Prak OTK 1 Pemecahan dan Pengayakan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum : Pemecahan
dan Pengayakan
(Crushing and Screening)
1.2 Tanggal Praktikum : 18 November 2016
1.3 Tujuan Praktikum :
1.
Melaksanakan proses pemecahan dengan menggunakan
Grinding mill
2.
Memperlihatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Grinding mill.
3.
Melaksanakan proses pemisahan butiran/serbuk
menurut ukuran partikel.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pemecahan dan Penghalusan ( Crushing and
Sreening)
Pengecilan ukuran merupakan salah satu dari
satuan operasi dimana
bahan hasil pertanian dikecilkan
ukurannya dengan mengaplikasikan gaya tumbuk, gaya gesek, dan gaya tekan. Tujuan dari pengecilan ukuran adalah memperluas permukaan
bahan hasil pertanian agar proses penanganan selanjutnya dapat berlangsung efektif.
Metode-metode
pengecilan ukuran berbeda-beda
dikelompokkan berdasarkan ukuran partikel yang dihasilkan,
diantaranya penyincangan,
pemotongan, pengirisan,
dan pemotongan kubus, misalnya:
1.
Besar ke sedang
(potongan daging, irisan
buah kalengan)
2.
Sedang
k ekecil (irisan wortel,
irisan bawang)
3.
Kecil ke bentuk
butiran (daging giling kering, potongan
sayur kering) Penepungan bertujuan meningkatkan kehalusan,
misal biji
gandum menja ditepung
terigu
Emulsifikasi
dan homogenisasi,
contohnya mayonaise, susu, mentega, dan margarin.
2.2
Faktor-Faktor
Pengaruh Materian Terhadap Ukuran Ayakan
Factor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan materian untuk menerobor ukuran ayakan adalah:
1. Ukuran
bukaan ayakan
Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin
banyak material yang lolos.
2. Ukuran
relatif partikel
Material yang mempunyai diameter yang sama dengan
panjangnya akan memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila
posisinya berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pantulan
dan material
Pada waktu material jatuh ke screen maka material
akan membentuk kisi-kisi screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada
posisi yang tidak teratur.
4. Kandungan
air
Kandungan air yang banyak akan sangat membantu. Tapi
bila hanya sedikit akan menyumbat screen.
2.3
Karakteristik Ukuran
Performansi dari mesin pengecil ukuran
ditinjau dari kapasitas, daya yang
diperlukan per satuan bahan yang dikecilkan, ukuran dan
bentuk bahan sebelum
dan sesudah dikecilkan.Secara teoritis, untuk memudahkan
perhitungan, maka
bahan hasil pertanian dianggap
memiliki bentuk geometris tertentu, diantaranya
bentuk kubus, bulat, atau bentuk geometris lainnya. Tujuan lain mempelajari
sifat
fisik bahan
adalah memudahkan
dalam proses pengecilan ukuran.
Setelah mengalami pengecilan
ukuran,
partikel yang dihasilkan
dapat
dibagi kedalam tiga tingkatan ukuran, yaitu :
1. Partikel ukuran
kasar
Partikel bahan hasil pengecilan
ukuran dapat diukur dengan mudah dan
mudah dilihat dengan mata telanjang.
Tingkatan ukuran partikel ini lebih dari 1/8
inchi.Contohnya : potongan buah kaleng.
2. Partikel ukuran
saringan/ayakan
Partikel bahan hasil pengecilan ukuran berukuran
0,125 sampai 0,0029 inchi dapat dikatakan sebagai bahan pangan ini berukuran saringan/ayakan. Contohnya gula pasir.
3. Partikel ukuran
mikroskopis
Partikel dikatakan berukuran
mikroskopis jika partikel tersebut berukuran
lebih kecil dari 0,0029
inchi. Misal debu, tepung,
dan lain-lain.
Metode yang paling mudah digunakan dalam pembagian ukuran partikel adalah metoda ayakan.Ayakan yang digunakan adalah ayakan Tyler dan diadopsikan oleh U.S.Bureau of Standards. Ukuran ayakan dikenal
dengan istilah mesh yaitu jumlah lubang ayakan dalam satu inchi persegi.
2.4
Modulus Kehalusan (Fineness Modulus)
Sistem klasifikasi ini ditetapkan oleh D. A. Abrams untuk beton tetapi
dapat pula digunakan
untuk penentuan performansi alat penggiling biji-bijian
(Henderson, 1961). Modulus kehalusan diartikan
sebagai jumlah berat bahan yang tertahan disetiap
ayakan
dibagi dengan 100. Ayakan-ayakan yang digunakan
dalam satu set ini adalah berukuran 3/8 inci, 4 mesh, 8 mesh, 14 mesh, 28 mesh, 48 mesh, dan 100 mesh. Setelah diketahui nilai modulus kehalusannya maka diameter bahan dapat dicari dengan menggunakan rumus :
D = 0,0041 (2)FM
2.5
Pengecilan Ukuran
Bahan Hasil Pertanian Kering
1.
Ball Mill
Tipe
ini terdiri dari silinder baja horizontal yang setengah bagiannya
terisi bola-bola baja berdiameter 2,5-1,5 cm. pada kecepatan rendah atau ketika bola-
bola kecil digunakan maka gaya geser mendominasi.
Sedangkan ketika bola-bola yang berukuran lebih besar digunakan
atau pada kecepatan yang
lebih tinggi maka
gaya tumbuk lebih mendominasi.
2. Disc Mill
Terdapat dua desain, yaitu :
Penggiling bercakram
tunggal, bahan hasil pertanian melewati antara penutup statis
dan
sebuah piringan
beralur yang
berputar dengan kecepatan tinggi.
Penggiling bercakram ganda, dimana dua cakram ini berputar pada arah
yang berlawanan. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan gaya geser yang lebih besar. Pin dan penggiling bercakram.
3.
Hammer Mill
Suatu silinder horisontal dilapisi dengan suatu pelat baja.Di dalamnya
terpasang baling-baling yang dilengkapi dengan palu. Pada pengoperasiannya,
bahan hasil pertanian yang terdapat pada plat baja dihancurkan oleh gaya tumbuk yang berasal dari tumbukan palu.
4. Roller Mill
Dua
atau lebih rol baja berputar berlawanan arah
sehingga produk terjepit dan akan tergiling saat melewati celah rol. Secara umum gaya
yang berperan adalah gaya kompresi atau gaya
tekan akan tetapi bila salah satu rol berputar pada kecepatan yang berbeda
maka disamping gaya tekan juga terdapat gaya geser. Ukuran partikel yang dikecilkan tergantung pada jarak antar rol.
2.6
Pengecilan Ukuran Pada Bahan
Padat Hasil Pertanian
Terdapat tiga tipe gaya yang biasa
diterapkan untuk mengecilkan ukuran bahan hasil
pertanian, yaitu:
1.
Gayatekan
2.
Gayatumbuk
3.
Gayageser
Ketika semua
gaya bekerja pada sebuah bahan, maka akan menghasilkan
regangan internal yang menyebabkan perubahan bentuk jaringan didalam bahan. Pada beberapa kejadian,
regangan tidak melebihi dari suatu batasan kritis
tertentu yang
dinamai batas tegangan elastis(E).
Apabila tegangan pada bahan
tersebut
dilepas, jaringan
tersebut akan kembali
pada bentuk semula dan melepaskan
energ iyang terkandung dalam bentuk
energi panas.
Apabila ditelaah lebih jauh
lagi,
hanya 1 % energi digunakan untuk pengecilan ukuran.
Bagaimanapun, ketika
bahan hasil pertanian diregangkan diatas batas tegangan elastis, maka bahan hasil pertanian tersebut akan mengalami perubahan bentuk secara permanen.
2.7
Peralatan Pengecil Ukuran
Bagian ini membahas tentang sebagian peralatan yang digunakan
dalam proses mengecilkan bahan
hasil pertanian berserat menjadi ukuran yang lebih
kecil, dan mengecilkan ukuran bahan kering
tertentu menjadi
bentuk tepung/bubuk.
Pada umumnya,
daging, buah dan sayur tergolong bahan berserat.Daging dibekukan dan dikondisikan
di bawah titik beku, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pemotongan.Buah-buahan dan
sayur-sayuran memiliki
matriks serat lebih padat dan
dipotong pada suhu
lingkungan atau suhu
dingin.
Secara umum, terdapat
lima peralatan yang digunakan
untuk bahan berserat, yaitu:
1. Peralatan pengiris (slicing)
Peralatan pengiris terdiri atas mata pisau yang berputar yang berfungsi untuk mengiris bahan yang lewat di bawahnya.Contoh penggunaan peralatan ini adalah
pada
pengirisan daging.Daging
diletakkan
di
atas suatu conveyor, kemudian dihantarkanuntuk diiris berlawanan arah terhadap
mata pisau.
Peralatan pengkubus/pendadu (dicing). Prinsip kerjanya, pertama-tama
bahan diiris kemudian dipotong sehingga berbentuk kubus atau dadu dengan menggunakan mata pisau yang
berputar.Potongan yang telah dihasilkan diumpankan
kembali pada pisau berputar
bagian kedua yang beroperasi
pada bagian sebelah kanan sudut dari pisau yang
pertama sehingga memotong bahan
menjadi berbentuk kubus.
2. Peralatan penyerpih (flaking)
Peralatan
ini cocok untuk ikan, kacang-kacangan atau daging.Potongan dapat berbentuk
pipih, diatur berdasarkan penyesuaian bentuk mata pisau dan jarak potong.
3. Peralatan pencabik (sredding)
Bila memperhatikan
bentuk potongan daging yang terdapat
pada kemasan mie instant, awalnya bentuk ini dihasilkan
dari peralatan yang dimodifikasikan dengan alat penumbuk berbentuk palu.Bagian kedua dari alat ini disebut juga
dengan disintegrator.Disintegrator
terdapat dua piringan yang masing-masing memiliki mata pisau. Dua piringan ini saling berputar berlawanan arah
dan bahan hasil pertanian yang diumpankan
akan terpotong berdasarkan gaya geser dan gaya
potong.
4. Peralatan pengekstrak (pulping)
Peralatan ini digunakan untuk mengekstrak
buah dan sayur serta melumatkan
daging, buah, dan sayur. Cara kerjanya nerupakan kombinasi antara
gaya kompresi dan gaya
geser.
2.8
Pengaruh Pengecilan Ukuran
pada Bahan Hasil Pertanian
Pengecilan ukuran merupakan
proses lanjutan yang memungkinkan
untuk mengendalikan sifat-sifat bahan hasil pertanian dan meningkatkan efisiensi pencampuran
serta perpindahan energi panas. Tekstur dari beberapa bahan hasil pertanian (contohnya tepung, pulp buah-buahan)
dikendalikan selama pengecilan ukuran berlangsung.Disamping
itu, terdapat efek tidak langsung pada aroma dan
rasa
dari beberapa bahan hasil pertanian, kehilangan unsur volatil dari pengecilan rempah-rempah
terjadi bila terjadi kenaikan suhu selama penggilingan berlangsung. Kerusakan
sel dan peningkatan luas permukaan
bahan
mempercepat kerusakan melalui oksidasi dan menaikkan laju mikrobiologi
serta
menaikkan aktivitas enzimatis.
Oleh karena itu, pengecilan ukuran tidak memiliki pengaruh dalam pengawetan
bahan
hasil pertanian. Bahan-bahan kering
contohnya biji-bijian memiliki nilai aktivitas air (water activity) yang rendah
sehingga memungkinkan disimpan beberapa
bulan setelah digiling tanpa terjadi
perubahan nilai gizi atau kualitasnya.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam percobaan crushing and screening ini adalah sebagai berikut:
1.
Grinding Mill
2.
Ayakan
(20,50,80, 100, 200)
3.
Timbangan
4.
Oven
3.1.2 Bahan
Adapun
bahan yang
digunakan dalam percobaan crushing and screening ini adalah sebagai
berikut:
1.
Kacang Kedelai
3.2 Cara Kerja
Adapun prosedur kerja crushing and
screening
adalah
sebagai berikut:
1.
Bahan
baku yang akan digunakan dipersiapkan sesuai penugasan.
2.
Bahan baku di keringkan dengan
menggunakan oven sebelum dimasukkan kedalam grinding mill.
3.
Ditimbang
bahan baku (kacang kedelai) dengan massa pada run I, run II, dan run III sebanyak 63 gram,
4.
Sebelum
digunakan, peralatan grinding mill dibersihkan terlebih dahulu.
5.
Dimasukkan
bahan baku (kacang kedelai) yang telah ditimbang ke dalam grinding mill dengan variasi waktu pada run I selama 16 menit, Run II 20 menit dan Run III 24 menit.
6.
Pada
run I setelah penggilingan sudah mencapai waktu selama 16 menit lalu dikeluarkan bahan yang digiling.
7.
Selanjutnya
bahan di ayak dengan ayakan yang tersedia yaitu 20 mesh, 50
mesh, 80 mesh, 100 mesh dan 200 mesh.
8.
Hasil
ayakan selanjutnya di timbang.
9.
Percobaan
di ulangi untuk variasi waktu penggilingan dan berat bahan baku yang
berbeda-beda.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Berikut adalah hasil yang di dapat dari
proses pemecahan dan pengayakan kacang kedelai pada run I, run II, dan run III.
Tabel 4.1 Hasil ayakan pada
run I pada 16 menit
No mesh
|
Bukaan ayakan (mm)
|
Hasil lolos (gr)
|
Hasil tertahan (gr)
|
Fraksi lolos
|
Fraksi tertahan
|
20
50
80
100
200
|
0,850
0,300
0,180
0,106
0,075
|
55,20
35,15
24,05
5,91
0,66
|
8,10
19,95
10,82
17,13
4,96
|
0,456
0,291
0,199
0,0488
0,0059
|
0,1328
0,327
0,177
0,281
0,081
|
∑mi = 120,97
|
∑ mi = 60,96
|
Tabel 4.2 Hasil ayakan
pada run II pada 20 menit
No mesh
|
Bukaan ayakan (mm)
|
Hasil lolos (gr)
|
Hasil tertahan (gr)
|
Fraksi lolos
|
Fraksi tertahan
|
20
50
80
100
200
|
0,850
0,300
0,180
0,106
0,075
|
53,54
24,09
14,55
2,82
0,43
|
10,06
28,90
9,06
11,02
1,78
|
0,561
0,252
0,152
0,029
0,0045
|
0,165
0,475
0,149
0,181
0,029
|
∑mi = 95,43
|
∑ mi = 60,82
|
Tabel 4.3 Hasil ayakan
pada run III pada 24 menit
No mesh
|
Bukaan ayakan (mm)
|
Hasil lolos (gr)
|
Hasil tertahan (gr)
|
Fraksi lolos
|
Fraksi tertahan
|
20
50
80
100
200
|
0,850
0,300
0,180
0,106
0,075
|
56,03
26,67
11,56
2,30
0,25
|
6,35
32,65
14,07
9,24
2,05
|
0,578
0,275
0,119
0,0237
0,0026
|
0,098
0,507
0,218
0,143
0,0318
|
∑ mi = 96,81
|
∑ mi = 64,36
|
4.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk melaksanakan proses
pemecahan dengan menggunakan grinding mill, serta memperlihatkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja grinding mill. Adapun faktor yang mempengaruhinya
adalah jenis bahan, kelembaban bahan dan waktu tumbukan. Pada percobaan ini
juga dilakukan proses pengayakan untuk memisahkan serbuk menurut ukuran masing-masing
partikel. Variabel-variabel yang mempengaruhi proses pengayakan diantaranya
adalah no mesh dan ukuran partikel (hasil pemecahan) (Brady, 1990).
Pada proses pemecahan, hasil yang diperoleh dipengaruhi
oleh waktu penggilingan. Semakin lama dilakukan proses pemecahan maka semakin
halus produk yang dihasilkan. Sebaliknya, hasil penggilingan akan lebih kasar
jika waktu penggilingannya lebih cepat. Tingkat kelembaban bahan juga
berpengaruh pada proses penggilingan, jika bahan tidak kering maka proses
pemecahan tidak dapat berjalan dengan baik karena hasilnya akan menggumpal dan
akan sulit dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan, perbedaan ukuran mesh
akan mempengaruhi massa yang lolos dan massa yang tertahan.
Hasil yang diperoleh dari data pengamatan yaitu pada run
I dengan waktu penggilingan selama 16 menit, jumlah massa keseluruhan yang lolos
dengan ayakan adalah 120,97 sedangkan massa yang tertahan adalah 60,96
sedangkan pada run II dengan waktu selama 20 menit, massa yang tertahan adalah 95,43
sedangkan massa yang tertahan adalah 60,82 dan pada run III dengan waktu selama
6 menit, massa keseluruhan yang lolos adalah 96,81 dan massa yang tertahan
adalah 64,36. Dari sini dapat kita lihat massa keseluruhan yang lolos dari
ayakan akan semakin banyak jika waktu pemecahan dilakukan semakin lama dan
dapat pula kita lihat massa keseluruhan yang tertahan pada run III lebih banyak
dari run II, seharusnya semakin lama waktu pemecahan maka hasil massa yang
lolos akan semakin banyak dan hasil massa yang tertahan akan lebih sedikit. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan bahan yang digunakan mengandung minyak, semakin
lama di grinding mill semakin banyak yang dihasilkan minyak dan akan terjadinya
penggumpalan pada bahan maka semakin sulit untuk di ayak.
Gambar
4.1 Grafik Fraksi Massa Tertahan VS No. Mesh
Dari grafik di atas terlihat bahwa
pada no.mesh 20 jumlah fraksi yang tertahan pada run II lebih banyak
dibandingkan run I, yakni10.06 dan 8.10. Seharusnya pada run II massa yang
tertahan harus lebih sedikit karena waktu penggilingannya lebih lama
dibandingkan dengan run I. Dari grafik di atas juga terlihat bahwa pada no.mesh
yang lebih besar (200) dan waktu penggilingan yang lama, maka fraksi massa yang
tertahan lebih banyak, hal ini dikarenakan semakin besar no.mesh maka ukuran
bukaan ayaknya semakin kecil.
Di bawah ini adalah grafik fraksi massa yang lolos versus
no.mesh terhadap waktu.
Gambar 4.2 Grafik Fraksi Massa
Lolos VS No. Mesh
Dari grafik di atas
dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang jauh pada run I dan II. Dari
grafik tersebut juga dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pada mesh 80 sampai
200 dan terjadi pada ketiga run. Massa yang tertinggal dan yang lolos
dipengaruhi oleh waktu pemecahan karena semakin lama waktu proses maka hasil
pemecahan semakin halus.
Pengecilan
ukuran tidak memiliki
pengaruh dalam pengawetan
bahan hasil pertanian.Bahan-bahan kering
contohnya biji-bijian memiliki nilai
aktivitas air (wateractivity) yang rendah sehingga memungkin kandisi umpan
beberapa bulan setelah digiling tanpa
terjadi
perubahan nilai gizi atau
kualitasnya (Purba, 2010).
Gambar
4.3 Grafik Dpm VS waktu
Berdasarkan
grafik Dpm vs waktu terlihat bahwa semakin lama waktu pemecahan maka diameter
partikel yang diperoleh semakin kecil. Hal ini dipengaruhi oleh kadar air yang
terdapat dalam bahan, dimana diameter partikel akan lebih halus bila kadar air
dalam bahan dihilangkan. Dalam hal ini ketelitian perhitungan yang dilakukan
oleh praktikum juga sangat berpengaruh pada pengukuran diameter partikel
(Purba, 2010).
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan ini adalah:
1.
Semakin
kecil bukaan dari ayakan maka semakin sedikit massa massa yang lolos dan
semakin banyak massa yang tertahan.
2.
Tingkat
kekeringan bahan baku sangat mempengaruhi hasil yang didapat.
3.
Nilai
Dpm massa yang tertahan lebih besar dari Dpm massa yang lolos pada waktu
penggilingan yang lebih lama.
4.
Fraksi
massa yang tertahan pada masing-masing run bergantung pada ukuran diameter
partikel. Bila ukuran diameternya lebih besar dari lubang ayakan maka fraksi
massa tertahan akan lebih besar.
5.
Nilai
Dpm lolos pada tiap – tiap run adalah :
a.
Run
I : 0,147
b.
Run
II : 0,166
c.
Run
III : 0,0949
Nilai
Dpm tertahan pada tiap run adalah :
a.
Run
I : 0,0635
b.
Run
II : 0,0896
c.
Run
III : 0,0834
5.1 Saran
1.
Harus
lebih berhati-hati saat melakukan pengayakan agar hasil yang didapat sesuai
dengan yang diinginkan.
2.
Tiap
percobaan yang dilakukan harus teliti akan waktu penggilingan dan pada saat
penimbangan.
3.
Pada percobaan selanjutnya disarankan
menggunakan bahan yang tidak mengandung minyak agar mendapatkan hasil yang
bagus, seperti beras, maupun biji cabai kering.
DAFTAR PUSTAKA
Brady E. 1990. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Peter. 1990. Operasi Teknik
Kimia. Jakarta : Erlangga
Purba. 2010. Kimia SMA. Jakarta : Yudhistira.
Penuntun
Praktikum Proses Teknik Kimia I Tahun 2016 Hal:17.
0 Response to "Prak OTK 1 Pemecahan dan Pengayakan"
Post a Comment