Praktikum Kimia Organik " Reaksi Aldehid dan Keton "
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Judul
Praktikum
Reaksi Aldehid dan Keton
1.2 Tanggal Praktikum
6
Juni 2014
1.2
Tujuan Percobaan
Mengetahui perubahan dan reaksi reduksi yang terjadi pada aldehid dan keton
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Aldehid dan Keton
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang
mengandung sebuah guguskarbonil –
sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya
gugus-gugus reaktif yang lain seperti-OH atau -Cl yang terikat langsung pada
atom karbon di gugus karbonil – seperti yang bisa ditemukan pada
asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Ikatan rangkap karbon-karbon yang
menyendiri bersifat nonpolar.Agar bereaksi ,biasanya diperlukan suatu
elektrofil untuk menyusun dan menyerang elektron-elektron ikatan-pi.Namun
ikatan rangkap karbon-karbon –oksigen telah bersifat polar bahkan tanpa
serangan elektrofil.Suatu senyawa karbonil dapat diserang oleh suatu nukleofil
atau oleh suatu elektrofil.
Banyak reaksi gugus karbonil melibatkan suatu protonasi
awal dari oksigen.Protonasi itu menambah muatan positif pada karbon-karbonil
,sehingga karbon itu lebih mudah diserang oleh nukleofil yang lebih lemah.
Seperti alkena,aldehida dan keton
mengalami adisi reagensia-reagensia ke dalam ikatan-pi. Banyak reaksi adisi
ini, terutama reaksi adisi dengan nukleofil lemah, dikatatalisasi oleh asam
karena alasan di atas.
Reaktivitas relatif aldehida dan keton
dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada
karbon karbonilnya. Makin besar muatan positif itu akan makin relatif. Bila
muatan positif parsial itu tersebar ke seluruh molekul , maka senyawa karbonil
itu lebih stabil dan kurang reaktif.
Gugus karbonil distabilkan oleh gugus
alkil didekatnya, yang bersifat melepas-elektron, suatu keton, denan gugus
R.Kira-kira 7 kkal/mollebih stabil daripada suatu aldehida , yang hanya
memiliki satu gugus R.Formaldehida , tanpa gugus alkil, adalah yang paling
reaktif diantara aldehida dan keton itu.
Faktor Sterik juga memainkan peranan
dalam kereaktifan aldehida dan keton. Suatu reaksi adisi (dari ) gugus karbonil
menyebabkan meningkatnya halangan sterik di sekitar karbon-karbonil.
Gugus meluah disekitar gugus karbonil
menyebabkan halangan sterik yang lebih besar dalam produk (dan dalam keadaan
transisi). Energi produk itu lebih besar karena tolakan sterik. Oleh karena itu
suatu keton yang lebih terintangi akan kurang efektif/reaktif daripada aldehida
atau keton yang kurang terintangi.Kurangnya sterik pada formal dehid merupakan
alasan lain mengapa formaldehida lebih reaktif dari pada aldehida lain.
Pada aldehid, gugus
karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama
dengan salah satu dari gugus berikut:
•
atom
hidrogen lain
• sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau
gugus yang mengandung sebuah cincin benzen (Hart
Harold,1983)
2.2
Ciri-ciri Aldehid
- Sifat-sifat kimia aldehid dan keton
umumnya serupa, hanya berbeda dalam derajatnya. Unsur C kecil larut dalam air
(berkurang + C).
- Merupakan senyawa polar, TD aldehid >
senyawa non polar
- Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya sangat merangsang
-
Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan, baunya tajam, sangat
reaktif. Contoh : Formaldehid = metanal = H-CHO
- Sifat-sifat : satu-satunya aldehid yang
berbentuk gas pada suhu kamar, tak berwarna, baunya tajam, larutanya dalam H2O
dari 40 % disebut formalin.
- Penggunaan : sebagai desinfektans,
mengeraskan protein (mengawetkan contoh-contoh biologik), membuat damar buatan.
2.3. Contoh-contoh Keton
Keton bisa berarti gugus fungsi
yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil
(O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia
yang mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum: R1(CO)R2.
Senyawa karbonil yang
berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya.
Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkohol
dan eter.
Keton yang paling sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).
Dalam
kesetimbangan antara suatu aldehida ,hemisetal dan suatu asetal ,aldehida itu
lenih disukai. Dalam suatu campuran kesetimbangan, biasanya terdapat sejumlah
besar aldehida dan hanya sedikit hemiasetal dan asetal. Terhadap hal yang umum
ini terdapat satu kekecualian penting. Suatu molekul yang memiliki gugus OH
pada posisi gamma terdapat gugus karbonil aldehida atau keton itu mengalami
suatu reaksi intra-molekul untuk membentuk suatu cincin hemiasetal
beranggotakan lima atau enam.
Alasan
mengapa hemiasetal siklik dianggap penting ialah karena glukosa dan gula lain
mengandung gugus hidroksil gamma terhadap gugus-gugus karbonil ; oleh karena
itu, gula ini membentuk hemiasetal siklik dalam air. Masalah ini akan dibahas.
Atom karbon yang berada di
samping gugus karbonil dinamakan karbon-α. Hidrogen yang melekat pada karbon
ini dinamakan hidrogen-α. Dengan keberadaan asam katalis, keton mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat
menghasilkan enolat.
Propanon biasanya dituliskan sebagai CHCOCH. Diperlukannya
penomoran atom karbon pada keton-keton yang lebih panjang harus selalu
diperhatikan. Pada pentanon,gugus karbonil bisa terletak di tengah rantai atau
di samping karbon ujung – menghasilkan pentan-3-ena atau pentan-2-on.
Contoh : propanon
= dimetil keton = aseton = (CH3)2-C=O
- Sifat
: cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik.
- Penggunaan
: sebagai pelarut.
Contoh lain : asetofenon = metil fenil
keton
- Sifat : berhablur,
tak berwarna
- Penggunaan
: sebagai hipnotik, sebagai fenasil klorida (kloroasetofenon) dipakai sebagai
gas air mata.
2.4 Sifat-sifat
Keton
Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan
senyawa keton polar. Gugus
karbonil akan berinteraksi dengan air melalui ikatan hidrogen,
sehingga keton larut dalam air. Ia merupakan akseptor ikatan hidrogen, dan
bukannya donor, sehingga ia tidak akan membentuk ikatan hidrogen dengan dirinya
sendiri. Hal ini membuat keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan
asam
karboksilat (J.Ralp
fessenden, 1982)
2.5 Pengelompokan
keton
Keton dikelompokkan
berdasarkan substituen mereka. Salah satu klasifikasi keton membagi senyawa ini
menjadi keton simetris dan keton tidak simetris tergantung dari kemungkinan 2
substituen organik bergabung ke pusat karbonil. Aseton dan benzofenon (C6H5C(O)C6H5)
termasuk keton simetris. Asetofenon (C6H5C(O)CH3)
adalah contoh keton tidak simetris. Di ilmu stereokimia, keton tidak simetris
dikenal karena bersifat prokiral (Anshary Isfan, 1990)
2.6
Pembuatan Aldehid dan Keton
1. Pembuatan keton
-
Oksidasi dari alkohol sekunder
- Asilasi
Friedel-Craft
- Reaksi
asam klorida dengan organologa
2. Pembuatan aldehid
-
Oksidasi dari alkohol primer
- Oksidasi
dari metilbenzen
- Reduksi
dari asam klorida
2.7 Perbedaan Aldehid
dan Keton
Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom
hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat
mudah teroksidasi.
Sebagai contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik
menjadi asam etanoat,CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak
mudah dioksidasi. Ketonhanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen
pengoksidasi kuat yang memilikikemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
2.8 Sifat-sifat Fisik
1. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik
didih -21°C), dan etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal
akan mendidih pada suhu yangmendekati suhu kamar.Aladehid dan keton lainnya
berwujud cair, dengan titik didih yang semakin meningkatapabila molekul semakin
besar.Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul.
2. Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi
lebih panjang dan memilikilebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini
akan meningkatkan ukuran dipol-dipoltemporer yang terbentuk. Inilah sebabnya
mengapa titik didih meningkat apabila jumlahatom karbon dalam rantai juga
meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
3.Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan
rangkap C=O. Sepertihalnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara
dipol-dipol permanen padamolekul-molekul yang berdekatan.Ini berarti bahwa
titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih hidrokarbonyang
berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.Mari kita membandingkan
titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar molekul yang
mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlahelektronnya
juga mirip (walaupun tidak identik) (Team Teknik
Kimia,2012).
4. Ikatan dan
Kereaktifan Ikatan pada gugus karbonil
Atom oksigen jauh lebih elektronegatif alkohol karbon sehingga
memilikikecenderungan kuat untuk menarik alkohol elektron yang terdapat dalam ikatan C=Okearahnya sendiri.
Salah satu dari dua pasang alkohol yang membentuk ikatan rangkapC=O bahkan lebih mudah tertarik
lcohol oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=Osangat polar.
5. Reaksi-reaksi
penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus
karbonil ester diserang oleh nukleofil .
Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan alkohol (misalnya, ion sianida,CN-), atau bagian yang bermuatan alkohol dari sebuah molekul (misalnya,
pasanganelektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam molekul alkohol NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek
murni dari pemutusanikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami
reaksi adisi, seringkali diikutidengan hilangnya sebuah molekul air. Ini
menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi-eliminasi atau kondensasi. Dalam
pembahasan tentang aldehid.
Dan keton anda akan menemukan banyak contoh reaksi adisi
sederhana dan reaksi adisi-eliminasi.
Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil. Ini
berarti bahwa reaksikeduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus
karbonilnya
6. Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam
air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai.
Sebagai contoh, metanal, etanal dan propanon – yang merupakan aldehid dan keton
berukuran kecil – dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan volume.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang
kecil dapat larut dalam air adalah bahwa walaupun aldehid dan keton tidak keton saling berikatan alkohol sesamanya, namun keduanya keton
berikatan keton dengan
molekul air.
Salah satu dari atom alkohol yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air keton tertarik dengan baik ke salah
satu pasangan alkohol bebas
pada atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan alkohol
4. Tatanama
aldehida dan keton
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon
yang terdapat dalam rantai terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada
gugus karbonil. Jika ada gugus samping yang terikat pada rantai terpanjang
tersebut, maka atom karbon pada gugus karbonil harus selalu dianggap sebagai
atom karbon nomor 1.
Dalam
lcoho IUPAC, aldehida diberi akhiran –al (berasal dari suku pertama
aldehida). Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
Karena aldehida telah lama dikenal, nama-nama umum masih
sering digunakan. Nama-nama tersebut dicantumkan dibawah nama IUPAC-nya. Karena
nama ini sering digunakan, anda perlu juga mempelajarinya juga.
Untuk
aldehida yang mempunyai subtituen, penomoran rantai dimulai dari karbon
aldehida sebagai mana contoh berikut :
Untuk
aldehida siklik, digunakan awalan-karbaldehida. Aldehida dan alkohol
sering mempunyai nama umum.
Dalam alkohol
IUPAC, keton diberi akhiran-on (dari suku kata terakhir keton). Penomoran
dilakukan sehingga gugus karbonil mendapat nomor kecil. Biasanya keton diberi
nama dengan menambahkan kata keton setelah nama-nama gugus alkil atau aril yang
melekat pada gugus karbonil. Sama halnya dengan aldehida nama umum sering
digunakan. Contohnya adalah sebagai berikut :
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di
atas, maka gugus aldehid (gugus karbonil yang mengikat atom alkohol selalunya dituliskan sebagai –CHO
– datidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu, penulisan rumus
molekul aldehid terkadang sulit dibedakan dengan lcohol. Misalnya etanal
dituliskan sebagai CH3 CHOdan metanal sebagai HCHO (S
John. Fessenden,1982).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
1.1
Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat-Alat
1.
tabung reaksi
2.
pipet volum
3.
bola penghisap
4.
penangas air
3.1.2 Bahan-Bahan
1. Aseton
2. Na2S2O3
3.2 Cara Kerja
1. 1 mL aseton di campur dengan 0,5 mL Na2S2O3.
Diamati apa yang terjadi.
2. Campuran tadi dikocok, didiamkan sesaat. Diamati
kembali apa yang terjadi.
3.
Kemudian di panaskan. Diamati apa yang terjadi.
4.
Didinginkan selama beberapa menit.
5.
Dilakukan pengulangan sebanyak 1 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO
|
Prosedur
|
Hasil
|
1.
|
Campurkan 1 mL aseton
di campur dengan 0,5 mL Na2S2O3
|
Warnanya menjadi keruh dan suhunya tetap
|
2.
|
Setelah di kocok
|
Terdapat 3 pemisahan
Atas : bening, Tengah :endapan
Bawah bening
|
3.
|
Setelah di panaskan
|
Air di panaskan
terlebih dahulu sehingga menjadi 70oC, dan warnanya bening
|
4.
|
Setelah didinginkan
|
Warnanya tatap saja bening
|
5.
|
Di lakukan
pengulangan
|
Perbedaan pada setiap
pengulangan terdapat pada cara pengocokan
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan yang
telah di lakukan, dapat di ketahui bahwa pada awalnya, terdapat sedikit
pemisahan pada campuran 1 mL 0,5 mL NaHSO4. Dan setelah dikocok, pemisahan
menjadi 3 bagian, yaitu bening dengan endapan yang terdapat di tengah. endapan
ini terbentuk di karenakan adanya molekul-molekul yang tidak larut pada saat di kocok dan menyebabkan
molekul-molekul tersebut saling terikat
dan membentuk endapan.
Setelah air di panaskan
dan di campur dengan campuran yang pertama, campuran tetap terbagi menjadi 3
bagian. Hal ini membuktikan bahwa campuran 1 mL 0,5 mL Na2S2O3 dapat larut
dalah air. Kelarutan senyawa keton dalam air tergantung dari panjang rantai
dari senyawa keton tersebut. Semakin panjang rantai suatu senyawa keton,
semakin sulit senyawa tersebut larut dalam air.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam
air adalah bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan
hidrogen sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen dengan
molekul air.
Setelah didinginkan, endapan terdapat pada 2 tempat, yaitu di
atas dan di bawah. Hal ini membuktikan bahwa suhu juga berpengaruh pada
kelarutan keton dalam air. Suhu yang tinggi membuat kelarutan semakin cepat dan
endapan yang terbentuk lebih sedikit.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan
maka,dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
1 mL 0,5 mL Na2S2O3 bila dicampurkan
maka akan terbentuk endapan yang disebabkan karena adanya molekul-molekul yang
saling terikat.
2.
Kelarutan keton dalam air bergantung
pada panjang rantai dari keton tersebut.
3.
Semakin panjang rantai senyawa keton,
maka akan semakin sulit larut dalam air.
4.
Tinggi rendahnya suhu juga berpengaruh
pada kelarutan dan banyak sedikitnya endapan yang terbentuk.
5.2 Saran
Dengan
terselesainya laporan akhir praktikum kimia organik yang berjudul”Reaksi-reaksi
Umum Senyawa Organik” ini, penulis berharap agar penulisan
laporan ini dapat menambah wawasan pembaca dan praktikan khususnya dalam
memahami reaksi reduksi yang terjadi pada keton .
Praktikan diharapkan untuk lebih berhati-hati
dalam melakukkan praktikum agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Anshary, Isfan. 1990. Kimia I. Jakarta : Erlangga.
Harold,Hart. 1983. Kimia Organik Edisi VI. Jakarta
: Erlangga.
J. Ralp, Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi III,
Jilid II. Jakarta :Erlangga.
S.John, Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisis
III,Jilid I. Jakarta :Erlangga.
Team Teknik Kimia.2012. Penuntun Praktikum Kimia
Organik. Universitas Malikussaleh.
0 Response to "Praktikum Kimia Organik " Reaksi Aldehid dan Keton ""
Post a Comment