-->

Praktikum Kimia Fisika " Penetapan konstanta kesetimbangan hidrolisa etil asetat "

ABSTRAK
Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Reaksi kesetimbangan adalah reaksi dimana zat-zat hasil reaksi (produk) dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat semula (reaktan). Menyelidiki reaksi kesetimbangan homogen antara air dengan etil asetat. Tujuannya untuk mengetahui reaksi kesetimbangan homogeny antara air dan etil asetat dapat menggunakan metode ini, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 5 ml air dan 3 tetes PP lalu dititrasi dengan 1N NaOH, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 5 ml etil asetat dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml air dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 2 ml etil asetat dan 3 ml air dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml etanol dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml asam asetat glasial dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH, 5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml Etanol dan 1 ml asam asetat glasial dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH. Pencampuran antara HCl, dan air membutuhkan volume titrasi yang paling sedikit yaitu 0,2 ml, Pencampuran antara HCl, dengan etil asetat, dan air membutuhkan volume titrasi yang paling banyak yaitu 1 ml

Kata kunci: Kesetimbangan, Reaksi kesetimbangan, Tetapan kesetimbangan,




Baca Juga






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Judul Praktikum
Penetapan konstanta kesetimbangan hidrolisa etil asetat
1.2              Tanggal Praktikum
4 april  2016
1.3       Nama Kelompok       : 1. Zarra meutia                      (140140062)
                                                  2. M.ikhsan nst                      (140140064)
                                                  3. raudhatul raihan                (140140072)
                                                  4.Azmi rohaya                       (140140080)
1.4       Tujuan Praktikum
Menyelidiki reaksi kesetimbangan homogen antara air dengan etil asetat.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pengertian Kesetimbangan
            Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Reaksi kesetimbangan adalah reaksi dimana zat-zat hasil reaksi (produk) dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat semula (reaktan). Kesetimbangan kimia juga disebut dengan kesetimbangan dinamis di karenakan walaupun reaksi kimia sudah mencapai keadaan setimbang akan tetapi reaksi tetap berlangsung pada tingkat molekul/mikroskopis. Karena kecepatan reaksi maju ke kanan = reaksi balik ke kiri maka seakan-akan reaksinya sudah berhenti (Utomo Galih, 2011).
Etil asetat dalam air akan terhidrolisa reversibel yang dapat dikatalis oleh asam organik, seperti asam klorida pada kondisi tertentu akan tercapai kesetimbangan :
CH3COOC2H5 + H2O => C2H5OH + CH3COOH…………… (2.1)
            Bila larutan encer, maka kostanta kesetimbangannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
                                               K =  ……......………...… (2.2)
            Karena kesetimbangan dicapai dengan lambat, maka campuran di diamkan selama kurang lebih 48 jam. Secara ekperimen, menentukan tetapan kesetimbangan sangat sulit, sebab harus menghitung konsentrasi dalam keadaan campuran. Namun secara teoritis bisa dilakukan, diantaranya dengan penurunan suhu mendadak, sehingga kesetimbangan tidak bergeser. Kemudian pada suhu rendah dimana reaksi berlansung sangat lambat dan pergeseran kesetimbangan diabaikan, maka konsentrasi dapat dihitung. Bila konsentrasi awal dari pereaksi diketahui dan hanya ada satu reaksi yang terjadi, maka cukup untuk menentukan konsentrasi dari pereaksi saja atau reaksi kesetimbangan. Konssentrasi zat lainnya dapat ditentukan dengan metode persamaan kimia yang disetarakan (Team Laboratorium Dasar Teknik Kimia, 2016).
2.2       Tetapan Kesetimbangan Kimia
Dalam sistem tertutup, dimana tekanan dan suhu dijaga, maka energi bebas Gibbs adalah nol.
ΔT.P = 0 ………..........…………………( 2.3)
Dalam keadaan kesetimbangan reaksi berlangsung dalam dua arah yaitu ke arah pembentukan dan ke arah penguraian. Kita ambil contoh reaksi berikut:
N2 + 3H2 2NH3……………………………...(2.4)
Dari persamaan kesetimbangan di atas nampak bahwa gas nitrogen bereaksi dengan gas hidrogen membentuk gas amonia, ditandai dengan arah reaksi ke kanan. Sedangkan reaksi ke arah kiri merupakan reaksi penguraian dari gas amoniak menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen.
Pada saat kesetimbangan, ke tiga zat ada di dalam campuran, dimana komposisi zat tidak sama atau tidak sesuai dengan persamaan reaksinya. Komposisi zat yang ada dalam kesetimbangan dicerminkan oleh harga tetapan kesetimbangan,
Reaksi umum dari kesetimbangan;
a A + b B c C + d D …………...……………(2.5)
dan berlaku energi bebas Gibbs ΔG = 0, dimana
                                                …………….…………….(2.6)
                                                ……………………..……….(2.7)
Selanjutnya, Guldenberg dan Waage, mengembangkan kesetimbangan dalam fasa larutan, dan mereka menemukan bahwa dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa dimana masing-masing konsentrasi itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.
Kesetimbangan diselidiki dengan mencampur asam amilen pada macam-macam perbandingan dalam tabung dengan temperature tetap 100°C, sampai kesetimbangan tercapai. Tabung diambil dan dengan tiba-tiba didinginkan hingga kesetimabngan beku, kemudian dianalisis ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2012: 25).

2.3        Hidrolisis ester etil asetat
 Ester (etil asetat) dalam larutan asam dipelajari untuk berbagai suhu. Untuk suhu masing-masing, kemajuan reaksi akan dilacak oleh  pH pengukuran setelah langkah waktu tertentu, yang pada gilirannya akan menghasilkan laju reaksi.
Reaksi hidrolisis ester dipilih untuk percobaan ini untuk alasan praktis. Pertama, itu terjadi dengan tingkat yang agak rendah, sehingga perubahan dapat diamati pada waktu menit. Kedua, membutuhkan asam sebagai katalis. Jumlah produk sehingga dapat diikuti sebagai fungsi waktu dengan mengekstraksi jumlah kecil dari larutan bereaksi pada interval waktu tertentu. Menipiskan ini Aliquot oleh air hampir akan menghentikan reaksi dan memungkinkan untuk analisis tanpa terburu-buru. Ketiga, produk itu sendiri adalah asam, sehingga konsentrasinya dapat dengan mudah dan tepat ditentukan oleh titrasi.
Dalam hukum Arrhenius hidrolisis didefinisikan asam sebagai zat yang meningkatkan konsentrasi l ion hidrogen (H+) larutan berair, dan basis sebagai zat yang meningkatkan ion hidroksida konsentrasi(OH-).
Menurut teori Bronsted-Lowry asam dan basa, setiap zat yang menyerah proton adalah asam (proton donor), dan setiap zat yang dapat menggabungkan dengan proton dan keluarkan dari solusi adalah dasar (Proton akseptor). Dalam larutan air, asam (dasar) diklasifikasikan sebagai kuat atau lemah. Asam kuat (basis) benar-benar dipisahkan atau terionisasi.
Ketika asam kehilangan protonnya (hidroksida), itu menjadi dasar konjugat (asam) terionisasi berarti bahwa (H+) Akan ditransfer dari asam molekul ke molekul air untuk membentuk ion hidronium (H3O+ ). Sama sekali  terionisasi berarti bahwa setiap molekul asam transfer atom hidrogen asam sebagai ion ke air molekul. Untuk kasus ionisasi tidak lengkap, hanya sebagian kecil dari asam molekul kehilangan atom asam mereka hidrogen.
Jika larutan asam dicampur dengan larutan dasar, reaksi asam-basa terjadi. Jika solusi dari setiap asam kuat (misalnya HCl) dicampur dengan larutan dari setiap basa kuat (misalnya NaOH) ini sering disebut reaksi netralisasi. Ini berarti jika jumlah yang sama substansi asam kuat dan basa kuat dicampur satu sama lain, mereka akan menetralkan untuk membentuk air dan garam yang sesuai (misalnya NaCl).
Jenis lain dari reaksi asam-basa selain reaksi asam kuat dan basa adalah reaksi asam kuat / basa dan basa lemah / asam (melihat buku teks dasar kimia untuk informasi lebih lanjut). Keasaman atau kebasaan suatu larutan diberikan oleh nilai pH. Hal ini dapat dihitung melalui pH = - log 10 (H3O+), Dimana [H3O+] Artinya konsentrasi ion hidronium dan diberikan dalam mol/liter. Nilai pH menggambarkan solusi netral. Apakah nilai lebih rendah dari 7, solusi menjadi asam, dan jika lebih besar dari 7, solusinya menjadi basa. Jumlah asam (dasar) hadir dalam suatu larutan dapat misalnya ditentukan oleh titrasi. Ini melibatkan menambahkan larutan standar disebut titran (dari buret) suatu tabung yang berisi sampel, disebut analit, sampai larutan dinetralkan.
Ester merupakan senyawa kimia kental oxoacid sebuah hidroksil dan compon, seperti alkohol. Dalam percobaan kami, kami akan melihat lebih dekat pada asam dikatalisis hidrolisis dari etil asetat, membentuk asam asetat dan etanol.
Reaksi kimia terdiri dari 2 macam yaitu, reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible adalah reaksi kimia yang tidak dapat dapat kembali lagi menjadi reaktan setelah terbentuknya suatu produk. Reaksi reversible adalah suatu reaksi kimia yang berlangsung dua arah, yaitu produk dapat membentuk reaktan kembali. Pada reaksi kesetimbangan kimia, dapat terjadi reaksi dua arah (reversible). Berdasarkan fasa reaktan dan produk suatu reaksi, reaksi kesetimbangan dibedakan menjadi kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang memiliki fasa reaktan dan produk sama. Misalkan reaktan berwujud gas dan produk juga berwujud gas. Kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang memiliki fasa reaktan dan produk tidak sama. Misalkan reaktan berwujud padat dan produk berwujud gas. Hukum kesetimbangan menyatakan jika reaksi sudah mencapai kesetimbangan, tidak akan terjadi perubahan konsentrasi reaktan dan produk.
Tetapan kesetimbangan (K) adalah hasil kali produk dipangkatkan koefisien reaksinya dibagi hasil kali reaktan dipangkatkan koefisien reaksinya. Tetapan kesetimbangan mempunyai nilai yang tetap pada suhu tertentu. Jika reaktan dan produk dinyatakan dengan konsentrasi, maka tetapan kesetimbangan ditulis dengan simbol Kc. Tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dengan tekanan parsial ditulis dengan simbol Kp. Pada reaksi heterogen, tetapan kesetimbangan tidak menyertakan zat yang berwujud padat atau cair. Tetapan kesetimbangan memiliki beberapa manfaat antara lain yaitu:
1.                  Meramalkan reaksi kesetimbangan secara kualitatif, yaitu jika harga Kc besar, maka reaksi kesetimbangan banyak mengandung produk, dan sebaliknya.
2.                  Meramalkan arah reaksi kesetimbangan, yaitu jika QKc, maka reaksi berlangsung ke kiri. Q adalah hasil bagi antara konsentrasi produk dan reaktan pada keadaan apapun.
3.                  Menghitung konsentrasi pada reaksi kesetimbangan.
Menurut Le Chatelier, suatu sistem kesetimbangan akan tetap mempertahankan posisinya jika terdapat perubahan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut.
1.                  Perubahan konsentrasi. Jika konsentrasi reaktan diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke produk, demikian sebaliknya.
2.                  Perubahan volume. Jika volume diperbesar, reaksi kesetimbangan bergeser ke jumlah koefisien zat yang besar, sebaliknya jika diperkecil volumenya, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien zat yang kecil. Tetapi perubahan volume tidak berpengaruh jika jumlah koefisien reaktan dan produk sama.
3.                  Perubahan tekanan. Merupakan kebalikan dari perubahan volume. Jika tekanan diperbesar maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien zat yang lebih kecil, demikian sebaliknya.
4.                  Perubahan suhu. Jika suhu dinaikkan, reaksi bergeser ke reaksi endoterm. Sedangkan jika suhu diturunkan, reaksi bergeser ke eksoterm. Perubahan suhu mengakibatkan perubahan harga tetapan kesetimbangan.
5.                  Katalis. Penambahan katalis tidak akan menggeser reaksi kesetimbangan karena katalis hanya berfungsi mempercepat laju reaksi.
            Dalam  pengukuran konstanta kesetimbangan, pada prakteknya akan ditemui beberapa kesulitan. Dalam menentukan harga Kc suatu reaksi, pertama-tama reaksi harus ditunggu sampai mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur dan baru nilai Kc dapat ditentukan. Akan tetapi, dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk sering kali sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi kesetibangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan untuk dianalisis. Salahsatu metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metode calorimeter (Zemansky, 1995).










BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1       Alat
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1.                   Erlemeyer 4 buah
2.                   Pipet ukur 10  ml
3.                   Buret 50 ml
4.                   Statif
5.         Bola hisap
6.         Aluminium foil
7.          Beaker glass 3 buah

3.2       Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaaan ini adalah:
1.                  Etil asetat
2.                  Etil asetat glasial
3.                  Etanol 96%
4.                  Asam klorida 3N (HCL)
5.                  Natrium hidroksida 0,5 N (NaOH)
6.                  Indikator Fenolftalein (PP)

3.3       Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kera yang dilakukan dalam percobaan ini adalah:
            Dalam erlemeyer bertutup 20 ml masing-masing campuran:
1.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 5 ml air dan 3 tetes PP lalu dititrasi dengan 1N NaOH
2.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 5 ml etil asetat dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH
3.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml air dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH
4.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 2 ml etil asetat dan 3 ml air dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH
5.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml etanol dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH
6.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml asam asetat glasial dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH
7.                  5 ml HCl 3N ditambah dengan 4 ml Etanol dan 1 ml asam asetat glasial dan 3 tetes PP lalu dititrasi 1N NaOH
            Tiap campuran dikocok homogen, ditutup rapat kemudian disimpan sampai 7 hari. Setelah 7 hari tiap-tiap campuran di titrasi dengan larutan standar NaOH dan indikator PP.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
4.1.1    Tabel hasil Percobaan 1
No.
Cara Kerja
Volume Titrasi (ml)
1
5 ml asam klorida 3 N ditambah dengan 5 ml Air
0,4
2
5 ml asam klorida3 N ditambah dengan 5 ml Etil Asetat
0,2
3
5 ml asam klorida 3 N ditambah dengan 4 ml Etil Asetat dan 1 ml Air
1,5
4
5 ml asam klorida 3 N ditambah dengan 2 ml Etil Asetat dan 3 ml Air
1
5
5 ml asam klorida 3 N ditambah dengan 4 ml Etil Asetat dan 1 ml etanol
1,5
6
5 ml asam klorida 3N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml asam asetat glasial
3,5
7
5 ml asam klorida 3 N ditambah dengan 4 ml etanol dan 1 ml asam asetat glasial
3,5

4.1.2    Tabel hasil Percobaan 2
No
Bahan
Densitas (gr/ml)
1
Asam klorida
0,984
2
Air
0,986
3
Asam Asetat
0,74
4
Etanol
0,832
5
Etil Asetat
0,974

4.2       Pembahasan
            Pada percobaan yang telah dilakukan, setelah dilakukan pencampuran beberapa bahan kedalam erlenmeyer dan beaker glass yaitu asam klorida , Air, Etil Asetat, Etanol, Asam Asetat Glasial. Ketika dilakukan pencampuran warna masing-masing bahan tetap bening. Kemudian di lakukan pencampuran dan di tunggu selama 48 jam, setelah 48 jam di tunggu terlihat beberapa campuran terjadi penguapan dengan timbulnya embun di dinding erlenmeyer.
            Kemudian campuran tersebut akan dititrasi dengan NaOH 0,5 N dan ditambah 3 tetes indikator PP, maka campuran pertama yaitu 5 ml HCL 3N ditambah dengan 5 ml air menghabiskan titran sebanyak 0,2 ml, pada 5 ml HCL 3N ditambah dengan 5 ml etil asetat menghabiskan titran sebanyak 2,8 ml, 5 ml HCL 3 N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml air menghabiskan titran sebanyak 3,4 ml , 5 ml HCL 3 N ditambah dengan 2 ml etil asetat dan 3 ml air menhabiskan titran sebanyak 2,5 ml,  5 ml HCL 3 N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml etanol menghabiskan titran sebanyak 3 ml, 5n ml HCL 3 N ditambah dengan 4 ml etil asetat dan 1 ml asam asetat glasial menghabiskan titran sebanyak 3,7 ml, 5 ml HCL 3 N ditambah dengan 4 ml etanol da 1 ml asam asetat glasial menghabiskan titran sebanyak 0,6 ml.
            Dari hasil percobaan dengan melakukan titrasi dengan NaOH 0,5 N dan dengan ditambahkan indikator PP sebanyak  3 tetes maka dapat diketahui bahwa, apabila senyawa atau campuran tersebut dalam kondisi asam maka apabila dilakukan titrasi dengan larutan basa,zat tersebut akan cepat berubah warna, semakin asam larutan atau campuran tersebut maka semakin sedikit titran yang dibutuhkan, dan lamanya atau titran banyak dibutuhkan dan campuran lama bereaksi atau berubah warna itu di karenakan adanya pengaruh larutan netral yaitu air, dan pengaruh oleh senyawa organik yaitu etil asetat yang merupakan senyawa organik atau ester yang juga berpengaruh terhadap lamanya larutan bereaksi.
            Dengan pemahaman secara umum, setiap reaksi dan setiap senyawa apabila asam, dan akan dititrasi oleh senyawa basa, maka proses perubahan warnanya sangat cepat, tetapi, sedangkan pada percobaan yang kita lakukan, proses untuk perubahan warna memakan waktu lama dan volume titik ekivalen lumayan banyak. Hal ini diakibatkan karena pengaruh faktor akibat pendiaman, selama 48 jam hingga campuran larutan sudah memiliki sifat yang baru.







BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang diambil dari hasil percobaan sebagai berikut:
1.                  Pencampuran antara HCl, etil asetat, asam asetat glasial membutuhkan volume titrasi yang paling banyak yaitu 3,5 ml
2.                  Pencampuran antara HCl, dan air membutuhkan volume titrasi yang paling sedikit yaitu 0,2 ml
3.                  Pencampuran antara HCl, dengan etil asetat, dan air membutuhkan volume titrasi yang paling banyak yaitu 1 ml
4.                  Semakin kecil tingkat keasaman suatu larutan, maka volume titrasi yang diperlukan juga semakin sedikit.

5.2       Saran
            Pada percobaan ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan hidrolisa garam dari asam lemah dan basa kuat contohnya CH3COOH + Na+ → CH3COONa.













DAFTAR PUSTAKA

Team Laboratorium Dasar Teknik Kimia. 2016. Penuntun Praktikum kimia fisika. Universitas  Malikussaleh.
Sears, F.W dan M. W. Zemansky. 1995. University Physic. New York; Addison Wesley Publishing Company.Inc
Sukarjo. 1985. Kimia Fisika. Jakarta; Erlangga.
Utomo Galih. Kesetimbangan kimia. 20 November 2011.http: //mediabelajaronline.blogspot.com › Soal SMA












Related Posts

0 Response to "Praktikum Kimia Fisika " Penetapan konstanta kesetimbangan hidrolisa etil asetat ""

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel