAH
0.5763
Rata rata pertumbuhan  =  0.5763/ 4 = 0.144
Perhitungan pada tahun 2011             = 5623.857  ( 0.144+1)(2011-2004)
                                                                = 14421.699 ton
Tabel 1.5 Perhitungan Pertumbuhan Konsumsi Asam Oksalat di Indonesia
Tahun
Berat bersih (ton)
% pertumbuhan
2000
4509.173

2001
5091.694
0.1292
2002
6953.546
0.3657
2003
4020.762
-0.4218
2004
4697.439
0.1683
JUMLAH
0.2414
Rata rata pertumbuhan  =  0.2414/ 4 = 0.06
Perhitungan pada tahun 2011             = 4697.439  ( 0.06+1)(2011-2004)
                                                                = 7063.211 ton

Dalam penentuan kapasitas pabrik dapat dihitung dengan persamaan :
M1   +    M2   +    M3   =    M4   +    M5
dimana :
M1     =    Volume impor dalam negeri (ton)
M2     =    Volume produksi dalam negeri (ton)
M3     =    Kapasitas pabrik yang akan didirikan (ton)
M4     =    Volume konsumsi dalam negeri (ton)
M5     =    Volume ekspor (ton)
Jadi M3 = (M4 + M5) – (M1 + M2)
             = (7063.211  +123665.821) ton – (3522.406 +14421.699) ton
             = 112784.927 ton
Dari perhitungan diatas, maka peluang kapasitas pabrik baru untuk tahun 2011 adalah sebesar 112784.927 ton/tahun dan diputuskan bahwa pabrik ini memproduksi asam oksalat sebanyak 50000 ton/tahun dengan pertimbangan pabrik dirancang untuk memenuhi sebagian kebutuhan dalam negeri sehingga dari segi pemasaran nantinya pabrik dapat bersaing.







1.5.    Penentuan Lokasi Pabrik  
Lokasi yang akan dipilih untuk pembangunan pabrik ini adalah                    di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, alasan pemilihan lokasi ini :
a.       Ditinjau dari lokasi sumber bahan baku
Lokasi ini dipilih karena berdekatan dengan sumber bahan baku           (enceng gondok)
b.      Ditinjau dari area pemasaran produk
Dalam pemasaran produk, produk yang dihasilkan dapat dengan mudah didistribusikan melalui jalur transporatasi darat.
c.              Alat angkutan (transportasi)
Transportasi dapat optimal ditinjau dari segi biaya dan jarak angkut yang ditempuh.
d.             Buruh dan tingkat upahnya
Diharapkan dapat diperoleh tenaga kerja yang lebih murah dengan kualitas yang diinginkan.
e.              Sumber air
Lokasi yang dipilih dekat dengan sumber air yang mana sangat diperlukan dalam proses produksi.




0 Response to "Perancangan Proses"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel